Hal tersebut diungkapkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang mencatat total investor Gen Z baru mencapai 2,3 persen hingga April 2024 ini, sedangkan pembeli Milenial mencapai 51 persen.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, Deni Ridwan, mengatakan bahwa hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan keuangan yang baik.
"Itu salah satu tantangan kita bagaimana supaya bisa mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan keuangan yang baik. Supaya jangan sampai kita terjebak gaya hidup konsumtif, sehingga kita tidak memiliki aset yang cukup untuk menghadapi masa tua nanti," kata Deni dalam Media Breifing Senin (10/6).
Direktur DJPPR itu lebih lanjut menyoroti gaya hidup Gen Z yang dinilai terlalu konsumtif dan mudah terjerat utang, seperti pay later.
"Sekarang ini untuk Gen Z terlalu mudah untuk berutang, ya kan? Sekarang kalau kita beli di e-commerce langsung tawaran paylater, jadi lebih mudah untuk bayar melalui pinjaman dibandingkan dengan cash," katanya, dikutip Selasa (11/6).
Meski demikian, Deni juga turut mengapresiasi sebagian Gen Z yang telah berminat untuk berinvestasi pada SBN ritel, karena peminatnya sedikit meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
“Jadi terakhir ini, investor milenial sampai 51 persen, gen Z sekitar 2,3 persen, jadi total milenial dan gen Z antara 53-54 persen, ini menunjukkan semakin tingginya minat investor baik yang milenial maupun gen Z berinvestasi di SBN ritel,” sambungnya.
Ia pun mengumumkan bahwa Kemenkeu resmi menawarkan savings bond ritel (SBR)-013, yakni SBR013T2 dengan tenor 2 tahun dan SBR013T4 yang jatuh tempo 4 tahun hingga 2028.
Rinciannya, SBR013T2 menawarkan kupon minimal 6,45 persen per tahun serta SBR013T4 sebesar 6,60 persen setiap tahunnya.
Adapun masa penawaran SBN ritel jenis ini dimulai pada 10 Juni 2024 hingga 4 Juli 2024 mendatang.
"Terkait penerbitan SBR013 ini, kita memiliki target awal sekitar Rp15 triliun. Cuma nanti tentu kita akan perhatikan juga minat dari masyarakat, kalau memang tinggi minatnya, kita punya spare alokasi untuk bisa up size hingga Rp20 triliun," ungkap Deni.
Menurut Deni, SBR sendiri merupakan investasi yang bebas gagal bayar, karena pembayaran dengan kupon dan pokok simpanannya dijamin oleh undang-undang. Selain itu, investasi tersebut juga sudah dianggarkan dalam APBN negara.
Dalam kesempatan itu, Deni merinci realisasi penjualan SBN ritel saat ini telah mencapai Rp64,93 triliun, yang terdiri dari ORI025 sebesar Rp23,9 triliun, SR020 Rp21,36 triliun, dan ST012 senilai Rp19,65 triliun.
BERITA TERKAIT: