Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber Seminar Nasional bertajuk "Warisan Peradaban Sundaland" yang digelar Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (28/8).
Dalam kesempatan itu, Jaya Suprana juga berbagi pengalaman pribadinya dalam memperjuangkan jamu agar mendapat pengakuan dari UNESCO.
“Saya sudah lama mencalonkan jamu untuk diakui sebagai warisan budaya tak benda. Prosesnya sangat berat, saya bahkan merasa babak belur dalam memperjuangkan hal tersebut,” ungkap Jaya.
Ia menceritakan bagaimana upayanya untuk mengajukan jamu sebagai warisan budaya tak benda sering kali tidak mendapat dukungan. Bahkan ada pihak yang menuduhnya ingin mempermalukan Indonesia di forum internasional.
Namun, Jaya mengungkapkan rasa syukurnya karena pada Desember tahun lalu, UNESCO akhirnya resmi mengakui jamu sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
“Saya sangat berterima kasih kepada Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, yang telah mewujudkan impian ini,” tutur Pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI) tersebut.
Di akhir pernyataannya, Jaya yang mewakili Masyarakat Awam Tetapi Cinta Arkeologi (MATCA) itu menyampaikan harapannya agar perjuangan yang sama dilakukan untuk Gunung Padang.
"Ucapan terima kasih saya ada pamrihnya. Tolong ya, proses perjuangkan juga agar Gunung Padang diakui,” demikian Jaya Suprana.
BERITA TERKAIT: