Multi Makna Mudik (8)

Bersilaturrahim Dengan Non-Muslim

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 02 Juli 2018, 10:33 WIB
Bersilaturrahim Dengan Non-Muslim
Nasaruddin Umar/Net
SILATURRAHMI tidak boleh dibatasi oleh perbedaan agama, etnik, kewarganega­raan, dan ikatan primordial lainnya. Islam sejak awal mengharuskan umatnya bersilaturrahim dengan um­at-umat lain. Silaturrahim dalam arti menjalin tali kasih dengan siapapun sesama makhluk Tuhan. Allah Swt mencontohkan berdialog dengan iblis dan memenuhi permintaannya untuk di­panjangkan hidupnya sepanjang hidup umat manusia (Q.S. Shad/38:75-85). Ketika Rabi'ah Adawiyah ditanya apakah engkau membenci Iblis? Ia menjawab: Cintaku sudah memenuhi semua ruang dalam tubuhku sehingga tidak ada lagi tempat untuk membenci kepada siapapun. Pengakuan Iblis di adalam di atas mengaku bahwa semua orang akan takluk dihadapanku, "kecuali hamba-Mu yang mukhlashin" (Illa min 'ibadik al-mukhlashin).

Silaturrahim tidak dipilah dan dibedakan oleh atribut-atribut primordial manusia, seperti agama, ras, etnik, suku-bangsa, negara, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan lain sebagainya. Al-Qur’an menegaskan: "Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam" (Q.S. al- Isra’/17:70). Tuhan tidak menggunakan redakasi "Allah memuliakan orang-orang Islam" (wa laqad karramna al-muslimun). Ini artinya siapapun sebagai anak cucu Adam wajib dihormati se­bagai manusia. Al-Qur’an juga menggagas konsep "ukhuwah imaniyah", persaudaraan orang-orang yang berkeimanan. Al-Qur’an men­gatakan: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah saudaramu" (Q.S. al-Hujurat/49:10). Tuhan tidak mengatakan "sesungguhnya orang-orang Islam itu bersaudara" (innamal muslimin ikhwah). Ini artinya pengakuan terhadap orang-orang yang beriman. Soal keimanannya itu benar atau salah adalah persoalan lain dan itu lebih merupa­kan urusan Allah Swt. Al-Qur’an menegaskan: "Sesungguhnya yang paling mulia di antara ka­mu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di anatara kamu"  (Q.S. al-Hujurat/49:13).

Kedalaman dan keluasan wawasan tokoh-tokoh NU yang pernah menggagas sinergi tiga konsep ukhuwah yang hidup di dalam wadah NKRI, yaitu persaudaraan kemanusiaan (ukhu­wah basyariyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan keislaman (ukhuwah islamiyah). Tidak boleh atas nama salahsatu konsep ukhuwah digunakan untuk merusak tatanan ukhuwah yang sudah mapan. Allah Swt dengan tegas mengatakan: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tia­da memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadi­kan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (Q.S. al-Mumtahinah/60: 7-8). Nabi juga pernah menegaskan: "Barang siapa yang mendhalimi orang-orang yang menjalin perjanjian damai (mu'ahhad) atau melecehkan mereka, atau membebaninya sesuatu di luar kesanggupannya, atau mengambil hartanya tanpa persetujuannya, maka saya akan menjadi lawannya nanti di hari kemudian" (HR. Bukhari- Muslim).

Hadis shahih lain yang menceritakan Nabi memerintahkan untuk menshalat gaibkan sahabat Nabi, yaitu Raja Najasy ketika sampai kabar kematian kepadany. Sahabat pun melakukan shalat gaib dengan empat kali takbir di masjid dan mendoakannya (HR Bukhari No. 3880- 3881). Riwayat dari jalur Imam Muslim juga hampir sama redaksinya.

Jika terjadi silaturrahim internal sesama makhluk mikrokosmos (akan dibahas kmudian) bisa terwujud maka akan memudahkan terjalin­nya ukhuwah komperhensif dengan leompok masyarakat non-muslim. Silaturrahim dengan umat agama lain merupakaan suatu keniscayaan. Khusus umat Islam Indonesia sebaiknya kita meninggalkan ulah sejumlah oknum yang membakar mesjid "Baitul Muttaqin" Karobaba, Kab. Tolikara, Papua saat umat Islam shalat Idul Fitri 1436 H kemarin. 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA