Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Olof Palme, Merpati Perdamaian Dan Sahabat Bagi Fidel Castro

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 11 Juni 2020, 06:05 WIB
Olof Palme, Merpati Perdamaian Dan Sahabat Bagi Fidel Castro
Upacara Pemakaman Palme Duka Cita Bagi Swedia/Net
rmol news logo Butuh 34 tahun bagi aparat kepolisian untuk mengungkap siapa pembunuh Perdana Menteri Swedia, Olof Palme. Hari ini, polisi berhasil mengungkap misteri itu dan memiliki sebuah nama yang patut dijadikan tersangka. Sayangnya, ternyata si tersangka sudah meninggal dunia karena bunuh diri, 20 tahun lalu.  

"Pelakunya adalah Stig Engstrom," kata Jaksa Penuntut Krister Petersson yang memimpin penyidikan kasus itu mulai 2017, seperti dilaporkan Reuters, Rabu (10/6).

"Karena tersangka telah meninggal dunia, maka saya tidak dapat menuntut hukuman terhadapnya dan dengan ini memutuskan untuk menutup penyidikan," kata Krister.

Akhir dari drama panjang yang menyedihkan.

Kematian Palma adalah duka cita besar bagi rakyat Swedia. Seorang pelayat yang merasa sangat sedih, menuliskan puisi untuk Palma pada saat pemakamannya dulu.

Kau yang telah membunuh Palme mungkin tahu kalau kau telah menembak mati seorang merpati perdamaian
Tapi kau tak pernah tahu bahwa pelurumu
Yang menembus dadanya
Justru melepaskan jutaan merpati-merpati perdamaian yang baru
Yang tak pernah bisa kau tumpas. 
Pesan dari seorang pelayat- dikutip dari 'Sweden and the Killing of. Olof Palme', karya Chris Mosey, 1991.


Peristiwa Kelam Malam Itu
Olof Palme meninggal dunia setelah seorang menembaknya dari belakang di jalanan pusat Kota Stockholm pada 28 Februari 1986, sekitar pukul 23.00 waktu setempat, 34 tahun lalu. Saat itu, Palme bersama istri keluar dari gedung bioskop.

Palme dan istrinya, Lisbeth, baru saja menonton The Mozart Brothers (1986), film komedi yang disutradarai Suzanne Osten. Usai menonton, keduanya pulang ke rumah melewati jalanan di pusat Stockholm.

Palme ditembak dua kali di perutnya, sementara istrinya ditembak di punggung.  

Palme segera dilarikan ke rumah sakit tetapi nyawanya tidak dapat diselamatkan. Sementara sang istri dirawat untuk mengobati luka-lukanya.

Pelaku penembakan hilang di antara orang-orang. Perburuan besar-besaran pun dilakukan, namun hasilnya nihil, sehingga memunculkan teori konspirasi.

Malam itu, seorang sopir taksi yang menyaksikan kejadian segera menggunakan radionya untuk menghubungi polisi, sebagaimana dikutip dari BBC.

Palme, politikus Partai Sosial Demokrat sedang menjalani masa jabatan keduanya sebagai perdana menteri Swedia saat penembakan terjadi. Dia memang terbiasa tidak ingin dikawal dalam penjagaan ketat walau memiliki banyak pengawal.

Rakyat Swedia mengagumi pribadinya yang masih bisa berjalan sendirian di jalanan Stockholm tanpa penjagaan. Namun, malam itu Swedia dikejutkan dengan peristiwa penembakan misterius sang perdana menteri.

Kematian Palme, sang singa sosialis Skandinavia, bukan sekadar jadi sejarah buruk dalam kancah perpolitikan Swedia dan Eropa pada era 1980-an, tetapi juga meninggalkan misteri besar yang begitu panjang untuk dapat dipecahkan, siapa pelaku dan apa motif pembunuhannya.

Hari di mana Palme tertembak dan Swedia menjadi begitu berduka disebut-sebut sebagai hari yang 'kehilangan kepolosannya'.

Sepanjang proses penyelidikan, lebih dari 130 orang telah mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

File-file kasus yang terakumulasi sejak kematian Palme hingga kemarin, setelah berhasil mendapatkan nama tertuduh, mungkin telah memadati rak lebih dari 250 meter.

Lebih dari 10.000 orang telah diperiksa, tetapi tidak ada tersangka resmi.
Selama 34 tahun pembunuhan itu tidak terpecahkan. Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven yang menjabat pada 2014, menyebut misteri pembunuhan Palme sebagai "luka terbuka".

Selama masa penyelidikan yang panjang itu, beberapa orang pernah diduga sebagai pelakunya, tetapi kemudian kurang tidak ada bukti-bukti yang menguatkan.  


Penyelidikan Panjang Yang Melibatkan Banyak Kepentingan
Imogen West-Knights dalam laporannya berjudul “Who Killed the Prime Minister? The Unsolved Murder That Still Haunts Sweden” yang dipublikasikan The Guardian, menyebut bahwa kasus pembunuhan Palme ternyata begitu rumit. Kasus tersebut melibatkan banyak kepentingan yang kemudian melahirkan bermacam spekulasi dan teori-teori konspirasi.

Dua tahun setelah kematiannya, pada 1988 polisi menangkap Christer Pettersson, pria 42 tahun yang sebelumnya sempat dipenjara karena kasus pembunuhan, seperti dikutip dari New York Times

Namun, polisi tak menemukan alat bukti berupa pistol jenis Magnum, juga tak dapat mengidentifikasi apa motif kriminal kelas teri macam Pettersson membunuh Palme.

Pada Oktober 1989 dia dibebaskan dari semua tuduhan karena tidak ada motif yang ditemukan terkait pembunuhan tersebut, dengan kompensasi sebesar 50 ribu dolar AS, yang malah dipakai untuk mengonsumsi narkoba dan alkohol.

Beberapa orang bahkan percaya Palme dihabisi UDBA, polisi rahasia Yugoslavia yang dikenal kejam, sebagai buntut kegagalan sang perdana menteri membendung aksi orang-orang radikal asal Kroasia yang pernah menyerang kedutaan Yugoslavia di Stockholm pada 1971.


Sosok Penuh Gebrakan Dan Sahabat Bagi Fidel Castro
Selama menjabat, Olof Palme dikenal sebagai pengusung perdamaian.
Palme adalah anak bungsu dari pasangan Gunnar dan Elisabeth von Knieriem Palme yang lahir pada 30 Januari 1927, di Stockholm. Keluarganya terhitung golongan elite dan keturunan bangsawan di Swedia.

Sejak kecil Palme terbiasa menikmati berbagai fasilitas kelas satu, termasuk dalam pendidikan.

Selepas menjalani wajib militer pada 1944, Palme pindah ke AS. Ia memperoleh beasiswa untuk belajar politik dan ekonomi di Kenyon College, Ohio.

Ketika ditunjuk menjadi perdana menteri pada 1969, Palme langsung dihadapkan serangkaian permasalahan di dalam negeri. Pengangguran, tingginya konsumsi narkoba dan alkohol, defisit neraca pembayaran, hingga tajamnya polarisasi antara kaum kiri yang mendominasi media, serta kelompok konservatif yang mendominasi dunia bisnis serta perbankan.

Selama menjabat dua periode, Palma dikenal sebagai sosok yang berani dan berhasil melahirkan kebijakan-kebijakan yang luar biasa.

Gebrakan Palme di tataran internasional tak kalah berani. Ia berkali-kali mengkritik kebijakan AS selama Perang Vietnam, menolak politik apartheid di Afrika Selatan, menentang kediktatoran Franco di Spanyol dan Pinochet di Cile, mendukung zona bebas nuklir di Eropa, hingga mengkritik kebijakan keamanan Washington dan Israel terkait konflik dengan Palestina.

Palme juga mendukung Revolusi Kuba 1959 yang dipimpin Fidel Castro.  Sejak itu Palma dan Castro bersahabat.

Dalam sebuah eulogi tentang Palme, Fidel Castro memuji visi internasionalis Palme. Juga visi anti-kolonialisnya yang berbasis solidaritas. Castro sering mengungkapkan tentang persahabatan antara Swedia dan Kuba serta kerelaan Palme untuk ‘bertengkar’ dengan pemimpin politik konservatif terkemuka seperti Reagan, demi pembelaanya terhadap dunia ketiga.

Kematian Palme juga ditangisi di seluruh Uni Soviet, seperti kata seorang ilmuwan politik Soviet, George Arbatov.

"Kami menjadi teman dekat selama bekerja dengan komisi," katanya, seperti dikutip dari NNN. "Aku sangat merindukan Olof. Kematiannya diratapi di seluruh Uni Soviet,"


Siapakah Engstrom Dan Apa Motifnya?
Stig Engstrom dikenal sebagai Skandia Man yang pernah bekerja di perusahaan asuransi Skandia, sebagai perancang grafis. Dia bekerja lembur pada malam pembunuhan di kantor pusat perusahaan dekat dengan tempat kejadian perkara.

Kepolisian menyatakan telah lama Engstrom diduga sebagai pelaku dan berkali-kali ia dimintai keterangan oleh polisi. Namun, hasilnya selalu negative dan kemudian selalu dikeluarkan dari penyidikan. Engstrom adalah salah satu dari sekitar 20 orang yang menyaksikan pembunuhan itu.

Dia pertama kali diidentifikasi sebagai tersangka oleh jurnalis Thomas Pettersson, dan polisi mulai memeriksa Engstrom 18 tahun setelah kematiannya.

Engstrom pernah berbohong tentang saat-saat setelah pembunuhan, bahkan mengklaim dia telah mencoba membantu menyadarkan Plame di lokasi.

Polisi hanya menduga Engstrom diyakini membunuh Palme karena pandangan sayap kiri-nya.

"Bagaimana dia bertindak meyakinkan kami bahwa dialah pembunuhnya," ujar Krister.

Dalam pernyataan resmi tim investigasi, Engstrom disebut sebagai pembunuh tunggal tanpa kaitan politik tertentu. Hal itu menegaskan bahwa sejumlah teori konspirasi yang melingkupi kasus penembakan Palme tidak lagi valid.

Dengan ditetapkannya tersangka pembunuh Palme dan kenyataan bahwa si pembunuh telah meninggal pada tahun 2000, maka kasus ini dianggap selesai.

Namun, anggota keluarga Engstrom berulang kali membantah tuduhan itu. Dikutip dari surat kabar Expressen, istri Engstrom menyebut mendiang suaminya adalah orang yang tidak mungkin melakukan penembakan.

"Memukul lalat pun dia tidak berani," ujar isteri Engstrom. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA