Data-data menunjukkan para teroris tidak semuanya ahli ibadah yang tekun menjalankan amalan wajib dan sunnat, tetapi sebagian di antaranya terbeÂbani dengan dosa besar masa lampau, sehingga mereka ingin menebusnya dengan mati syahid. Salahnya ialah mereka menilai mati dengan meledakkan diri bersama bom yang ditujukan kepada sekutu-sekutu kaum kafir dianggap pula mati syahid. Padahal boleh jadi mereka hanya mati konyol bukan mati syahid. Kategori syahid kriterianya sangat panÂjang. Yang pasti tidak boleh nekat meÂlibatkan diri di dalam suatu peran yang mengancam jiwa, seperti meledakkan diri dengan bom untuk membunuh musuh atau menakut-nakuti lawan.
Nabi dan para sahabatnya tidak perÂnah mencontohkan suatu kejadian yang dapat membenarkan bom bunuh diri atau semacamnya. Bahkan dalam hadis ditemukan orang yang bunuh diri sama dengan mati kafir. Orang yang nekat daÂpat dianalogikan dengan bunuh diri dan orang bunuh diri dianggap mati kafir, dan orang kafir tidak boleh dishalati. Itulah sebabnya ada pendapat yang menyataÂkan jenazah para teroris yang bunuh diri tidak perlu diurus secara Islam karena perbuatannya sudah keluar dari koridor Islam.
Memancing emosi umat tidak akan pernah hilang. Semenjak masa Nabi sampai sekarang selalu ada saja orang yang menjadi faktor dalam terbakarnya emosi umat. Salahsatu contohnya ialah pembuatan fillm
The Innocence of Muslim yang kini membuat kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Film ini sudah menjatuhkan sejumlah korban, termasuk Duta Besar AS di Libia. Di tanah air kita juga ikut terpicu dengan film tersebut. Sebelumnya juga ada film Fitnah dan kartoon yang mendiskreditkan Nabi Muhammad Saw. Semua bentuk penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw selalu menimbulkan reaksi besar umat Islam.
Cara paling efektif menghadapi usaha profokasi umat ialah mengendalikan diri, seperti dicontohkan Nabi Muhammad Saw sendiri. Di dalam Al-Qur'an tidak kurang dari sembilan kali Nabi Muhammad ditunÂjuk sebagai orang gila (majnun), antara lain: "Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelinÂcirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur'an dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila". (Q.S. al-Qalam/68: 51). Nabi Muhammad tidak pernah bereaksi keras menanggapi pancingan itu, karena kalau Nabi bereaksi sama dengan membeli jualan mereka. Nabi memilih tidak meÂlayani mereka sehingga jualan mereka tidak laku.
(Allahu a'lam).