Sejumlah analis menilai kekhawatiran terjadinya resesi pada perekonomian AS sebagai berlebihan alias sekedar omon-omon. Namun demikian kekhawatiran tersebut telah berhasil memangkas Indeks Wall Street dalam rentang tajam dan bahkan mendiskon lebih lanjut harga minyak dunia yang sebelumnya telah rontok curam.
Situasi sedikit berbeda terjadi di pasar uang, di mana kinerja Indeks Dolar AS terpantau belum berbalik melonjak curam usai terkoreksi dalam beberapa hari sesi perdagangan. Akibatnya, nilai tukar mata uang utama dunia cenderung mampu bertahan di level terkuatnya usai melonjak signifikan.
Situasi ini kemudian menjadi bekal bagi pasar uang Asia dalam menjalani sesi perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa 11 Maret 2025. Pantauan menunjukkan, kinerja mata uang Asia yang bervariasi dan cenderung menguat moderat. Pelaku pasar di Asia terkesan kesulitan menemukan sentimen regional yang meyakinkan guna mengangkat nilai tukar mata uang Asia lebih tajam.
Kinerja bervariasi dan dalam rentang terbatas akhirnya menjadi opsi bagi mata uang Asia. Pantauan menunjukkan, nilai tukar Dolar Hong Kong, Dolar Singapura, Peso Filipina, Rupee India, Ringgit Malaysia dan Yuan China yang hingga sore ini mampu beralih menjejak zona penguatan tipis. Sementara mata uang Baht Thailand bersama Rupiah masih terperosok di zona pelemahan.
Terkhusus pada Rupiah, kinerja melemah yang terlihat mencolok dibanding mata uang Asia. Kinerja merah Rupiah juga terpantau konsisten di sepanjang sesi perdagangan, meski sempat meninju zona penguatan tipis secara sporadis. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp16.399 per Dolar AS atau merosot 0,4 persen. Rupiah terpantau sempat mencetak titik termurahnya di kisaran Rp16.446 per Dolar AS atau sekaligus menembus level psikologis di Rp16.400.
Kemerosotan signifikan nilai tukar Rupiah semakin sulit dihindarkan akibat sentimen dari rilis data domestik yang kurang bersahabat. Laporan yang beredar menyebutkan, Indeks keyakinan konsumen untuk Februari lalu yang berada di kisaran 126,4 atau menurun dibanding bulan sebelumnya yang berada di kisaran 127,2.
Pelaku pasar kini berharap pada sentimen domestik dari rilis data penjualan ritel yang diagendakan pada sesi perdagangan Rabu besok untuk setidaknya menghentikan tekanan jual suram pada Rupiah.
BERITA TERKAIT: