Sistem ini ditujukan untuk menekan kepadatan truk trailer, sekaligus meningkatkan efisiensi layanan logistik di pelabuhan terbesar Indonesia tersebut, dengan waktu bongkar muat tidak lebih dari satu jam.
Direktur Utama IPC TPK, Guna Mulyana menyebut, penerapan TBS menjadi bagian dari transformasi digital perusahaan dalam mempercepat layanan bongkar muat, agar kejadian macet parah pada 17 April 2025 di kawasan Tanjung Priok tak terulang kembali.
“Sebuah sistem kami persiapan sebagai komitmen membenahi pelabuhan dan bongkar muat barang,” kata Guna dalam media briefing pada Rabu 20 Agustus 2025.
Melalui sistem ini, kata Guna, arus keluar-masuk barang lebih teratur, waktu tunggu truk dapat dipangkas, dan penggunaan bahan bakar bisa lebih hemat sehingga polusi ikut ditekan, dengan aktivitas bongkar muat kini dibatasi tidak lebih dari 3.000 kontainer per hari.
“Terminal booking system bagian daripada digitalisasi, ini dalam rangka memang mengatur (keluar masuk barang). Ini adalah satu program dalam rangka percepatan pelayanan khususnya mungkin mengurangi beberapa hal termasuk kayak behandle seperti itu,” kata Guna.
Selain TBS, IPC TPK juga mendorong inovasi digital melalui TOS Nusantara, yang mengintegrasikan data pergerakan petikemas di bawah koordinasi Pelindo Terminal Petikemas. Langkah ini diharapkan membuat layanan lebih cepat, transparan, dan mudah diakses pengguna jasa.
Tak hanya fokus pada digitalisasi, IPC TPK juga mengadopsi pendekatan ramah lingkungan. Menurut Guna, penggunaan peralatan berbahan bakar minyak secara bertahap akan diganti dengan tenaga listrik.
Upaya ini dilakukan agar biaya operasional terkendali sekaligus mendorong efisiensi energi.
“Ada beberapa peralatan penggunaan BBM, kita akan dorong jadi penggunaan listrik, sehingga kita akan kurangin untuk kondisiseperti ini bagaimana kita melakukan penghematan dari sisi energi, sehingga kita berharap bahwa cost untuk operasional itu bisa kita kendalikan,” kata Guna.
Selain itu, perusahaan tersebut juga akan melakukan penghijauan di sekitar pelabuhan untuk menekan emisi.
“Kita harapkan terminal itu sekarang sudah menjadi lebih hijau. Jadi itu karena kita juga menghasilkan emisi (untuk itu kita) tanam pohon-pohon di tempat yang dapat menghasilkan emisi disitu,” tandasnya.
Sebelumnya, pada 17 April 2025 lalu sempat ramai di media sosial kemacetan yang mengular di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok.
Ribuan kontainer tersendat akibat volume aktivitas bongkar muat hingga lebih dari 8 jam. Kondisi ini disoroti oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung hingga Presiden Prabowo Subianto, yang membuat Pelindo dan anak usaha membenahi sistemnya.
BERITA TERKAIT: