Menurut Direktur Jenderal Penjaga Pantai Malaysia, Mohd Rosli Abdullah pada Minggu, 5 Januari 2025, para migran di dua kapal itu ditemukan hari Jumat lalu, 3 Januari 2025 dalam kondisi kelelahan karena kekurangan makanan dan air.
Dikatakan bahwa pihaknya telah memberi para migran itu pasokan makanan dan air minum bersih sebelum mengirim mereka kembali ke perairan.
"Kami juga bekerja sama erat dengan badan penegak hukum Thailand untuk mendapatkan informasi tambahan tentang pergerakan kapal-kapal itu," ungkapnya, seperti dimuat
Reuters.Abdullah tidak mengatakan apakah para migran itu adalah Rohingya, minoritas yang sebagian besar Muslim yang anggotanya sering melarikan diri dari Myanmar atau bukan.
Pada hari Jumat, 3 Januari 2024, polisi Malaysia telah menahan 196 migran Myanmar yang tidak berdokumen setelah kapal mereka mendarat di sebuah pantai di Langkawi.
Polisi mengatakan semua migran, 71 anak-anak dan 57 wanita di antaranya, diyakini sebagai etnis Rohingya.
"Semua migran yang ditahan dibawa untuk didokumentasikan dan diperiksa kesehatannya," kata polisi dalam pernyataan terpisah.
Selama bertahun-tahun banyak warga Rohingya telah berlayar dengan perahu kayu reyot untuk mencoba dan mencapai negara-negara tetangga, seperti Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia dan Bangladesh, serta Thailand, terutama selama laut yang lebih tenang dari Oktober hingga April.
Malaysia, yang tidak mengakui status pengungsi, dalam beberapa tahun terakhir telah menolak kapal-kapal yang membawa pengungsi Rohingya dan menahan ribuan orang di pusat-pusat penahanan yang penuh sesak sebagai tindakan keras terhadap migran yang tidak berdokumen.
BERITA TERKAIT: