Berbagai kekhawatiran menyeruak di benak semua pihak seputar penyelenggaraan tahun politik, terutama fenomena serta dampak-dampak yang ditimbulkan pra dimulainya dan pasca tahun politik. Kekhawatiran antara lain makin minimnya partisipasi rakyat terhadap pilkada dan pemilu akibat apatisme kolektif.
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menaruh perhatian besar pada hal tersebut. Dikatakannya, rakyat Indonesia harus memahami bahwa pilkada dan pemilu adalah pesta demokrasi. Di situlah momen tepat implementasi kedaulatan rakyat. Jadi sangat disayangkan jika rakyat apatis lalu memutuskan tidak berpartisipasi atau golongan putih (golput).
"Sangat penting untuk rakyat sadari bahwa rakyat memiliki hak yang sudah diberikan UUD melalui pasal 1 ayat 2 yang menyatakan kedaulatan berada di tangan rakyat Indonesia. Itu adalah kekuasaan besar makanya jangan sampai golput. Jika rakyat menyadari haknya itu dan berpartisipasi aktif secara baik maka rakyat akan memilih bupati terbaik, gubernur terbaik, DPRD terbaik, DPR terbaik, presiden terbaik, sehingga dampak baiknya akan kembali kepada rakyat. Itulah tanda mencintai Indonesia," jelasnya usai Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Bengkulu, Kamis (21/12).
Menurut Hidayat, yang perlu dipegang dan diingat seluruh rakyat Indonesia adalah, dalam menghadapi tahun politik harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tetap menjaga kecintaan kepada Indonesia. Untuk itu, upaya-upaya untuk menuju kecintaan kepada Indonesia sangat penting dilakukan, salah satunya dengan memahami kembali nilai-nilai luhur bangsa melalui berbagai cara. Salah satunya dengan Sosialisasi Empat Pilar MPR.
"Sangat penting sekali mengenal tentang Indonesia kita melalui Sosialisasi Empat Pilar MPR supaya kita semakin memahami dan semakin sayang kepada Indonesia kita. Jika kita semakin mengenal dan kemudian sayang kepada Indonesia maka kontribusi kita kepada Indonesia akan makin tinggi. Salah satu kontribusi itu adalah partisipasi kita pada penyelenggaraan pilkada dan pemilu yang akan datang," bebernya.
Mengenal kembali Indonesia akan sedikit demi sedikit bahkan menghilangkan sama sekali berbagai kesalahpahaman yang terjadi di tengah masyarakat. Di antaranya kesalahpahaman bahwa demokrasi Indonesia itu bidah atau kafir yang disebut Indonesia phobia. Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman dan perjalanan sejarah Indonesia.
Kesalahpahaman lainnya adalah dalam konteks salah satu agama yakni Islam yang terimejkan secara negatif yang mengira bahwa Islam menjadi masalah di Indonesia hanya karena perbuatan satu dua oknum yang kebetulan beragama Islam. Sehingga mengeneralisir terimbas kepada Islam atau Islamophobia dan menafikan banyak umat Islam yang berperilaku sangat positif dan bermanfaat untuk bangsa.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman seputar Islam yang merupakan salah satu elemen utama yang sangat penting dan menentukan perannya dalam sejarah perjuangan dan pergerakan kemerdekaan Indonesia hingga kini.
"Intinya upaya-upaya rakyat Indonesia dalam mengenal kembali Indonesia salah satunya melalui Sosialisasi Empat Pilar MPR RI adalah sangat tepat untuk lebih mencintai Indonesia. Dan menghilangkan segala kesalahpahaman tersebut agar persatuan dan kesatuan Indonesia tetap terjaga," demikian Hidayat.
[wah]
BERITA TERKAIT: