Setelah sebulan penuh hamba-Nya melaksanakan berbagai amaliah Ramadhan maka ditutuplah bulan itu dengan sebuah perÂistiwa Hari Raya Idul Fithrah, kembali ke fitrah, jati diri paling luhur bagi anak manusia. Siapa yang tidak merinding mendengarkan pangÂgilan mesra Allah swt: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. (Q.S. al-Fajr/89:27-29).
Makna spiritual mudik yang paling penting sesungguhnya ialah kembali menyambung tali kasih (shilah al-rahim). Kata shilah dalam baÂhasa Arab: washala-yashilu-washlan, wushÂulan, shilah, yang secara harfiah berarti samÂpai ke..., menyambung, menggabungkan, dan berkelanjutan. Dari akar kata tersebut terbenÂtuk sejumlah derifasi dan maknanya masing-masing. Sedangkan kata rahim berasal dari akar kata rahima-yarham-marhamah, yang secara harfiah berarti menaruh kasih, mencinÂtai, menyayangi dengan sangat dalam. Dari akar kata ini muncul derifasi kata lain misalÂnya: Rahmah (rahmat), al-Rahim (Maha PeÂnyayang), dan al-Rahman (Maha Pengasih). Dari akar kata yang sama juga lahir kata raÂhim, yaitu organ reproduksi, baik yang berada di dalam perut perempuan (rahim mikrokosÂmos) maupun organ reproduksi alam raya (raÂhim makrokosmos), seperti perut bumi yang juga lazim disebut ibu pertiwi.
Secara populer silaturrahim sering diartiÂkan menyambung tali cinta-kasih. Silaturrahim sering diidentikkan dengan kata halal bi haÂlal, mempunyai makna lebih dari sekedar berÂsalam-salaman antara satu dengan yang lain. Konsep silaturrahim di dalam Al-Qur'an dan sebagaimana dipraktekkan Rasulullah Saw, bukan hanya dengan sesama umat Islam, atau sesama umat manusia, tetapi lebih luas dari itu, meliputi seluruh makhluk makrokosmos, mikrokosmos, dan makhluk spiritual. SilaturraÂhim tidak dipilah dan dibedakan oleh atribut-atribut primordial manusia, seperti agama, ras, etnik, suku-bangsa, negara, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan lain sebagainya.
Silaturrahim juga bisa diwujudkan dengan para makhluk spiritual, seperti dengan para arwah yang telah wafat, para malaikat, dan para jin. Bagi para sufi, juga mempunyai konÂsep silaturrahim dengan Tuhan yang diistiÂlahkan dengan "taqarrub ilallah" (pendekatan diri kepada Allah Swt). Semakin harmonis siÂlaturrahim kepada para pihak maka semakin tinggi kualitas dan martabat manusia itu. SeÂmakin buruk silaturrahim itu maka semakin buÂruk pula kualitas dan martabat hidup manusia itu. Sedemikian dalam makna silaturrahim ini maka Nabi pernah bersabda: "Kasih sayang itu tergantung di langit Arasy lalu Ia berkata baÂrang siapa yang menjalin hubungan denganku maka akan dihubungkan dirinya dengan TuÂhan, sebaliknya barangsiapa yang memuÂtus shilaturrahim terhadapku maka Allah pun akan memutus hubungan dengannya". Dalam hadis lain dikatakan: "Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia maka Allah SWT tidak akan menjalin hubungan dengannya".
Silaturrahim salahsatu rahasia untuk memÂperpanjang umur, sebagaimana disabdakan Nabi bahwa silaturrahim bisa memperpanjang umur. Apa yang dikatakan Nabi ini secara raÂsional bisa difahami bahwa orang yang memiÂliki banyak kolega baik sudah barangtentu lebih banyak jembatan rahmat dan rezki yang bisa dibangun.