Diskon Palsu Masih Marak, E-Commerce Angkat Tangan

Transaksi Harbolnas Di Bawah Target

Selasa, 20 Desember 2016, 10:09 WIB
Diskon Palsu Masih Marak, E-Commerce Angkat Tangan
Foto/Net
rmol news logo Pelaksanaan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) sudah kelar dari seminggu lalu. Tapi, sayangnya nilai transak­sinya di bawah target Rp 6,3 triliun. Selain itu, masih ditemu­kan adanya diskon palsu. Panitia angkat tangan.

Direktur Nielsen Indonesia Rusdy Sumantri mengatakan, tahun ini penjualan Harbolnas 2016 yang diikuti oleh 211 pelaku e-commerce itu tercatat Rp 3,3 triliun. Jumlah ini lebih tinggi Rp 1,2 triliun diband­ingkan perolehan Harbolnas tahun lalu yang mencapai Rp 2,1 triliun.

Selain itu, terjadi kenaikan rata-rata penjualan hingga 3,9 kali untuk 211 e-commerce yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. "Faktor utama yang memengaruhi pembeli belanja di Harbolnas 2016 adalah diskon besar dan gratis ongkos kirim," papar Rusdy Sumantri di acara konferensi pers Pasca Harbolnas 2016, di Jakarta, kemarin.

Pada Harbolnas kali ini, tran­saksi tertinggi terjadi pada kat­egori fashion sebesar 68 persen persen, kemudian disusul oleh teknologi atau gadget.

Ketua Panitia Harbolnas 2016 Miranda Suwanto mengaku, tidak kecewa dengan tidak ter­capainya target tersebut. Sebab, tujuan utama dari Harbolnas ini adalah mengajak konsumen untuk beralih ke belanja online. "Ternyata kalau dari hasil survei Shopback dan Nielsen itu terca­pai sih," ujarnya.

Menurut dia, tidak tercapainya target penjualan karena terjadinya perubahan pola konsumsi kon­sumen. Berdasarkan riset Nielsen, produk yang banyak dibeli adalah kebutuhan sehari-hari.

"Kalau dibandingkan gad­get itu kan berbeda ya nilai produknya. Itu juga yang mung­kin menyebabkan nilai transak­sinya berbeda ya," ujar Senior Vice President Strategic Partner­ship & Business Development Lazada Indonesia ini.

Diskon Palsu

Diskon palsu masih ditemui di acara Harbolnas 2016. Miranda mengatakan, penyelenggara tidak berdaya menghadapi dis­kon palsu. Padahal, sebelum pelaksanaan Harbolnas, panitia sudah mengingatkan kepada peserta untuk tidak memberikan diskon palsu. "Kita sudah minta mereka untuk memberikan dis­kon sebenarnya," ujarnya.

Diskon palsu adalah penjualan menaikkan harga barangnya den­gan sangat tinggi dan tidak masuk akal, kemudian diberikan diskon yang besar. Padahal, jika dilihat harganya tidak ada potongan dari harga aslinya

Miranda justru meminta kon­sumen lebih cermat dalam me­lihat diskon atau tawaran yang dipampang oleh penjual di situs belanja online. Pembeli juga disarankan untuk tidak langsung tergiur begitu saja.

"Kami tidak punya kekuatan hukum dan tidak bisa memberi­kan sanksi. Konsumen pun harus pinter-pinter milih barang. Kalau kita ke ITC ke toko-toko dan tidak langsung beli. Hal begini juga mestinya kita lakukan saat belanja online," imbuhnya.

Dia juga menambahkan, per­soalan diskon palsu yang ter­jadi selama Harbolnas 2016 sebenarnya tidak berpengaruh banyak terhadap minat pembeli. Buktinya terlihat dari naiknya nilai transaksi pada tahun ini, jika dibandingkan dengan Har­bolnas 2015. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA