Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pesona Saptanada Arab

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Selasa, 27 Juli 2021, 11:32 WIB
Pesona Saptanada Arab
Ansambel musik Arab/Net
SEJAK masa kanak-kanak, saya gemar bereksperimen musik dengan pancanada universal maupun pancanada Jawa, Bali dan Sunda sambil juga tersihir pesona saptanada Arab.

Menarik


Membandingkan saptanada Arab dengan duabelasnada Barat memang menarik akibat saling beda dalam banyak hal. Misalnya saptanada Arab mengandung 3 interval sekundo kecil bahkan 4 apabila jarak dari 7 ke 1 di samping 7 ikut diperhitungkan sementara sistem diatonika Barat hanya maksimal mengandung dua interval terkecil di atas prim apabila jarak dari 7 ke 1 di sampingnya dihitung.

Di dalam saptanada Arab terdapat 4 interval kuinto bahkan 5 interval kuinto apabila inverval antara nada ke 4 ke nada 1 di atas 4 dihitung. Sementara tritonus diatonika Barat hanya tunggal maka hadir dua kali pada saptanada Arab pada minus 2 dan 5 serta 4 dan 7.

Interval terzia besar hadir tiga kali secara berurutan pada nada 1 dan 3 ; minus 2 dan 4 ; 3 dan minus 6 sementara hanya dua kali di diatonika Barat pada nada 1 dan 3 serta 4 dan 6 saja.

Terzia kecil hadir juga dua kali pada saptanada Arab pada jarak nada antara minus 2 dengan 4 di samping 5 dan 7 kecuali minus 6 dengan 1 di atasnya ikut dihitung.

Kuarto hadir pada 1 dan 4 di samping juga 5 dan 1.

Menarik bahwa apabila nada ke dua pada saptanada Arab yaitu minus 2 dan nada ke enam yaitu minus 6 dihapus, maka sertamerta eureka! muncul pancanada slendro Jawa dan Bali yang juga kerap (agak) terasa pada sistem titinada musik tradisional India.

Tidak kalah menarik apabila nada ke dua ditiadakan dan nada ke enam ditingkatkan satu sekundo kecil maka timbullah pancanada Sunda yang kerap dianggap sebagai minornya slendro Jawa dan Bali sambil mirip pentatonika Jepang.

Menikmati


Memang menarik mempelajari titinada-titinada musik di planet bumi ini namun sebenarnya bukan merupakan keharusan. Justru terlalu mempelajari musik memiliki resiko sama besar dengan terlalu mempelajari kuliner.

Terlalu mempelajari latar belakang makanan lezat yang kita makan malah potensial menghilangkan selera makan apalagi apabila kita mengetahui bagaimana daging yang kita makan berasal dari hewan yang dibunuh secara bengis dan biadab atau bagaimana higienitas tidak dipedulikan ketika sang koki di dapur mempersiapkan ramuan resep makanan yang kita makan.

Saya pernah melihat dengan mata di kepala sendiri bagaimana seorang koki di sebuah dapur jorok sengaja meludahi hidangan makanan yang akan disajikan ke pelanggan sedang marah-marah akibat tidak sabar menunggu makanan dihidangkan di meja makan di dalam ruang restoran.

Maka mengetahui ramuan musik yang diperdengarkan ke kita sebenarnya tidak terlalu perlu sebab malah rawan merusak selera untuk menikmati nikmatnya keindahan musik yang sudah siap-dengar untuk kita dengarkan tanpa mengerti ramuannya.

Fantasie Impromtu

Seperti demi menikmati keindahan bagian tema Fantasie Impromptu mahakarya Fryderyk Chopin pada pianoforte sebenarnya tidak perlu kita sok tahu bahwa untaian nada yang dimainkan dengan tangan kiri sangat beda dasar irama dengan yang dimainkan dengan tangan kanan.

Apabila terlalu sibuk menganalisa harmoni dan bentuk yang digunakan Gustav Mahler di dalam sepuluh mahasimfoninya dikuatirkan kita kehilangan kesempatan untuk menikmati keindahannya.

Sama halnya dengan tiga pertapa sakti-mandraguna di pulau terpencil pada legenda rakyat gubahan Leo Tolstoy tidak periu menghafal teks doa resmi Bapak Kami yang telah diresmikan secara resmi oleh gereja.

Atau untuk menikmati pesona mahalukisan Jaga Malam mahakarya Rembrandt kita tidak perlu tahu bahwa sebenarnya mahalukisan itu semula berjudul Para Satpol-Pamong-Praja menemani Kapten Frans Banning Cocq dan Letnan Wilhelm van Ruytenburgh dengan tata-warna cerah suasana siang hari terang-benderang namun kemudian menjadi berwarna gelap malam hari akibat tercemar asap pendiangan di dekat mahakarya mahasenirupa yang kini menjadi koleksi kebanggaan Rijksmuseum Amsterdam. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA