Hal itu diungkapkan Dirut Pelindo Arif Suhartono saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL di kantornya, kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (10/1).
“Secara finansial (pasca merger) jauh lebih
strong. Sejauh ini Pelindo sudah melunasi utang hingga Rp11 triliun. Jadi Pelindo setelah merger itu terus konsolidasi dan kita sudah menutup utang hingga Rp11 triliun,” kata Arif.
Dia menyatakan bahwa dua tahun setelah merger, perusahaan yang dipimpinnya mengalami peningkatan dalam sisi finansial. Hal itu tidak terlepas dari
value creation yang tengah dikembangkannya dalam kurun waktu tersebut.
Lanjut Arif, merger ini juga mampu mendatangkan efisiensi cost yang signifikan.
“Dari Rp11 triliun, katakanlah
average bunganya 9 persen. Jadi kami mendapatkan efisiensi dari
cost of fund tadi sebesar Rp990 miliar, ini manfaatnya kita merger,” ungkap dia.
Selain masih ada PR (pekerjaan rumah) yang harus dibenahi dalam Pelindo usai merger, Arif optimis target-target yang diberikan pemerintah akan tercapai.
“Kalau target (dari pemerintah) pasti ada, utamanya
value creation yang harus dicapai sampai 2025, angkanya sekitar Rp6 triliun,” jelasnya.
Proses standardisasi yang dilakukan Pelindo di seluruh terminal terus dijalankan pada saat ini. Kendati tidak semudah membalikan telapak tangan, namun dengan komunikasi dan konsolidasi yang baik, proses tersebut dapat dicapai.
“Kita pelan-pelan melakukan itu. Kalau dari
operation, kita komunikasi dengan seluruh terminal yang ada di Pelindo untuk melakukan transformasi. Semua melakukan transformasi di setiap pelabuhan itu yang dalam tanda kutip sudah standar,” bebernya.
Dia menjelaskan dalam proses merger ini ada empat tahap yang harus dilakukan. yakni
self awareness, standardisasi, sistemisasi dan integrasi. Seluruh tahapan itu telah dilakukan dan terus berproses mengingat perbedaan tingkat kerumitan di masing-masing terminal.
BERITA TERKAIT: