Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Korban Puting Beliung Mengais Barang Yang Masih Bisa Dipakai

Ada Yang Rumahnya Sampai Ambruk

Rabu, 12 Desember 2018, 11:03 WIB
Korban Puting Beliung Mengais Barang Yang Masih Bisa Dipakai
Foto/Net
rmol news logo Sejumlah tempat di Kota Bogor, Jawa Barat, diterjang angin puting beliung. Akibatnya, ribuan bangunan rusak, dan satu orang meninggal dunia. Ada yang rumahnya sampai ambruk, seperti dialami Intan.

Intan berada di lahan yang sebelumnya merupakan tempat tinggalnya di RW 7, Kelurahan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan. Intan sedang mencari benda maupun perabotan miliknya yang masih bisa diselamatkan, atau dipakai lagi setelah puting beliung menerjang rumahnya akhir pekan lalu.

Rumah Intan berada persis di bibir Sungai Cipaku. Tak begitu jauh dari Stasiun Batu Tulis. Ukurannya tak begitu luas. Bahkan, bisa dibilang sangat kecil. Lebih mirip rumah petakan karena ruang keluarga hingga dapurnya berada di ruangan yang sama.

Hampir tak ada yang bisa diselamatkan dari rumah tersebut. Rangka bangunan pun telah ambruk. Memang ada beberapa perabotan seperti lemari, hingga kompor yang terlihat di tempat itu. Tapi, semuanya ringsek ter­timpa bangunan rumahnya.

Kesedihan memang tak terlihat lagi di wajah Intan pada Senin itu (10/12). Namun, dia masih terlihat bingung. Bagaimana dia akan membangun kembali rumahnya. Kata dia, hanya bantuan yang bisa membuatnya membangun lagi rumah mungil untuk tempat tinggalnya bersama suami dan empat anaknya.

"Kalau untuk bangun pakai kemampuan sendiri, terus terang saya susah. Saya memang berharap ada bantuan. Karena, buat makan sehari-hari kita pas-pasan. Suami cuma dagang, di Jakarta. Kalau lagi bagus bisa dapat Rp 100 ribu per hari. Lebih sering tak sampai segitu," ucap Intan.

Intan menuturkan, puting beliung terjadi begitu cepat. Tapi, sore saat kejadian terse­but, dia sedang tidak berada di rumah. Hanya saja, memang tak ada harta bendanya yang bisa diselamatkan.

"Atap rumah saya terbang. Nah, yang dari atas, yang dari seberang sungai, itu rangka baja atapnya terbang dan menimparumah saya. Jadi, rumah saya ambruk. Karena rangka rumahsaya cuma dari kayu," bebernya.

Namun, tidak ada korban dari anggota keluarganya. "Saat itu anak saya minta main hujan-hujanan. Saya izinin. Jadi pas di luar. Saya juga lagi di rumah saudara, di depan," terangnya.

Saat ini, Intan masih tinggal sementara di masjid, di lingkungan RW setempat. Dia berharap ada uluran tangan, baik dari pemerintah maupun dari pihan mana pun. "Mulai dari kejadian, saya dan keluarga tinggal di masjid. Saya mohon bantuan saja," ucapnya.

Kelurahan Batu Tulis jadi salah satu wilayah yang terdampak paling parah angin putingbeliung di Bogor. Warga setempat pun mulai membenahi rumah mereka yang terkena dampak. Seperti yang dilakukan Iis Aisyah.

"Iya dibenerin aja sedikit-sedikit. Dibenerin sendiri. Daripada diam saja. Sementara ya begini aja. Barusan diberesin. Ada bantuan tadi dari saudara sama dari relawan ormas," ucap Iis, saat ngobrol.

Di hari kejadian, kata Iis, dia bersama suaminya sedang berada di rumah. Rumah Iis be­rada tak jauh dari rumah Intan. Masih di wilayah RW yang sama. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Hampir keseluruhan atap rumahnya yang terbuat dari asbes terbang.

Untuk Sementara Atap Diganti Terpal
Salahsatu korban puting be­liung, Iis Aisyah dibantu kerabat dan relawan ormas setempat, baru selesai membersihkan dan memasang terpal pengganti sementara asbes rumahnya saat ditemui pada Senin (10/12).

"Pas kejadian hampir semua atap rumah saya terbang. Hanya tinggal satu biji. Yang bolong-bolong sementara pakai terpal dulu," kata Iis.

Iis bilang, saat peristiwa itu terjadi, dirinya sedang berada di rumah bersama suaminya. Iis panik. Dia segera membawa suaminya yang selama lima tahun terakhir menderita stroke ke masjid di wilayah RW terse­but. "Saya panik, teriak Bapak. Suasana gelap. Ninggalin rumah,membawa suami pergi ke masjid. Pas kejadian, saya mikirin suami saja," tuturnya.

Namun, lanjutnya, tidak ada korban luka maupun jiwa yang menimpa keluarganya. Tidak ada material dari rumah maupun bangunan lain yang menimpa ru­mahnya. Hanya atap rumahnya saja yang beterbangan.

Iis memperkirakan, kerugian yang dialaminya akibat peristiwa itu mencapai jutaan rupiah. "Tuh kamar habis. Kalau dihitung mah jutaan-lah. Kayak kasur dua biji nggak bisa dipakai lagi. Terus ada juga karpet. Sama asbes-asbes," ucapnya.

Ratna, relawan dari ormas setempat menyebut, sejumlah bantuan diterima organisasinya dan langsung disalurkan ke para korban. "Membantu ikut mencari dana. Dari dana itu kita bantu war­ga. Istilahnya pertolongan pertama. Jadi, nggak usah harus nunggu pemerintah dulu," katanya.

Sejauh ini, lanjut Ratna, selain dana, bantuan yang disalurkan kebanyakan makanan. Selain itu juga ada pakaian.

"Kita juga ada sekitar Rp 3 juta dari dana bantuan yang su­dah kita belanjain untuk bahan material," bebernya.

Lebih lanjut, pihaknya juga menghubungi pemerintah untuk menjelaskan keperluan darurat yang dibutuhkan korban. Seperti mengangkut puing-puing yang berserakan di sekitar rumah korban.

"Kita juga minta ke Dinas Kebersihan. Minta angkut sampah dan puing-puing. Alhamdulillah langsung diangkutin. Siapa pun yang jadi korban, kita upayakan bantu. Jadi, nggak cuma keluargayang ikut gabung organ­isasi," ucapnya.

Latar Belakang
Berharap Bantuan, Warga Minta Status Tanah Dikesampingkan Dulu


 Belasan keluarga masih mengungsi di masjid, di RW 7, Kelurahan Batu Tulis, Bogor Selatan, Bogor, Jawa Barat. Kerusakan rumah mereka akibat angin puting beliung bervaria­si, mulai dari ringan, sedang, hinggarusak berat.

Ade Suhendar, Ketua RW se­tempat menyebut, ada beberapa warga yang sudah secara swada­ya membangun kembali rumah mereka. Namun, masih banyak yang mengungsi karena kemam­puan ekonominya pas-pasan, se­hingga tak mampu memperbaiki rumahnya. "Alhamdulillah, ada warga yang bisa kerjakan sendiri. Ada yang dibantu keluarganya," ucap Asep, saat ditemui di lokasi pengungsian.

Namun, yang jadi PR, kata dia, adalah warga yang rumah­nya mengalami kerusakan berat. Padahal, warga tersebut dapat dikatakan memiliki kemampuan ekonomi yang rendah. Sehingga, kesulitan untuk memperbaiki bangunan rumah mereka. "Yang jadi PR itu kerusakan berat, tapi nggak bisa membenahi sendiri. Membutuhkan bantuan. Ada beberapa keluarga yang seperti itu," ujarnya.

Terkait bantuan, Asep menambahkan, hingga saat ini, kebutuhan utama seperti makanan dan minu­man selalu tersedia. "Tapi, yang penting juga pasca bencana. Nggak selalu makanan dan minuman. Pasca bencana itu bisa berupa ma­terial bangunan. Makanya, seka­rang lagi kita data," bebernya.

Pendataan itu, sambungnya, dilakukan bersama pemerintah. Mulai dari kerusakan ringan, se­dang, hingga rusak berat. "Tapi katanya, kalau mau dibantu harus jelas status tanahnya. Nah, kebetulan status tanah di sini sebagian tidak resmi," ujarnya.

Makanya, Asep berharap pihak terkait mengesampingkan status tanah tersebut. Apalagi, bencana yang menimpa warga di wilayah itu terbilang cukup besar dan baru pertama kali terjadi.

"Kebetulan sebagian kan memang statusnya tanah PT KAI dan Dinas Pengairan. Tapi kami berharap, Pemkot Bogor kesampingkan-lah soal itu. Namanya bencana, kita juga kan nggak pernah mengharapkan terjadi," ucapnya.

Lebih lanjut, hingga saat ini, bantuan berupa dana maupun santunan belum diterima warga. "Karena memang masih tahap pendataan. Tapi kalau bantuan pertama dari BPBD, dari Dinsos ada.Kan ada juga poskonya mereka. Ada juga dari relawan," jelasnya.

Sebelumnya, hujan deras disertai angin puting beliung melanda wilayah Bogor sejak pukul 15.00-17.00 WIB pada Kamis (6/12). Puluhan rumah serta sejumlah kendaraan rusak, dan seorang pengemudi mobil minibus tewas dalam peristiwa tersebut.

Korban tewas diketahui berna­ma Eni (45), pengemudi Avanza F 1618 EY saat melintas di Jalan Raya Lawang Gintung, Bogor Selatan, Kota Bogor. Mobil yang dikemudikan warga Bogor Nirwana Residence (BNR) Cluster Nirwana, Bogor Selatan, Kota Bogor ini rusak setelah tertimpa pohon tumbang.

"Yang bersangkutan meninggaldunia dan dievakuasike RS PMI Bogor," ucap Kepala Penerangan Komando Resort Militer (Korem) 061/Suryakancana Mayor Ratno, Kamis (6/12).

Ratno menjelaskan, berdasar­kan laporan anggota di lapangan, puting beliung itu terjadi sekitar pukul 15.00, mengakibatkan robohnya tiga pohon kenari besar dan menimpa satu kendaraan angkot, empat unit kendaraan ro­da dua. "Lokasi tepatnya di Jalan Lawang Gintung arah Istana Batu Tulis. Tadi ada beberapa kendaran yang tertimpa pohon, satu diantaranya milik korban meninggal dunia, yakni Avanza Silver F 1618 EY," paparnya.

Petugas gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Taruna Siaga Bencana (Tagana), TNI dan Polri pun berjibaku mengevakuasi reruntuhan pohon dan atap rumah warga di beberpa lokasi. Akibat kejadian itu, ruas jalan raya Lawang Gintung dan Pandu Raya lumpuh total.

Mulyana (31) warga Kampung Pulo Geulis, Babakan Pasar, Bogor Tengah, Kota Bogor menuturkan, puting beliung juga merusak atap rumahnya dan tetangganya. "Saudara saya di Pamoyanan, Perumahan Bogor Park, atapnya juga ambruk," ucapnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA