Setelah merampungkan lawatannya ke Ukraina pada Rabu (29/6), Jokowi melanjutkan perjalanan ke Rusia pada Kamis (30/6) dengan membawa misi perdamaian, bahwa perang harus dihentikan.
Kunjungan tersebut dilakukan lebih dari empat bulan perang berkecamuk di Ukraina, sementara tidak ada tanda-tanda perdamaian.
Selain itu, Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) Avril Haines berpendapat perang antara Rusia dan Ukraina akan berlangsung lama. Itu lantaran Presiden Vladimir Putin diyakini memiliki ambisi untuk menguasai Ukraina.
"Singkatnya, gambarannya tetap sangat suram dan sikap Rusia terhadap Barat semakin keras," kata Haines, seperti dikutip
Reuters.
Menurut Haines, meskipun pasukan Ukraina memiliki upaya perlawanan yang keras, Rusia akan tetap bertahan sebelum mencapai targetnya.
"Kami pikir dia secara efektif memiliki tujuan politik yang sama dengan yang kami miliki sebelumnya, yaitu dia ingin menguasai sebagian besar Ukraina," ucap Haines.
Di samping itu, kemungkinan perang semakin panas juga masih terbuka lebar dengan banyaknya senjata yang dipasok oleh negara-negara Barat untuk Ukraina.
Lantas, apakah Jokowi mampu untuk mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Putin ke gerbang perdamaian?
BERITA TERKAIT: