Demi menjaga ketahanan energi nasional, Pertamina fokus pada peningkatan kapasitas domestik, termasuk pertumbuhan kinerja operasional serta profitabilitas keuangan yang stabil.
Demikian antara lain disampaikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Kompleks Senayan, Kamis, 22 Mei 2025.
Tantangan yang dihadapi Pertamina antara lain pelemahan nilai tukar Rupiah, kelebihan suplai yang memicu pada penurunan harga minyak mentah global, serta penurunan ‘crack spread’ atau selisih harga produk olahan dengan harga minyak mentah memicu kerugian pelaku bisnis kilang global.
"Untuk merespons dinamika ini, Pertamina fokus pada peningkatan kapasitas domestik, baik untuk produksi hulu maupun peningkatan serapan minyak mentah dalam negeri, dan menjaga keandalan operasional seluruh lini bisnis," kata Simon.
Simon berujar, pihaknya melakukan pengelolaan impor melalui pengalihan jalur distribusi dan diversifikasi sumber maupun supplier impor untuk memitigasi risiko geopolitik.
Berbagai langkah pun telah dikoordinasikan dengan pemerintah untuk mendapat dukungan kebijakan dan skema
government to government (G-to-G) dalam menjaga stabilitas suplai.
"Melalui berbagai upaya yang telah kami lakukan ini, Pertamina tetap mampu mempertahankan kinerja yang solid dan terus memberikan kontribusi optimal bagi negara,” imbuh Simon.
Dalam rapat tersebut, Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro juga menjelaskan strategi bisnis Pertamina di tengah tantangan global, antara lain penguatan produksi dan serapan dalam negeri, implementasi energi hijau, peningkatan kehandalan operasional, serta pengaturan pasokan komoditas minyak mentah dan produk yang lebih efektif.
Dari sisi hulu migas, Pertamina fokus peningkatan produksi dalam negeri, sementara sektor hulu, Pertamina memiliki Pokja Peningkatan Produksi Hulu bersama Kementerian ESDM untuk meningkatkan produksi nasional.
Di tahun 2025, target produksi minyak domestik mencapai 419 MBOPD. Pada periode sama, Pertamina juga akan mengoptimalkan serapan minyak mentah domestik dari porsi pemerintah dengan serapan sekitar 12 juta barrel atau setara 30 ribu BPD.
Pertamina juga menggenjot produksi energi hijau dengan penggunaan biodiesel B40, Sustainable Aviation Fuel 2,4 persen, dan Bioetanol lima persen.
Strategi lainnya, Pertamina melakukan pengelolaan pasokan komoditas minyak mentah dan produk. Pasokan dari pasar internasional diperkuat dengan pola operasi dan distribusi serta menggunakan pengalihan jalur distribusi apabila diperlukan, atau skema Regular, Alternative, dan Emergency (RAE).
BERITA TERKAIT: