Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ditambal Aspal, Jalan Di Berland Retak Lagi

"Kata Orang Tua Dulu, Ciliwung Lebarnya Sampai Jalan Ini"

Senin, 19 Februari 2018, 11:20 WIB
Ditambal Aspal, Jalan Di Berland Retak Lagi
Foto/Net
rmol news logo Sudah hampir sepekan, Jalan Kesatrian X, Kampung Berland, Kelurahan Kebon Manggis, ditutup bagi kendaraan. Keretakan jalan yang terjadi wilayah itu dianggap berbahaya untuk dilalui.

Jalan retak itu berada di Jalan Kesatrian X, Berland, RT 12 RW 3, Matraman, Jakarta Timur. Sejatinya, jalan tersebut adalah jalan inspeksi Kali Ciliwung yang panjangnya lebih dari 500 meter. Jalan tersebut pun dijadikan akses warga untuk beraktivitas sehari-hari.

Dari pengamatan, retakan jalan bervariasi. Mulai dari retak kecil, hingga keretakan yang lebih menyerupai tanah yang terbelah. Di satu sisi, keretakan jalan tidak sampai merusak aspal, di sisi lainnya, jalan yang retak atau terbelah hingga mencapai kedalaman 50 centimenter (cm).

Panjang jalan yang retak seki­tar 100 meter dan semuanya su­dah terlapisi aspal mulus. Akibat keretakan tersebut, material yang menyusun jalan pun dapat terlihat dengan mudah. Di bawah jalan yang retak terdapat urugan batu kali dan tanah merah yang gem­bur, atau tidak terlalu padat.

"Kata orang-orang tua dulu, memang Kali Ciliwung lebarnya sampai di jalan ini. Mungkin di­urug untuk bikin jalan inspeksi," kata Rudi, warga setempat.

Perbaikan pun terus dilakukan. Jumat lalu, petugas gabungan dari Suku Dinas Bina Marga Jakarta Timur dan petugas dari Kementerian PUPR berjibaku memperbaiki jalan. Tampak para petugas itu sibuk memasang bron­jong di sepanjang dinding jalanan yang retak. Bronjong-bronjong tersebut diisi bongkahan batu.

Beberapa bronjong juga sudah terpasang rapi di lokasi tersebut. Pemasangan bronjong itu berguna untuk menahan dinding jalan agar tidak semakin longsor ke sungai. Warga di sekitar area retakan tampak memantau langsung pemasangan bronjong tersebut.

Akibat retakan jalan dan perbaikan yang tengah dilakukan di ruas jalan selebar sekitar 5-7 meter itu, aktivitas warga pun terganggu. Kendaraan milik warga Kampung Berland hingga saat ini belum bisa melintas di jalan tersebut. Garis-garis kuning masih terpasang di area retakan jalan.

Rudi menambahkan, faktor usia jalan ikut mempengaruhi kereta­kan yang terjadi. Jalan tersebut, kata dia, dibangun pada tahun 1982, atau sekitar 36 tahun yang lalu. Katanya lagi, jalan dibangun di atas tanah yang lunak.

"Dari tahun 1982, dan tanah di bawahnya lembek. Sebenarnya bukan di sekitar sini aja yang retak-retak. Kalau ditelusuri dari depan sampai ujung jalan Kesatrian X ini, banyak yang sudah retak-retak," jelasnya.

Dia bilang, selain tanah yang lunak, ada faktor lain yang ikut mempercepat kerusakan jalan. Kendaraan besar yang sering mondar-mandir di jalan itu turut mempengaruhi. "Jadinya lebih cepat rusak. Retaknya juga sebe­narnya sudah lama, sudah dilapor­kan. Selain itu sudah ada petugas kelurahan yang meninjau, tapi ng­gak diapa-apain juga," herannya.

Seharusnya, sambung pria yang lahir dan besar di Berland itu, hal itu sudah diantisipasi sejak lama. Beruntung, kata dia, tidak ada korban jiwa saat retakan jalan pertama kali terjadi. Karena, sam­bungnya, akan fatal akibatnya.

"Korbannya bisa aja langsung kecebur ke kali. Ini kali sudah ban­yak korban tenggelam. Di sekitar lingkungan sini juga udah banyak kejadian longsor dinding pinggir Kali Ciliwung," ucapnya.

Faktor lain yang dia perkira­kan, yakni kedalaman kali yang dangkal. Saat ini, dia memperkirakan kedalaman Kali Ciliwung di wilayah itu hanya sekitar 50 cm, meski beberapa waktu sebelumnya telah dilak­sanakan pengerukan.

"Ya bisa jadi juga karena dikeruk, tanah-tanah yang ada di dinding-dinding kali kegerus, dan air masuk ke bawah. Karena air kan selalu nyari jalan keluar,"  tuturnya.

Dia pun berharap, perbaikan segera dilakukan. Karena jalan tersebut merupakan akses penting warga. "Kalau warga mau­nya diperbaiki, dan perbaikan­nya nggak asal perbaikan, tapi juga dibikin lebih bagus, lebih kuat," ujarnya.

Jalan yang retak sebenarnya pernah ditambal secara swa­daya oleh warga. Namun, kon­disi jalan tersebut kembali retak. "Warga sempat swadaya tambal pakai semen, tapi enggak ber­langsung lama, jebol lagi,"  ucap Herry, Ketua RT setempat.

Menurut Herry, keretakan jalan semakin melebar pada Sabtu (10/2) malam. Dia mengaku sem­pat mendengar bunyi lalu keluar ke jalan dan melihat ternyata jalan retak. "Bunyi kretek-kretek, kayak gempa gitu. Setelah itu kami langsung menghubungi pihak kelurahan," ucapnya.

Lurah Kebon Manggis Mesrarianita, yang mendengar aduan berkordinasi dengan Kecamatan Matraman. Selanjutnya, pada Senin (12/2) Suku Dinas Bina Marga Kecamatan Matraman melakukan penambalan dengan aspal.

"Ditambal juga pakai aspal, tapi enggak lama juga. Malah amblas lagi tambalannya, re­taknya itu seperti geser," ucap Mesrarianita.

Selanjutnya, setelah koordina­si ke Balai Besar Wilayah Sugai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dan Pemkot Jakarta Timur, akhirnya diambil tindakan pengaman­an untuk memasang bronjong di sekitar jalan retak.

"Karena ini kan sebelahnya kali. Jadi untuk antisipasi awal dari longsor kita pasang bron­jong dulu dikerjakan sama PPSU dan Sudin Tata Air juga," ucap Mesrarianita.

Tak berselang lama dengan peristiwa jalan retak, kerusa­kan bangunan di bantaran Kali Ciliwung kembali terjadi, Sabtu lalu. Tembok belakang tiga ru­mah di Jalan Matraman Dalam III, Pegangsaan, Jakarta Pusat, ambrol. Tembok roboh itu berada di seberang jalan yang retak.

Rumah yang ambrol tem­boknya di pinggir bernomor 15-A, 15-B, 15-C RT 07 RW 07. Salah satu penghuni rumah yang menolak menyebutkan identitasnya mengatakan, am­brolnya tembok belakang rumah berawal pada kejadian Senin (11/2) malam.

"Dari semalam retak. Lalu kami cek paginya, retak di kamar mandi, tapi tidak tahu kalau mau longsor, belum pernah ngala­min," kata penghuni rumah.

Penghuni ini pun bertanya kepada tetangganya. Dua rumah di dekatnya juga mengalami hal yang sama. "Saya tidak tahu. Namanya longsor mana bisa tahu. Tahunya diteriakin dari Berlan, kan di sana duluan yang retak jalanan," sambungnya.

Jarak rumahnya dengan jalan retak di Kesatrian X sekitar 40 me­ter. Rumahnya dengan jalan retak dipisahkan oleh Kali Ciliwung. Setelah kejadian ambrolnya tem­bok belakang, petugas PPSU membantu mengangkut barang-barang dari belakang ke depan ru­mah. Selain itu, Lurah Pegangsaan sudah datang ke lokasi.

Pihak kelurahan, menurutnya, masih akan berkoordinasi denganpihak Pemprov DKI. Saat ini dinas terkait di Pemprov DKI masih memprioritaskan jalanan retak di Berland.

"Prioritas sana dulu seperti­nya. Soalnya kan jalanan umum. Sekarang belum ada omongan. Mungkin katanya kalau ada apa-apa akan dipanggil ke RW karena katanya mesti koordinasi ke instansi terkait,"  ujarnya.

Meski tembok bagian bela­kang ambrol, penghuni tetap tinggal dalam rumah tersebut. Namun pembangunan ulang bagian belakang rumah belum bisa dilakukan.

Latar Belakang
Perbaikan Jalan Ditarget Satu Bulan

Keretakan Jalan Bukan Karena Gempa

Petugas terus berupaya memperbaiki jalan retak di Kampung Berland, Jakarta Timur. Perbaikan jalan yang retak itu ditargetkan selesai dalam satu bulan.

"Kalau kita ini diupayakan sebulan sudah selesai pergerjaanbronjong dan pemadatan jalan," kata Wakil Kepala Seksi Pelayanan Kecamatan Matraman Agus Sutono, di Jalan Kesatrian X, Kampung Berlan, Matraman, Jakarta Timur, kemarin.

Dia menambahkan setelah bronjong semua terpasang akan dilakukan pemerataan tinggi tanah dengan jalanan semula. Agus menuturkan dengan itu diharapkan jalan sudah bisa dilalui oleh warga.

"Sebulan ini targetnya su­dah bisa buat akses kendaraan. Namun diupayakan antisipasi janganada angkutan berat karena pinggiran bantaran kali rawan longsor," katanya.

Namun, menurut Agus perbaikan jalanan retak tersebut sifat­nya sementara. Terkait langkah selanjutnya dia menunggu in­struksi dari kementerian dan dinas terkait.

"Kalau idealnya, kalau untuk pengerjaan permanen kita belum bisa ungkapkan. Karena yang berkewenangan itu kemente­rian yang bisa menentukan," ucapnya.

Info dari Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Kementerian PUPR, sambungnya, untuk program selanjutnya menunggu perubahan anggaran. "Kalau ta­hun ini bisa ya dikerjakan, kalau tidak ya (tahun) 2019 nanti akan pengerjaan permanen," ujarnya.

Retaknya jalan di kawasan itu diperkirakan akibat patahan tidak aktif. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengata­kan, ada patahan tidak aktif di kawasan Berland, Matraman, Jakarta Timur.

Kata dia, retakan jalan di kawasan itu bukan berasal dari gempa akibat patahan aktif. Menurutnya, retakan itu sudah diprediksi sebelumnya saat Pemprov DKI bertemu dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"BMKG mengatakan bahwa salah satu kewaspadaan yang harus kita tingkatkan adalah di sekitar wilayah Jatinegara itu atau wilayah yang dekat dengan Berland ya, diprediksi ada patahan yang selama ini tidak aktif," ucap Sandiaga.

Sandiaga menambahkan, saat ini BMKG sedang mengumpul­kan data-data dari tahun 1916 terkait pergerakan tanah di daratan Ibu Kota, khususnya di kawasan tersebut. Dia mengaku diberi laporan agar di kawasan tersebut ditingkatkan kewaspadaannya.

"Mereka (BMKG) lihat data dari tahun 1916 pergerakan dan data-data baik sinyal S maupun sinyal P di patahan tersebut. Patahannya di bawah, di dalam. Patahan di kawasan Berland memberi dampak kemungkinan terjadinya gempa dan dampak kerusakan bangunan di daerah tersebut," ujarnya.

Di sisi lain, BMKG memas­tikan jalan retak di Kampung Berland, bukan disebabkan adanyapatahan aktif. Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Jaya Murjaya mengatakan, patahan aktif berada di bawah tanah yang dalamnya mencapai jarak kilometer.

"Retakan itu bukan karena pa­tahan. BMKG tak meyakini ada patahan aktif. Karena itu skalanya sangat kecil. Bicara patahan itu, bicara di kedalaman bumi sana yang mungkin berkilo-kilome­ter," ujar Jaya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA