Mengenal Inklusifisme Islam Indonesia (1)

Apa Itu Islam Inklusif?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Sabtu, 27 Januari 2018, 09:43 WIB
Apa Itu Islam Inklusif?
Nasaruddin Umar/Net
ISLAM inklusif sering di­artikan sebagai sebuah pemahaman keislaman yang bersifat terbuka menerima dan mengakui nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari luar di­rinya tanpa mempersoal­kan dari mana datang­nya nilai-nilai tersebut. Tentu saja nilai-nilai tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan substansi ajarannya yang bersum­ber dari Al-Qur'an dan hadis. Islam inklusif sering diperhadap-hadapkan dengan Islam ekslusif yang bersifat kritis dan ketat untuk menerima kebenaran dari luar. Islam ink­lusif sering diasosiasikan dengan beberapa istilah seperti Islam moderat, Islam Nusan­tara, Islam wasathiyah, dan Islam main­stream.

Sebagai perbandingan, Islam inklusif agak mirip dengan logika yang digunakan di dalam Konsili Vatikan II tahun 1965 da­lam agama Katolik, yang melakukan pe­rubahan sikap mendasar, yaitu menerima kebenaran yang bersumber dari luar gereja Katolik. Umat Katolik diminta untuk meng­hormati nilai-nilai kebenaran dan apa yang dianggap baik dari agama-agama lain. Ber­beda dengan sebelumnya, gereja hanya mengakui kebenaran dan kebaikan yang bersumber dari doktrin ajaran Katolik. Se­menjak itu agama Katolik dianggap sebagai agama yang inklusif karena sudah terbuka untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari luar dirinya.

Secara populer Islam inklusif sering dini­lai lebih dekat kepada pemahaman Islam moderat, karena lebih menekankan titik temu (principle of identity) dengan kelom­pok lain. Bahkan ada sebagian kelompok mengategorikannya sebagai kelompok Is­lam liberal. Sebaliknya Islam ekslusif ser­ing dinilai lebih dekat kepada pemahaman agama Islam garis keras karena lebih me­nekankan perbedaan (principle of negation) dengan kelompok agama lain. Kedua kel­ompok ini masing-masing mengklaim diri benar dengan mendasarkan pandangan­nya kepada Al-Qur'an dan hadis.

Kelompok Islam inklusif sering merujuk kepada ayat: "Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar ber­iman kepada Allah, hari kemudian dan be­ramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Q.S. al-Baqarah/2:62). De­mikian pula dalam ayat lain: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terh­adap mereka dan tidak (pula) mereka ber­sedih hati. (Q.S. al-Maidah/5:69).

Dalam hadis juga dikemukakan sebagai dasar: "Hikmah atau kebenaran adalah mi­lik umat Islam, di mana dan dari manapun pun kalian temukan ambillah" (hadis). Hadis lainnya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah" (Hadis). Maksudnya untuk pembinaan umat Islam tidak mesti harus dimulai dari titik nol, tetapi bisa dipertahankan nilai-nilai luhur dari masa lampau yang masih dominan. Kel­ompok ini sering mengutip kaedah: "Mem­pertahankan nilai-nilai lama yang masih relevan dan mengambil alih nilai-nilai baru yang lebih baik."

Inklusifisme Islam Indonesia bukan han­ya terbuka terhadap nilai-nilai agama yang datang sebelumnya tetapi juga nilai-nilai adat-istiadat yang relevan dan sejalan den­gan ajaran Islam diambil sebagai kebu­tuhan asesoris (tahsiniyyat) ajaran Islam. Motto yang popular di sejumlah wilayah In­donesia ialah: "Adat bersendi Syara, dan Syara' bersendi Kitabullah." Itulah keinda­han Islam Indonesia. Subhanallah. 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA