Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bermasalah dengan Banyak Negara, Ambisi Obor China Sulit Terlaksana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Senin, 15 Mei 2017, 22:38 WIB
Bermasalah dengan Banyak Negara, Ambisi Obor China Sulit Terlaksana
Tien-Chin Chang (kedua dari kiri)/RMOL
rmol news logo Ambisi Republik Rakyat China (RRC) mengembangkan jalur sutra baru yang disebut One Belt One Road (OBOR) dinilai sebagai sebuah imajinasi yang dibangun di atas kepentingan diri sendiri. Karena itu, imajinasi ini cepat atau lambat akan kandas di tengah jalan.

KTT OBOR yang diselenggarakan di Beijing (Minggu, 14/5) dan dihadiri setidaknya 23 kepala negara dan pemerintahan dinilai tidak lebih dari sekadar basa-basi dan tidak menjamin terwujudnya ambisi China itu.

Demikian antara lain disampaikan oleh Deputi Menteri Mainland Affairs Council, Republik China atau Taiwan, Tien-Chin Chang, ketika berbicara di depan peserta Perkemahan Pertukaran Pemuda Islam 2017 di Taipei, Senin sore (15/5).

Perkemahan Pertukaran Pemuda Islam 2017 diselenggarakan Kementerian Luar Negeri Taiwan dan diikuti 33 pemuda dari tiga negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Program ini diharapkan bisa mendekatkan hubungan Taiwan dengan negara-negara di kawasan selatan khususnya Asia Tenggara.

“China berbatasan dengan 14 negara di sekitarnya. Dan semuanya punya masalah yang tidak kecil dengan China. Bagaimana bisa mengembangkan ambisi itu bila tidak punya hubungan yang baik dengan tetangga,” ujarnya.

Chang juga mengatakan, ambisi China untuk melibatkan begitu banyak negara, setidaknya 65 negara, tidak mendapatkan dukungan yang kuat. Negara-negara di Eropa, misalnya, sudah menyampaikan kekhawatiran mereka dalam konverensi yang digelar Parlemen Uni Eropa baru-baru ini. Sementara negara-negara besar yang berbatasan langsung dengan China, seperti India dan Pakistan juga terlihat tidak begitu mendukung dan masih meragukan itikad China.

Pemerintah China meminta agar negara-negara yang hendak dilibatkan dalam OBOR mengurangi proteksionisme. Tetapi di saat bersamaan, OBOR dan berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang dijanjikan sebetulnya digunakan untuk mengalirkan produk China dan tenaga kerja China ke negara-negara tersebut.

Di mata Chang, China kerap mengkampanyekan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan dengan negara-negara lain yang sedang berkembang. Tetapi dalam praktiknya, China mengembangkan kerjasama yang tidak adil, yang hanya menguntungkan mereka.

“Mereka memiliki imajinasi untuk mengembangkan OBOR dan mengatakannya sebagai program yang baik. Tetapi mereka tidak mengkonsultasikan itu terlebih dahulu dengan negara-negara lain yang mereka ajak,” ujar Chang lagi. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.