Siangnya, puluhan pekerja hilir mudik memasuki pintu masuk proyek pembangunan depo MRT di Lebak Bulus. Mereka menyiapkan kedatangan kereta buatan Jepang yang akan tiba tadi malam.
Satu bekhoe membersihkan jalan yang akan dilewati truk pembawa kereta cukup panjang itu. Setelah jalan siap dilewati, beberapa pekerja lainnya meÂnyiapkan rel untuk kereta yang akan datang. "Malam ini akan datang 6 kereta lagi. Jadi, harus dipersiapkan segala sesuatuÂnya agar proses pemindahan lancar," ujar salah satu petugas keamanan yang enggan disebutÂkan namanya, tadi malam.
Sebelumnya, enam kereta MRT telah tiba terlebih dahulu di Depo MRT Lebak Bulus. Kereta yang datang mulai Sabtu (6/4) malam hingga Minggu (7/4) dini hari, terdiri dari dua bagian kereta, yaitu kepala (
trailer car) dan empat bagian badan (
motor car). Sisanya, 6 bagian badan kereta menyusul sehari setelahnya.
Tiga kereta yang telah datang, langsung diletakkan di atas rel yang sudah terpasang di depo. Ini merupakan kejadian perÂtama di mana divisi
rolling stock dan
railways system bertemu setelah kereta diletakkan di atas alas kayu. Setelah kereta berada di atas rel,
shunting locco langÂsung menyambut dan menarik kereta untuk memberikan tempat kepada kereta selanjutnya yang akan tiba.
Untuk pembangunan depo MRT Lebak Bulus sendiri suÂdah hampir rampung. Proses pengerjaan sipil stasiun teÂlah mencapai lebih dari 90,64 persen. Sedangkan, pengerjaan jalur rel di Depo MRT Lebak Bulus itu telah selesai 95 persen. Rencananya, seluruh pengerjaan MRT akan selesai tahun depan dan mulai beroperasi secara koÂmersil pada 31 Maret 2019.
Dari lahan depo seluas 8,8 hektare akan dibangun beberapa bangunan seperti, stasiun, pusat kontrol, dan area bengkel untuk perawatan kereta MRT. Progres pembangunan bengkel kereta juga hampir rampung. Seluruh atap telah terpasang. Tinggal menyisakan dinding bangunan yang baru terpasang sebagian. Tempat ini akan digunakan unÂtuk memperbaiki dan mencuci kereta-kereta MRT. Di bawahÂnya, para pekerja masih menyeÂlesaikan alas area yang sebagian besarnya sudah berlapis semen tersebut.
Sedangkan untuk area staÂsiun MRT, pembangunannya juga hampir tuntas. Stasiun yang direncanakan setinggi dua lantai ini, tinggal menyisakan pemÂbangunan atap. Rencananya, lantai satu untuk concourse atau tempat berkumpul dan peron di bagian atas. Pengerjaan area stasiun dikerjakan secara berÂtahap, yakni timur dan barat. Pengerjaan bagian timur akan menyusul setelah bagian baÂrat selesai untuk menghindari kemacetan jalan sekitar akibat konstruksi.
Di lantai concourse tersebut, sudah terlihat tangga yang menÂghubungkan titik berhentinya feeder Bus TransJakarta dengan Stasiun MRT Lebak Bulus. Selain tangga, rencananya akan dibangun masing-masing sebuah lift dan eskalator di bagian barat dan timur. Saat ini, sudah terlihat konstruksi lift eskalator di kedua sisi bangunan tersebut. Namun, masih dalam bentuk beton. Lift tersebut untuk kaum difabel dan ibu yang membawa kereta dorong bayi.
Sedangkan bagian peron kereÂta belum sepenuhnya tuntas. Terlihat tiang penyangga jalur kereta layang di lantai peron yang sudah kokoh. Begitu juga dengan atap, sudah terpasang rangka baja berukuran besar. Tinggal menyisakan bagian penutupnya. Begitu juga pemasangan rel sudah tuntas, tinggal pemasangan jaringan listrik atas.
Dekat area bengkel, terlihat beberapa jalur rel tempat pemÂberhentian kereta MRT sepanÂjang sekitar 1,5 kilometer yang telah rampung. Keenam jalur tersebut telah siap digunakan dan diuji coba setelah kereta MRT seluruhnya datang. Begitu juga dengan jaringan listrik di atas, hampir tuntas sehingga dalam waktu dekat bisa diguÂnakan.
Juru Bicara PT MRT Jakarta, Akbar mengatakan, proses pemindahan tiga kereta dari Tanjung Priok, Jakarta Utara dimulai Sabtu (7/4/2018) malam pukul 22.30, hingga Minggu dini hari. Adapun rute yang ditemÂpuh melalui Tol Tanjung Priuk, Ancol, Tol Bandara, JORR dan keluar pintu tol Pondok Pinang. Ketiga kereta yang dipindahÂkan adalah dua bagian kepala (trailer car), serta satu kereta bagian badan (motor car). Kereta pertama tiba pukul 02.57 WIB. Kereta kedua dan ketiga tiba pukul 03.09 WIB. "Berselang 12 menit dari kereta pertama," ujar Akbar.
Menurut Akbar, proses peÂmindahan 12 rangkaian kereta dilakukan secara bertahap denÂgan rincian, tiga pada Sabtu malam, tiga pada Minggu malam dan enam pada Senin malam. "Mekanismenya kurang lebih sama seperti yang tiga pertama," kata dia.
Sekretaris perusahan PT MRT Jakarta Hikmatullah menambahÂkan, setelah 3 kereta ini datang, 9 kereta sisanya segera menyusul. Tiga kereta baru tiba Minggu Malam dan 6 sisanya akan sampai di Lebak Bulus Senin malam. Dengan begitu, 12 rangÂkaian kereta MRT akan lengkap berada di Depo Lebak Bulus pada Senin (9/4). "Setelah itu, kereta akan dipindahkan ke rel dan akan dilakukan pengecekan serta serangkaian tes lainnya," ujar Hikmatulah.
Menurut Hikmatullah, proses pemindahan dilakukan malam hari untuk mengurangi kepadaÂtan lalu lintas. "Soal pengiriman, kami telah melakukan serangkaÂian uji coba dan simulasi sejak Februari 2018 lalu. Kami berÂharap tidak akan ada kendala," harapnya.
Hikmatullah mengatakan, kereta MRT Jakarta adalah kereta baru yang dibuat perusahaan kereta api Nippon Sharyo, Jepang.
Sementara empat kereta beriÂkutnya, lanjut dia, akan dikirim pada akhir Juni. Ditargetkan pada akhir Oktober, seluruhÂnya, 16 kereta MRT sudah tiba di Jakarta dan disiapkan untuk mengikuti rangkaian proses trial run.
Latar Belakang
Pekerjaan Konstruksi Ditargetkan Selesai Pada Akhir Tahun 2018
Dua trainset kereta
Mass Rapid Transit (MRT) sudah tiba di depo MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sedangkan 14 train set sisanya akan datang secara berÂtahap hingga November 2018.
Nantinya, depo tersebut akan menjadi lokasi parkir 14 set rangkaian kereta, sedangkan dua set lainnya diparkir di Stasiun Blok M dan Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Enam belas set rangkaian kereta MRT Jakarta adalah kereta baru yang dibuat di pabrik Nippon Sharyo, Jepang. Pembuatan kereta dimulai pada awal 2017.
Di fase 1 ini, MRT Jakarta akan menyiapkan 16 rangkaian (terdiri dari 96 kereta) yang akan beroperasi melayani penumpang sejak pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB. Kereta menggunakan sistem persinyalan communicaÂtion-based train control (CBTC) dan sistem operasi otomatis (automatic train operation) level 2 (grade of automation 2) yang dikendalikan dari Operation Control Center (OCC).
Saat ini, pembangunan fase 1 yang melayani rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) sudah mencapai lebih 90,96 persen dari penyelesaian.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menÂgatakan, pertumbuhan pembanÂgunan konstruksi tahun ini tidak akan signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Alasannya, saat ini pihaknya fokus daÂlam fase penyelesaian stasiun dan pemasangan rel (
trackÂwork). "Hingga 25 Maret 2018, pekerjaan konstruksi jalur layang telah mencapai 89,19 persen dan pekerjaan jalur bawah tanah 95,83 persen," ujar William.
Selanjutnya, kata William, pekerjaan pengecoran track atau rel untuk area layang telah menÂcapai 59,7 persen atau sekitar 11.177 meter dari total 18.714 meter. Pekerjaan pemasangan rel di jalur bawah tanah telah menyelesaikan 32,4 persen atau sekitar 3.973 meter dari total 12.275 meter. "Kami menargetÂkan pekerjaan konstruksi selesai akhir 2018. Tiga bulan menjeÂlang operasional, pada Maret 2019 akan dilakukan uji coba sarana dan kesiapan prasarana MRT," ucapnya.
Untuk itu, sambung William, pihaknya melakukan kerja sama dengan beberapa pihak untuk persiapan pengoperÂasian MRT. Seperti, pelatihan (on the job training/OTJ) untuk sumÂber daya manusia yang nantinya mengoperasikan MRT dengan pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI), juga dengan Perusahaan Listrik Negara sudah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) serta PT Garuda Indonesia.
Terkait tarif, William masih belum menyebutkan berapa besarannya. Saat ini, PT MRT Jakarta masih mendiskusikan berapa besaran tarif yang akan dikenakan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Tim konsultan kami berhati-hati melihat dengan tingkat layanan ini, berapa tarif yang harus dihiÂtung," ucapnya.
Direktur Keuangan PT MRT Jakarta Tuhiyat menambahkan, besaran subsidi tersebut terganÂtung Pemerintah Provinsi DKI. Namun, berdasarkan hitungan yang dilakukannya, besaran tarif tersebut sekitar Rp 17 ribu-Rp 20 ribu, belum termasuk subsidi. "Idealnya Rp 10 ribu, artinya Pemprov DKI harus memberiÂkan PSO sekitar Rp 8 ribu. Kalau Rp 12.000, subsidinya Rp 6 ribu," ujar Tuhiyat.
Tarif tersebut, kata dia, asumsi jumlah penumpang per hari 173 riÂbu orang. Hasil tersebut berdasarÂkan survei yang dilakukan pada 2013. "Kami sedang menggelar survei ulang untuk memperbarui data tersebut," tandasnya.
Tuhiyat menambahkan, apaÂbila demikian, maka jangka waktu pemberian PSO hanya sampai 10 tahun atau 2029 sejak dioperasikan pada 2019. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.