Cadangan itu turun 3,6 miliar dolar AS (Rp57 triliun) dibandingkan cadangan pada Februari lalu sebesar 144 miliar dolar AS (Rp2,283 triliun).
Bank Indonesia (BI) dalam keterangannya pada Jumat (5/4) menyebut bahwa penurunan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Selain itu penurunan cadangan devisa juga dipicu oleh antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, serta kebutuhan stabilisasi kurs rupiah, di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Meski demikian, BI menegaskan bahwa cadangan devisa aman, karena nilai tersebut masih setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor.
Cadangan tersebut juga dinilai masih cukup untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Asisten Gubernur Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Cadangan devisa ke depan, kata Erwin diyakini akan tetap memadai, yang didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terus terjaga.
BERITA TERKAIT: