Sehari pasca kebakaran, asap putih masih membumbung di antara puing-puing bangunan yang terbakar. Bau gosong bekas kayu terbakar cukup menyengat di sekitar lokasi. Akibatnya, beberapa warga yang lalu lalang di sekitar lokasi kebakaran menuÂtup hidung.
Sementara, beberapa warga memilih mengais-ngais barang yang tersisa di antara tumpukan puing-puing. "TV saja yang selamat. Laptop, kulkas, mesin cuci dan cd player hangus," ujar Hardi, salah satu warga korban kebakaran, kemarin.
Mayoritas bangunan yang hangus berukuran kecil dan mudah terbakar karena dari bahan triplek dan kayu. Hal itu ditambah banyaknya toko kelÂontong di lokasi kebakaran yang menjual gas elpiji, sehingga api cepat membesar dan sulit dipadÂamkan. Agar tidak membahayaÂkan warga, di sekeliling lokasi kebakaran dipasang police line. "Api gede banget. Kayak pesta kembang api, soalnya tabung gas banyak yang meletus saat kebaÂkaran," ujar Hardi kembali.
Pria 50 tahun ini lantas menÂceritakan kronologi terbakaraÂnya kebakaran di wilayahnya. Dirinya pertama kali melihat api di rumah seorang warga yang berada di tengah-tengah pemukiÂman ini pada pukul 17.30 WIB. Api diduga berasal dari korsletÂing listrik. Sesaat kemudian, api cepat sekali merambat dari ruÂmah warga satu ke rumah warga lainnya. "Rumah warga banyak dari papan, sehingga api sulit dipadamkan," sebut Hardi.
Setelah itu teriakan warga saling bersahutan. Orang-orang pun berlarian melalui sebuah gang kecil untuk menyelamatkan diri ke tempat aman. Beberapa warga sempat berusaha memÂadamkan api dengan peralatan seadanya. Namun, usaha warga tak banyak membuahkan hasil dan api semakin besar. Hingga akhirnya, puluhan mobil pemÂadam kebakaran datang. "Api baru berhasih dipadamkan jam 11 malam," ingatnya.
Akibat rumahnya terbakar, Hardi mengaku mengalami keruÂgian puluhan juta rupiah karena beberapa barang berharganya hangus terbakar. "Pakaian ganti pun tidak sempat saya bawa karena panik. Hanya tersisa pakaian yang dipakai," ucapnya.
Kendati demikian, istri dan dua anaknya selamat dan tidak terluka sedikit pun. Saat ini seÂluruh keluarganya masih mengungsi di tempat penampungan sementara. "Alhamdulilah, makanan dan pakaian bekas sudah tersedia di pengungsian. Pemerintah cukup sigap memÂbantu pengungsi," kata pria yang sudah tinggal di lokasi ini sejak tahun 1983.
Hardi berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan uang agar korban kebakaran bisa kemÂbali membangun rumahnya yang kini tinggal puing-puing. "Kalau tak ada bantuan uang, kami binÂgung mau tinggal dimana lagi," tuturnya.
Senada, korban lainnya, Rianto juga mengaku seluruh harta bendanya ludes terbakar. "Yang bisa diselamatkan hanya motor karena kebetulan di luar rumah. Istri dan anak selamat," ujar pria 60 tahun ini.
Sekarang, lanjut Rianto, seÂluruh keluarganya mengungsi sementara ke rumah warga yang tidak terbakar, tidak jauh dari tempat ini. Juga, lanjut dia, seÂbagian keluarganya mengungsi ke beberapa masjid di sekitar lokasi. "Kami tidak tahu sampai kapan di tempat pengungsian. Yang pasti, paling lambat dua minggu, soalnya lapangan akan dipakai untuk sholat Idul Adha," ujarnya.
Karena banyak barang warga yang habis terbakar, dia berharap ada bantuan bagi warga yang mengungsi, seperti kebutuhan pokok untuk seminggu ke depan. "Soalnya, warga yang mengungsi, semua barangnya habis terÂbakar dan tidak ada simpanan lagi," tuturnya.
Mrnurut Kapolsek Kebayoran Lama Kompol Kurniawan, keÂbakaran ini mengakibatkan 90 rumah hangus. "Ada beberapa korban luka karena menyelaÂmatkan barang berharga, tapi tidak ada korban jiwa," ujar Kurniawan.
Menurut Kurniawan, kebakaran terjadi sekitar pukul 18.00 WIB yang diketahui oleh saksi bernama Bustomi dan Riyanto. Saat itu, Bustomi sedang berjalan kaki di dekat lokasi kejadian. Saat bersamaan, dia melihat ada api di rumah warga bernama Jaja. Tak hanya Bustomi, Riyanto juga melihat api dari rumah Jaja. "Kemudian, api membesar dan merambat, membakar rumah lainnya," ujar Kurniawan.
Lebih lanjut, kata dia, api membakar beberapa rumah dalam hitungan jam. Api daÂpat dipadamkan setelah 30 unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian. "Kerugian ditaksir ratusan juta rupiah," sebutnya.
Hingga saat ini, sambung Kurniawan, polisi masih melakukan pemeriksaan untuk meÂnyelidiki penyebab kebakaran tersebut.
Latar Belakang
Hawa Panas Dan Angin Kencang Membuat Api Cepat Sekali MerambatKebakaran besar terus melanda kawasan pemukiman padat penduduk di Jakarta. Minggu lalu, giliran puluhan rumah di Kelurahan Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang terbakar. Akibatnya, sekitar 120 keluarga kehilangan tempat tinggal.
Diduga, api bermula dari hubungan arus pendek listrik di rumah seorang warga berÂnama Jaja. Kebakaran yang terjadi pada pukul 17.50 WIB ini, baru bisa dipadamkan menjelang pukul 22.00 WIB.
Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jakarta Selatan, Irwan mengatakan, pihaknya mengerahkan 27 unit mobil pemadam kebakaran untuk mengatasi kebakaran di Kelurahan Grogol Selatan. "Informasi dari warga, perÂcikan api berasal dari salah satu rumah. Tapi, penyebab pastinya belum diketahui," ujar Irwan.
Menurut Irwan, kebakaran tersebut mengakibatkan lebih dari 90 kepala keluarga kehilÂangan tempat tinggalnya. Api berhasil dipadamkan setelah empat jam sejak kebakaran terjadi. Akibat kebakaran itu, satu warga terluka ringan saat membantu memadamkan api. "Sudah dibawa ke puskesmas. Saat ini sudah padam, penyeÂlidikan penyebabnya masih berlangsung," ujarnya.
Selama proses pemadaÂman, kata dia, petugas sempat mengalami kesulitan karena angin yang cukup kencang. "Kalau hawa panas ditambah angin, cepat merambat," tanÂdas Irwan.
Menurut Lurah Grogol Selatan Agung Wibobo, sebanÂyak lebih dari 90 keluarga mengungsi di tenda-tenda darurat. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.