Tugas mulia ini dimulai setelah Adam dan istrinya Hawa terusir dari surga sebagai konsekwensi dari kekhilafannya melanggar ketetapan Tuhan dengan memakan buah khuldi (buah keabadian) (Al Baqarah :35-36). Adam dan Hawa menyesali dosa yang dilakukannya, kemudian memohon ampun (Al A'raf: 23), dan Tuhan mengampuninya (Al Baqah:37).
Adam dan Hawa kemudian menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh tantangan bagi keduanya. Lebih dari itu, setan bertekad untuk terus menggoda dan menyesatkan anak cucu Adam (Shad: 79-85). Karena itu Allah mengingatkan Adam dan Hawa bahwa tidak perlu bersedih dan jangan khawatir, karena Allah akan memandunya. Mereka yang taat akan selamat baik saat menjalani kehidupan di dunia ini, maupun saat menghadapNya di akhirat kelak. Selanjutnya anak-cucu Adam mendapatkan panduan melalui para utusan dan kitab suciNya (Al Baqarah: 38).
Dalam Al Qur'an ada 25 utusan Allah yang namanya jelas disebutkan. Sebagian dari mereka secara rinci diceritakan kisahnya, sementara yang lain hanya disinggung secara singkat atau samar, bahkan ada yang hanya disebut namanya (Al Ghafir: 78).
Dari 25 utusan ini, 5 diantaranya bergelar ululazmi (penghulu para utusan), karena perannya yang sangat besar dalam mengembangkan risalah Ilahi, diantaranya: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad (Al Ahzab: 7). Musa merupakan rasul yang disebut namanya sebanyak 136 kali dalam Al Qur'an, sekaligus paling banyak kisahnya diceritakan. Sementara Isa sebanyak 25 kali, sedangkan Muhammad hanya 4 kali.
Di luar 25 orang utusan yang disebutkan namanya dalam Al Qur'an, terdapat para nabi yang berjumlah 124 ribu dan 313 rasul, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar dalam tafsir Ibnu Katsir.
Para ulama membagi para utusan Allah menjadi nabi dan rasul. Disebut "nabi" jika risalah yang diterima hanya untuk dirinya sendiri atau kelompok yang terbatas, sedangkan disebut "rasul" jika risalah yang diterimanya disamping untuk dirinya sendiri juga untuk disampaikan ke masyarakat luas.
Bila merujuk pada definisi ini, maka bisa dikatakan diantara para nabi ada yang perempuan, seperti Maryam ibu Isa yang dipandu Allah menjelang persalinan (Maryam: 26), dan Ibu Musa yang dipandu untuk menghanyutkan bayinya sebagai cara untuk menyelamatkan Musa dari ancaman Firaun (Al Qassas: 7). Dan diantara para rasul dan nabi tersebut bukan mustahil ada yang lahir di India, China, maupun tempat lain di luar Timur Tengah.
Dari 5 Rasul yang bergelar ulul Azmi di atas, ditegaskan pertautan antara ajaran Musa dengan Ibrahim (Al A'la: 19). Sementara Isa (Yesus) disebutnya sebagai penyambung antara ajaran yang dibawa oleh Musa yang hadir sebelumnya dengan Muahammad yang akan hadir sesudahnya. "Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" (Ash Shaf : 6).
Dalam bahasa Arab, kata "Ahmad" dan "Muhammad" memiliki akar kata yang sama, yang bermakna terpuji. Kata "Ahmad" sebagai kata sifat yang dapat dimaknai sebagai "lebih terpuji" atau "paling terpuji". Sementara kata "Muhammad" berarti "yang terpuji".
Menurut Al Qur'an, Muhammad merupakan rasul terakhir dan menjadi penutup dari para nabi atau rasul sebelumnya. Jadi sejak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, sampai Muhammad merupakan rangkaian dari pembawa risalah dari Tuhan yang sama. Meskipun demikian, Al Qur'an juga mengingatkan agar kita tidak membeda-bedakan antara satu rasul dengan rasul lainnya (Al Baqarah: 136).
Kehadiran Muhammad sebagai penutup para utusan sebelumnya (Al Ahzab: 40, dan Al Maidah: 3), memiliki tugas menuntaskan panduan yang diberikan Allah kepada manusia dari rangkaian panduan yang diberikan oleh para utusan sebelumnya.
Dalam kontek ini, Al Qur'an juga berfungsi untuk meluruskan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para utusan yang telah diselewengkan, termasuk oleh para pemuka agamanya karena orientasi duniawi. Mereka disebut dalam Al Qur'an sebagai telah menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah (Al Baqarah: 41, dan Al Maidah: 44).
Al Qur'an juga berisi kisah-kisah generasi terdahulu baik yang lurus maupun yang dihukum Allah karena berbuat dosa, sebagai pelajaran generasi kini dan mendatang. Disamping itu, Al Qur'an juga berisi berbagai ramalan dan rahasia dari misteri alam semesta yang sedikit demi sedikit tersingkap sejalan dengan kemajuan sain dan teknologi.
Namun yang paling banyak kandungan Al Qur'an ternyata berupa nilai-nilai moral yang bersifat universal, yang berlaku kapan saja dan dimana saja, yang berfungsi untuk menuntun manusia agar selamat menjalani hidup baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Wallahua'lam.
Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.
BERITA TERKAIT: