Ketua Asosiasi Pengusaha Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan, saat ini sudah banyak perusahaan keramik yang mulai mengurangi produksi. Bahkan, sudah ada yang stop produksi.
"Kalau dibilang deindustrialisasi belum, tapi kalau dibiarkan terus kondisi industri seperti ini bisa ke arah sana karena penjualan terus lesu dan biaya produksi mahal," ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Elisa, saat ini permintaan keramik sejak 2015 terus mengalami penurunan. Penyebabnya, adalah lesunya penjualan properti. Padahal, selama ini permintaan keramik tergantung penjualan properti.
"Kalau penjualan properti naik, pasti demainnya naik," katanya.
Penjualan puncak keramik terjadi pada 2012-2013 yang bisa mencapai 520 juta meter persegi. Nah, penjualan tahun ini diramal hanya akan tembus 340 juta meter persegi.
Lesunya industri keramik juga dipengaruhi oleh mahalnya biaya energi. Menurut dia, harga gas di dalam negeri masih lebih mahal dibandingkan negara pesaing lainnya.
Selain itu, harga gas dalam negeri tidak sesuai dengan harga minyak. Padahal, di negara lain, harga gas disesuaikan dengan harga minyak. Alhasil, ketika harga minyak turun harga gas ikutan turun.
"Tapi di kita, harga minyak turun, harga gas tetap mahal," ujarnya.
Dengan kondisi ini, kata dia, industri dalam negeri tidak bisa bersaing dengan produk impor harganya bisa lebih murah. Efeknya akan banyak perusa-haan kurangi produksi. "Jika dibiarkan terus kita akan deindustrialisasi," katanya.
Elisa meminta, pemerintah memperhatik industri keramik karena salah satu industri unggu-lan. Apalagi, bahan baku industri ini banyak di dalam negeri.
Ketua Umum Himpunan Industi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Soenoto mengatakan, gejala deindustrialisasi yang terjadi saat ini disebabkan oleh aturan yang dibuat pemerintah sendiri. "Banyak aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah justru malah mematikan industri kita. Misalnya mengekspor bahan baku," ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, gejala deindustrialisasi sudah dirasakan oleh industri mebel dan kerajinan. Penyebab, pasokan bahan baku yang langka. Padahal, Indonesia memiliki banyak bahan baku.
Akibat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada indutri ini, banyak perusahaan yanga mulai mengurangi produksi. Bahkan, sudah ada yang gulung tikar. Akibatnya, Indonesia hanya akan menjadi pasar barang impor saja.
"Karena itu, pemerintah harus memperbaiki aturannya dan lebih pro kepada industri. Pemerintah jangan diam saja dong," ujarnya.
Jika hal tersebut dilakukan, maka pemerintah bisa menyelamatkan Indonesia dari deindustrialisasi. Padahal, selama sektor industri menjadi salah satu penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB). "Kalau industri terus diganggu, tidak heran sumbangan ke PDB akan terus berkurang," tukasnya. ***
BERITA TERKAIT: