Mimpi berjumpa Rasulullah Saw. diungkapÂkan dalam berbagai hadis. Di antara hadis itu ialah: "Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihatku. SesungÂguhnya setan tidak dapat menjelma sepertiku." (H.R. Muslim dari Abi Hurairah). Dalam redaksi lain, Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang melihat aku dalam mimpi, maka dia benar-beÂnar melihat sesuatu yang benar." (H.R. Muslim dari Abu Qatadah). Dalam riwayat lain disebutÂkan, barangsiapa yang sering berselawat terÂhadapku, aku tahu dan aku tentu memberikan syafaat di hari kiamat. Dalam redaksi lain dikaÂtakan, barangsiapa memimpikan aku maka aku akan bersamanya di syurga kelak. Hadis-hadis tersebut tak perlu diragukan karena diriwayatÂkan oleh Imam Bukhari atau Imam Muslim, dua perawi yang amat
credible dalam ilmu hadis.
Memimpikan Rasulullah Saw dalam mimpi tentu merupakan dambaan setiap umatnya. Sejumlah ulama khawas menasehatkan jika ingin bermimpi berjumpa dengan Rasulullah maka berdoalah kepada Allah Swt, wujudkan rasa cinta yang sangat mendalam, dan banyakÂlah bershalawat terhadapnya. Mimpi berjumpa Rasulullah memiliki banyak bentuk, mulai dari melihat anggota badan Rasulullah Saw secara samar-samar, sampai menjumpainya secara utuh, bahkan berkomunikasi (batin) dengannya. Mimpi berjumpa dengan Rasulullah merupakan kenikmatan tersendiri. Dalam biografi para wali, Jami' Karamat al-Auliya' (dua jilid) karya Yusuf Ismail Nabhani, di antara 549 wali, ada banyak di antaranya disebutkan pernah dan sering berÂjumpa dengan Rasulullah Saw.
Banyak ulama besar antara lain Imam Al- Gazali (1058-1111 M) mempunyai pengalaman ketika ditanya salahseorang muridnya, kenaÂpa engkau sering mengutip hadis-hadis Ahad (tidak populer) di dalam kitab Ihya' 'Ulumud Din, lalu ia menjawab, saya tidak pernah menuÂlis satu hadis di dalam buku ini sebelum saya konfirmasikan kepada Rasulullah. Padahal, RaÂsulullah wafat tahun 632 M dan Al-Gazali waÂfat tahun 1111 M, selisih 479 tahun. Kitab Ihya' 'Ulumud Din merupakan masterpiece Al-GazaÂli yang ditulis di puncak menara mesjid DamÂaskus. Kejadian lain, Ibn 'Arabi (1165-1240 M), seorang sufi besar, ditanya seorang muridnya prihal bukunya, Fushush al-Hikam, yang diraÂsakan seperti ada misteri. Kata muridnya, setÂiap kali saya baca buku ini setiap itu pula saya mendapatkan sesuatu yang baru. Lalu dijawab, buku itu memang pemberian Rasulullah langÂsung kepada saya, bahkan judul bukunyapun dari Rasulullah (
khudz hadza kitab Fushuhsh al-Hikam). Padahal, selisi masa hidup RasuÂlullah dan Ibn ‘Arabi terpaut 608 tahun. Tentu bukan hanya Rasulullah Saw, orang-orang terÂtentu pun, termasuk kedua orang tua kandÂung kita, guru-guru spiritual kita, dan keluarga dekat kita lainnya bisa diberikan kemudahan AlÂlah Swt untuk berkomunikasi dengan mereka. Dengan demikian, kematian tidak boleh menÂjadi penghalang untuk bersilaturrahim.