Seperti dikutip dari
Reuters pada Sabtu 8 Maret 2025, para analis sebelumnya memperkirakan surplus sebesar 142 miliar Dolar AS.
Selain itu, surplus ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 125,16 miliar Dolar AS.
Dalam periode tersebut, ekspor China tercatat tumbuh 2,3 persen secara tahunan menjadi 540 miliar Dolar AS. Namun, pertumbuhan ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memproyeksikan kenaikan sebesar lima persen.
Kinerja ekspor yang meleset dari perkiraan ini disebabkan oleh meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) yang menaikan tarif impornya untuk produk China, serta perlambatan aktivitas ekonomi selama libur Tahun Baru Imlek.
Di sisi lain, impor China mengalami penurunan signifikan sebesar 8,4 persen menjadi 369,4 miliar Dolar AS, jauh lebih dalam dibandingkan prediksi pasar yang memperkirakan penurunan hanya satu persen.
Di sepanjang tahun 2024, China sebelumnya mencatat surplus perdagangan hingga 992,16 miliar Dolar AS, karena ekspor tumbuh 5,9 persen menjadi 3,58 triliun Dolar AS, sementara impor naik 1,1 persen menjadi 2,59 triliun Dolar AS.
Meski surplus perdagangan tetap kuat, sentimen pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian akibat perang dagang yang terus berlanjut antara China dan AS. Pemerintah Beijing pun mengisyaratkan kesiapan untuk menghadapi potensi eskalasi ketegangan ekonomi dengan Washington.
BERITA TERKAIT: