Keputusan yang disampaikan Kamis (21/12) diyakini sebagai respons nyata terhadap langkah Amerika Serikat dan Jepang yang ingin mengurangi ketergantungan mereka pada pemasok China.
Nikkei melaporkan, teknologi untuk penambangan, pemisahan dan pemurnian bijih tanah jarang juga termasuk di antara item yang ditambahkan ke daftar teknologi yang tunduk pada kontrol ekspor tersebut.
Pengetatan pembatasan terjadi ketika AS dan negara-negara lain berupaya membangun rantai pasokan untuk produk-produk seperti magnet bertenaga tinggi yang tidak bergantung pada China.
Survei Geologi AS telah menyebutkan bahwa, pangsa produksi logam tanah jarang global di China turun menjadi sekitar 70 persen pada tahun lalu dari sekitar 90 persen pada dekade sebelumnya.
Perubahan pada pembatasan ekspor memangkas daftar tersebut menjadi 134 item dari 164 item pada edisi tahun 2020, namun memberlakukan persyaratan teknis yang lebih rinci di bidang teknologi tinggi di mana Washington dan Beijing bersaing untuk mendapatkan dominasi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: