Direksi BUMN Digaji Besar Tapi Kok Miskin Terobosan

Sri Mulyani Sentil Kinerja Perusahaan Pelat Merah

Sabtu, 24 Desember 2016, 08:29 WIB
Direksi BUMN Digaji Besar Tapi Kok Miskin Terobosan
Foto/Net
rmol news logo Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani kecewa dengan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bekas Direktur Bank Dunia tersebut memandang tidak banyak perubahan kinerja pada perusahaan pelat merah. Masih lambat dan miskin terobosan.

Ani-panggilan akrab Sri Mu­lyani merasakan tidak banyak yang berubah dengan cara kerja BUMN. Keluhan yang didengarnya dari para direksi BUMN hampir sama ketika dirinya menjadi Menkeu 10 tahun lalu.

"Setelah saya berkelana ke World Bank dan IMF (Inter­national Moneter Fund), cerit­anya masih sama saja, meskipun sudah beberapa orang ganti, kata Ani dalam acara Seminar Nasional Infastruktur 2016, di Four Seasons Hotel, Jakarta," kemarin.

Salah satu contohnya soal pembebasan lahan. Menurutnya, masalah tersebut tidak seharus­nya dikeluhkan BUMN. Pasal­nya, dana pembebasan lahan dianggarkan cukup besar. "Isu apa sih yang anda mau? Tanah susah? 10 tahun yang lalu juga ngomong begitu. Sekarang juga masih. Kita sekarang sudah buat lebih mudah. Investasi an­other Rp 16 triliun akan jadi Rp 30 triliun untuk beli-beli tanah. Viability gap, kita tutup gap-nya," cetusnya.

Bila sudah diberikan kemu­dahan, lanjutnya, tetapi pem­bebasan lahan masih lambat, berarti ada masalah dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Ani menuntut BUMN diisi orang yang memiliki ino­vasi dan cepat menyelesaikan masalah.

"Perusahaan BUMN harus diisi oleh orang-orang yang ambisius. Bukan orang-orang yang hanya berlindung di balik zona nyaman dengan imbalan gaji yang cukup tinggi," im­buhnya.

Pada kesempatan ini, Ani juga menyentil BUMN di sektor per­bankan. Berdasarkan data yang dimilikinya, kontribusi perbank­an membiayai proyek infrastruk­tur di Indonesia masih minim, hanya 8 hingga 10 persen.

Ani mengungkapkan, para bankir kerap beralasan bahwa sebagian besar sumber pembi­ayaan dari tabungan dan deposito jangka pendek. Sementara, pem­bangunan infrastruktur mem­butuhkan sumber pembiayaan jangka panjang. Hal ini lah yang menyebabkan ketidakcocokan jatuh tempo (maturity mis­match). Belum lagi pembiayaan perbankan juga harus memikir­kan masalah exposure terhadap nilai tukar.

Ani tidak menerima alasan tersebut. Karena, menurutnya, negara memiliki bank. Sehar­usnya, direksi bank BUMN mencarikan solusi agar per­bankan sejalan dengan proyek infrastruktur yang dicanangkan Presiden karena mereka sudah digaji besar.

"Saya (pemerintah-red) pu­nya bank BUMN yang digaji tinggi-tinggi, dan pintar-pintar untuk memikirkan bagaimana mengatasi itu, mencari inovasi. Kalau cuma datang ke Menteri Keuangan lalu kasih alasan seperti itu, ya saya kalau begitu yang jadi bankir," katanya.

Ani menyebutkan kebutuhan dana pembangunan berbagai proyek infrastruktur hingga 2019 mencapai Rp 4.900 triliun. Pembangunan itu mustahil di­lakukan melalui APBN. Semen­tara itu, kebutuhan infrastruktur semakin besar. Kalau pereko­nomian tumbuh 5 persen maka kebutuhan listrik akan tumbuh dua kali lipat.

Butuh Peran Swasta


Menteri Perhubungan (Men­hub) Budi Karya Sumadi men­gajak swasta berperan dalam pembangunan infrastruktur trans­portasi di Indonesia. Menurut­nya, pihaknya akan membuka ruang lebih luas untuk swasta melakukan kerja sama untuk membangun dan mengelola in­frastruktur.

BKS-panggilan akrabnya menuturkan, dengan terlibat­nya swasta maka pemerintah bisa mengurangi beban APBN. Nanti, APBN diharapkannya hanya digunakan sebagai stimu­lus saja.

"Swasta akan dkami berikan kesempatan seluas-luasnya den­gan suatu rule of the game yang bisa dipertanggungjawabkan. Jadi swasta akan diberi kesem­patan menyediakan infrastruktur pelayanan, dengan stimulus dari APBN," ujarnya.

Jika swasta tidak tertarik, lanjut BKS, pihaknya akan me­nawarkannya ke BUMN. Kalau BUMN juga menyerah, baru pemerintah akan menggunakan dana APBN. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA