Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengenang 100 Tahun Kelahiran Sakharov, Perancang Bom Nuklir Soviet Yang Menjadi Pejuang HAM

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 22 Mei 2021, 09:56 WIB
Mengenang 100 Tahun Kelahiran Sakharov, Perancang Bom Nuklir Soviet Yang Menjadi Pejuang HAM
Andrei Sakharov/Net
rmol news logo Salah satu pembela hak asasi manusia terkemuka abad 20, Andrei Sakharov, menjadi sosok yang  paling dikenang hari ini.

Mulanya, Pusat Dokumentasi Sakharov di Moskow kan memperingati 100 tahun kelahiran fisikawan terkemuka soviet itu dengan sebuah pameran foto. Namun pihak berwenang menolak memberi ijin dengan alasan teknis.

Penolakan itu membuat berang panitia penyelenggara. Menyebut keputusan pihak berwenang itu sungguh memalukan.

"Akan ada masa depan yang menyedihkan bagi sebuah negara yang mengabaikan warisan salah satu putra terbaiknya," ujar panitia, seperti dikutip dari DW.

Direktur Sakharov Center, Sergei Lukashevsky, sangat kecewa dengan keputusan penolakan tersebut.

"Ulang tahun Sakharov adalah peristiwa penituting yang telah direncanakan dan disepakati dengan pihak berwenang setahun sebelumnya, tetapi kemudian dibatalkan pada menit-menit terakhir," kata Lukashevsky,  seperti dilaporkan The Moscow Times, Sabtu (21/5).

Menambahan bahwa penolakan itu disertai alasan bahwa menurut Departemen Kebudayaan Moskow isi pameran tidak disepakati secara internal.

Sakharov dikenal sebagai pembangkang pemerintahan pada masanya. Namun, kemudian dia malah dikenal sebagai pembela hak asasi manusia dan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian atas penentangannya yang blak-blakan terhadap impuls totaliter tergelap Uni Soviet.

Kebalikan dari itu, dia juga adalah 'bapak bom hidrogen Soviet' yang berkonflik dan membantu mempercepat perlombaan senjata yang membuat umat manusia berada di ambang kehancuran.

Figur Sakharov memang sering jadi diskusi kontroversial, kata Karl Schlögel, sejarawan Jerman dengan spesialisasi di Eropa Timur.

"Saya pikir itu terjadi di luar keinginannya," kata Schlögel.

Sakharov kemudian menjadi aktivis hak-hak sipil karena keteguhan dan kesetiaan pada prinsip-prinsipnya.

Lahir 21 Mei 1921 di Moskow, Andrei Sakharov mewarisi kecintaan pada Fisika dari ayahnya, yang juga seorang fisikawan.

Ayahnya, Dmitry, adalah seorang guru fisika yang dihormati yang menulis buku teks populer tentang subjek tersebut. Ia adalah pria yang berprinsip dan berbudaya dengan pandangan kemanusiaan, dia diyakini memiliki dampak yang mendalam pada perkembangan intelektual putranya.

Seperti kebanyakan generasinya yang lahir tepat setelah Revolusi Bolshevik, Sakharov muda telah dijiwai sejak usia dini dengan ide-ide komunis, seperti kesetaraan sosial dan keadilan.

Bakatnya dalam Fisika pun bersinar sejak awal, dan dia segera menjadi bagian dari lingkaran elit ilmuwan yang mengerjakan proyek rahasia, termasuk pembuatan senjata nuklir.

Sakharov memainkan peran kunci dalam pengembangan bom hidrogen Soviet.

Pada 1961, pimpinan Soviet, Khrushchev, memutuskan untuk menggelar lagi uji coba bom atom di Kutub Utara yang tadinya sudah dihentikan. Sakharov ketika itu adalah satu-satunya ilmuwan yang secara lantang menentang rencana tersebut.

Oktober 1961 dilakukan uji coba bom atom Tsar, bom atom terkuat yang pernah diledakkan di Bumi,  berkekuatan kira-kira 4.000 kali bom Hiroshima.
Konsekuensi yang menghancurkan dari tes tersebut mengubah sikap Sakharov menjadi penentang lomba senjata nuklir antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Dia menjadi kritikus yang semakin vokal terhadap kepemimpinan Soviet.

Sakharov menulis esai 'Reflections on Progress, Peaceful Coexistence', dan 'Intellectual Freedom' yang di kemudian hari dikenal sebagai Manifesto Sakharov. Sejak saat itu, ia dan istrinya, Yelena Bronner, semakin terlibat dalam kampanye hak asasi manusia, khususnya untuk para tahanan politik. Pasangan itu pun segera menjadi perhatian media internasional.

Sakharov kemudian menghadapi penganiayaan dari negara Soviet karena advokasi kebebasan sipilnya. Dia memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1975, tetapi tidak diizinkan melakukan perjalanan ke Oslo untuk mengambilnya secara langsung.

Media Soviet mengecam sikap Sakharov dan rekan-rekannya yang disebut telah mencemarkan nama Uni Sovieta. Setelah mengeritik invasi Soviet ke Afghanistan pada 1980, dia ditangkap dan dilucuti gelarnya lalu diasingkan ke Gorky, sekarang bernama Nizhniy Novgorod.

Namun pada Desember 1986, pemimpin baru Soviet Mikhail Gorbachev meneleponnya secara pribadi untuk mengakhiri pengasingannya. Dia dibolehkan kembali ke Moskow dan menjadi salah satu tokoh reformasi.
Andrei Sakharov membantu menyusun konstitusi baru setelah terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 1989.

Dia meninggal 14 Desember 1989 karena serangan jantung. Namun, Rusia tidak membuatkannya monumen khusus untuk Sakharov, kecuali jalan besar di Moskow yang menyandang namanya. Sekarang jalan itu menjadi lokasi populer untuk berbagai aksi protes.

Sejarahnya yang bergejolak sebagai seorang pembangkang politik di Uni Soviet telah membuatnya kagum di Barat dan di antara kaum intelektual Rusia. Penghargaan Sakharov diberikan setiap tahun oleh Parlemen Eropa kepada orang-orang dan organisasi yang berdedikasi pada hak asasi manusia dan kebebasan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA