Idul Adha
Dimensy.id Mobile
Selamat Idul Adha Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tempat Relokasi Pedagang Pasar Tasik Diperkeras Aspal

Semula Tanah Kosong Penuh Ilalang

Sabtu, 21 April 2018, 09:59 WIB
Tempat Relokasi Pedagang Pasar Tasik Diperkeras Aspal
Foto/Net
rmol news logo Pemprov DKI Jakarta merelokasi lahan tempat pedagang Pasar Tasik, di kawasan Bongkaran, Jalan Jatibunder, Tanah Abang. Namun, relokasi membuat situasi di sekitar kawasan Tanah Abang macet dan semrawut.

Ada sekitar 800 pedagang yang dipindahkan dari lahan lama. Pemindahan dilakukan karena lahan lama sedang dalam penyidikan pihak Kepolisian. Kini, ratusan pedagang tersebut ditempatkan di sebuah lahan yang berada di sebelah kiri ujung Jalan Cideng Timur hing­ga ke Jalam Jatibaru, Gambir, Jakarta Pusat.

Beberapa waktu lalu, sebelumdijadikan tempat relokasi, lahantersebut merupakan tanah ko­song yang ditumbuhi ilalang cukup tinggi. Lahan tersebut sudahmulai diperkeras. Sebagian besar diperkeras menggunakan aspal hitam, sebagian kecil lainnya masih berupa pecahan-pecahan batu. Tanah becek usai hujan masih tampak di beberapa sisi lahan.

Puluhan petugas dari Dinas Tata Air berseragam biru, mem­perbaiki saluran air di akses masuk lahan tersebut. Sedangkan puluhan petugas lainnya sibuk mengukur bakal lokasi untuk masing-masing pedagang ber­jualan. Usai diukur, petugas kemudian meletakkan ban-ban bekas sebagai tanda batas.

Selain menggunakan ban-ban bekas, berbagai peralatan lain digunakan petugas di lapangan. Tampak satu unit ekskavator di­parkir di dekat sebuah bangunan yang sudah kosong. Beberapa unit truk dan mobil bak ter­buka diparkir di dalam dan di luar lahan untuk mengangkut material-material yang tidak diperlukan lagi.

Hari itu, belum tampak ada pedagang yang berjualan di la­han tersebut. Soalnya, Pasar Tasik hanya aktif pada hari Senin dan Kamis setiap pekannya. Yang ada hanya pedagang ma­kanan serta penduduk sekitar yang menonton proses pember­sihan lahan.

Namun, meski masih sepi dari aktivitas perdagangan, sejum­lah peralatan milik para peda­gang sudah teronggok di lokasi. Puluhan manekin berkelir putih diletakkan begitu saja di pojok-pojok lahan yang berpagar seng. Ratusan pedagang, pemilik manekin pulang ke daerah asal mereka di Jawa Barat.

Dilihat kasat mata, lahan yang dijadikan tempat relokasi tampak besar. Bila diperkirakan, luasnya mencapai satu hektar.Hanya saja, luasnya lahan tetap tidak bisa menghindarkan jalanandi sekitar lahan tersebut dari kemacetan.

Pantauan kemarin, kemacetan cukup parah tampak di Jalan Cideng Timur. Bukan karena pedagang yang tumpah ke jalanan, melainkan karena kendaraan pengunjung yang diparkir di trotoar bahkan hingga ke bahu jalan.

Pasar Tasik sendiri berbeda dengan pasar-pasar lainnya. Jika di pasar lain pedagang berjualan di kios atau lapak, di Pasar Tasik Cideng Timur, pedagang ber­jualan di lahan yang disediakan dengan menggunakan mobil sebagai etalasenya.

 "Yang Mau Beli Jadi Pada Segan..."

 
Macetnya Pasar Tasik dikeluhkan pengguna jalan dan pelaku usaha lain di kawasan terse­but. "Wah, parah macetnya kalau pas pada dagang, Bang. Dari pagi sampai siang," kata seorang pedagang ban dan velg mobil bekas di luar pagar lahan.

Dia bahkan mengaku tidak bisa berdagang dengan leluasa akibat kepadatan di kawasan itu. "Ya mungkin yang mau beli jadi pada segan datang ngeliat rame banget. Dagangan kita juga kan rada repot untuk ngeluarin dan masukin, nunjukin ke calon pembeli," ujarnya.

Sementara Midan, tukang ojek yang biasa mangkal di Pasar Tomas, dekat kawasan Pasar Tasik Cideng Timur, mengakui bahwa kemacetan bertambah di ka­wasan itu. Kata dia, sebelum ada kegiatan Pasar Tasik, kemacetan biasanya hanya terjadi pada jam sibuk pagi dan sore hari.

"Biasa macet pagi sama sore, siangnya lancar. Ini sekarang ng­gak, kalau lagi pas hari dagang, siang-siang juga jadi macet. Mudah-mudahan dicariin solusinya. Repot juga kita nyari duit kalau macet begitu," ucap Midan.

Salah satu pedagang Pasar Tasik, Soraya, mengaku bersyukur bahwa relokasi penampungan untuk pedagang Pasar Tasik dibuat di Jalan Cideng Timur. Dia berharap pelanggannya tetap datang kepadanya meski telah pindah tempat.

"Baguslah, pindahnya nggak terlalu jauh, jadi pelanggan ng­gak susah nyarinya. Kemarin pas keluar dari Bongkaran sempat waswas juga karena dagang di pinggir jalan. Ini udah minggu kedua di sini, mudah-mudahan pengunjung dan pelanggan ban­yak yang belanja," ujar Soraya.

Pemkot Jakarta Pusat sebe­lumnya sudah melarang pen­gunjung dan pedagang parkir di trotoar jalan Cideng Timur mau­pun Jalan Jatibaru. Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede meminta pengelola Pasar Tasik menyediakan lahan parkir.

"Trotoar harus steril dari keberadaan parkir agar tidak mengganggu pejalan kaki. Saya minta pengelola Pasar Tasik menyediakan lahan buat parkir pengunjung," tegas Mangara.

Dikatakan dengan penataan tersebut nantinya agar tidak menimbulkan kesemrawutan dan kemacetan. "Jadi parkirnya ditata, keluar masuk kendaraan juga diatur," katanya.

Pengelola Pasar Tasik Cideng Timur Heru Nuryaman menga­takan, pihaknya sangat mendukung langkah program lima tertib kebijakan Pemprov DKI Jakarta dalam hal penataan. Untuk itu, pihaknya akan mengajak seluruh pedagang mematuhi aturan berdagang dan tertib parkir di lokasi penampungan yang baru di Cideng Timur.

"Kami sudah minta seluruh pedagang untuk tertib berdagang maupun parkir. Sehingga, warga masyarakat tidak terganggu kenya­manannya sebagai pejalan kaki," ujar Heru. Selain itu, pihaknya juga akan menyediakan lokasi parkir bagi pedagang dan pengunjung di lokasi penampungan.

Latar Belakang
Bongkaran Tanah Abang Akan Dibangun Kawasan Transit Oriented Development

Setelah sekian lama ber­jualan di Bongkaran, Jalan Jatibunder, Tanah Abang, ratusan pedagang Pasar Tasik mesti dire­lokasi ke kawasan Jalan Cideng Timur, Gambir, Jakarta Pusat. Penyebabnya, ada sengketa di lahan tersebut.

Namun, PT KAI membantah bahwa ada sengketa di lahan terse­but. PT KAI menegaskan sebagai pemilik sah lahan bekas Pasar Tasik, Tanah Abang. Namun, ada pihak-pihak yang mengklaim sebagai pemilik tanah itu.

"Bukan sengketa. Itu kan ta­nah PT KAI, sekarang dituduh milik orang lain," kata Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Edy Kuswoyo.

Menurut Edy, lahan seluas 2,5 hektare itu rencananya dibangun kawasan transit oriented devel­opment (TOD). Klaim soal lahan pun menguat menjelang rencana pembangunan kawasan TOD.

Dihimpun dari berbagai sum­ber, lahan di Pasar Tasik dimiliki PT Kereta Api Indonesia yang di-build operate transfer (BOT) kepada PT Padi Mas Realty. Namun, dalam perjalanannya, pihak KAI menyatakan wan­prestasi sehingga pihak PT Padi Mas Realty membuat laporan ke kepolisian. Imbasnya, lahan tersebut diberi garis polisi.

Harianto Badjuri, bekas Kasatpol PP DKI Jakarta mengungkapkan, pihaknya telah melaku­kan komunikasi dengan perwak­ilan PT Padi Mas Realty serta tokoh masyarakat setempat dan PT KAI selaku pemilik lahan. Menurutnya, semua pihak itu sepakat untuk mengedepankan kebersamaan dalam menyelesaikan persoalan.

"Jika dibiarkan, kondisi itu rawan memicu konflik di kawasan Tanah Abang. Saya ingin semua aman dan lancar demi Jakarta menjadi maju kotanya dan bahagia warganya. Saya peduli dan terpanggil meski sudah pensiun," kata Harianto.

Kuasa Hukum PT Padi Mas Realty, Hercules Rosario Marshal mengatakan, pihaknya mendukung rencana pemberdayaan ekonomi Pemprov DKI Jakarta yang akan menggunakan lahan Pasar Tasik sebagai lokasi penampungan pedagang. Usai bertemu Badjuri, pihaknya pun mengaku akan mencabut berkas laporan Kepolisian.

"Kita akan datang ke Polda Metro. Kita akan mencabut lapo­ran agar garis polisi bisa segera dicabut dan ratusan pedagang bisa kembali berjualan untuk sementara, sehingga mengurangi kemacetan di Tanah Abang," urainya.

Menurut Hercules, penjelasan dari Harianto cukup meyakinkannya untuk segera mencabut ber­kas laporan. Pihaknya pun akan mempersilakan Pemprov DKI Jakarta menempatkan pedagang di kawasan Jatibaru untuk dire­lokasi ke lahan Pasar Tasik.

"Setelah pencabutan LP dan penurunan garis polisi, kita akan kembali duduk bersama membahas pengelolaan," tam­bah Badjuri.

Sebelumnya, pihak yang mengaku memiliki lahan, bah­kan melaporkan sengketa tanah ke Polda Metro Jaya. Hingga Rabu (18/4), polisi masih me­nyegel lahan untuk menyelidiki kasus tersebut.

"Itu tanah bersertifikat KAI. Sebenarnya itu bukan seng­keta. Tidak ada hubungan sama pengelola Pasar Tasik," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.

Polda Metro Jaya meminta lahan yang selama ini digunakan untuk Pasar Tasik dikosongkan. Sebab, polisi masih melakukan penyelidikan terkait kepemili­kan lahan yang berada di Tanah Abang itu. Dia pun meminta para pihak yang mengklaim tanah untuk menahan diri.

"Saya sampaikan, lokasi yang menjadi perebutan itu dilapor­kan ke Polda Metro Jaya. Lahan bersengketa itu kita status quo, sampai sekarang status quo," kata Argo.

Argo menjelaskan, Polda Metro Jaya masih melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mencari kejelasan tanah terse­but. Katanya, lokasi itu sudah dipasang garis polisi hingga pihaknya mendapat kejelasan pemilik sah tanah tersebut.

"Itu adalah tanah sengketa, jadi kita akan meluruskan siapa yang berhak menggunakan lahan itu," ucapnya.

Menurut pengelola Pasar Tasik Heru Nuryaman, pasar tersebut berdiri sejak tahun 2015. Kapasitas daya tampung sekitar 300 pedagang. Hampir seluruh pedagang merupakan pedagang home industri.

Heru menjelaskan, lahan se­luas 2,5 hektare milik PT KAI yang terbengkalai, dimanfaatkan bersama-sama untuk kepentingan orang banyak. "Selain menjaga asset milik PT KAI, pengelolaan Pasar Tasik juga melibatkan masyarakat setem­pat," jelas Heru. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA