Siapa sesungguhnya kelompok radikal ini? Hal ini perlu clear. Ia bagaikan pedang bermata dua. Mengelompokkan seseorang atau kelomÂpok sebagai kelompok radikal sama bahayanya jika menafikan adanya kelompok radikal itu. Setiap kelompok radikal pada setiap negara memiliki ciri dan kecenderungannya masing-masing. Di kawasan Asia Tenggara, secara umum kelompok radikal dapat diidentifikasi ciri-cirinya, antara lain mengharamkan sesuatu pada diri dan orang lain padahal Allah Swt dan Rasul-Nya tidak pernah mengharamkan hal itu, misalnya menghadiri walimah atau acara yang dilakukan di luar kelompoknya; berlebihan di dalam memaknai ayat dan hadis yang pada hakekatnya tidak sejalan dengan tujuan umum syari'ah (
maqashid al-syari'ah), seperti melakuÂkan perjalanan jihad dengan menelantarkan keluarganya.
Mereka meninggalkan sesuatu yang belum tentu haram dan mengharamkan kepada diri dan orang lain dengan anggapan pilihan sikap itu paling sejalan dengan Al-Qur'an dan sunnah. Mereka tidak segan-segan menghina aliran dan mazhab yang dianut orang yang berbeda pendapat dengannya sebagai aliran sesat. Mereka mengambil sikap berlebihan kepada orang lain yang berbeda dengan pendapatnya, misalnya menuduh orang lain sebagai ahli bid’ah dan mengklaim diri sebagai ahli sunnah sejati, bahkan tidak segan-segan mengkafirkan dan menghalalkan darah orang lain.
Ciri lainnya mereka menganggap orang lain sebagai kelompok jahiliah modern, yang tak layak diikuti. Mereka mengharamkan berÂmakmun kepada orang yang berada di luar kelompoknya dan menganggap sia-sia shalat di belakang orang yang fasiq. Mereka juga menuduh ulama yang tidak sejalan denganÂnya sebagai ulama sesat (
ulama' al-su') dan melecehkannya secara terbuka. Mereka selalu memisahkan diri dengan umat Islam yang tidak sejalan dengannya di dalam melakukan berbaÂgai aktifitas, termasuk ibadah shalat berjamaah. Mereka tidak mau berpartisipasi dalam gagasan yang dirintis atau diprakarsai oleh kelompok lain yang bukan kelompoknya.
Mereka sering melakukan interpretasi dalil agama sesuai dengan ideologinya, tidak peduli itu kontroversi di kalangan umat mayoritas. Mereka tidak takut dan terbiasa hidup di dalam perbedaan dan keterasingan dengan umat mainstream.
Mereka bisa saja memotong ayat atau hadis untuk mengambil dasar pembenaran terhadap ajarannya, misalnya ayat-ayat jihad di ambil pertengahan atau potongan yang mendukung perjuangannya, seperti "…maka bunuhlah orang-orang musyrikin (non-muslim) itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. ….." Potongan ayat ini di ambil dari pertengaÂhan
Q.S. al-Taubah [9]: 5. Mereka juga sering mengabaikan sabab nuzul ayat dan sabab wurud hadis demi untuk memokuskan makna ayat kepada ajarannya. Mungkin saja ayat atau hadis itu menunjuk kepada satu kasus yang yang sangat specific tetapi diperlakukan secara genÂeral, contohnya: "Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka…."
(Q.S. al-Baqarah [2]:191). Ayat ini turun sebagai direction dalam salahsatu peperangan Nabi di Madinah.
Di dalam melakukan dakwahnya mereka selalu menyampaikannya secara eksklusif dan terang-terangan tanpa rasa takut atau canggung. Mereka tidak takut dengan segala resiko karena sangat yakin Tuhan selalu berÂsamanya dan merestui perjuangannya. Mereka juga pintar mencari simpati dan perhatian masyarakat umum dengan menampilkan sesÂuatu yang berbeda dengan mayoritas. Mereka selalu berusaha mengambil alih rumah ibadah dengan berbagai cara dari tangan orang lain, karena cara ini dianggap paling efisien dan efektif. Mereka juga solid di dalam mengumpulkan dana untuk mendanai seluruh kegiatannya. Umumnya mereka memiliki sumber dana rutin dan tetap dari para anggotanya, dan sesekali mendapatkan bantuan dana dari luar.