Penerimaan sejumlah masyarakat IndoneÂsia terhadap ajaran Islam dapat dilacak melalui kebiasaan dasar masyarakat Indonesia yang spiritual-religius. Islam sebagai agama yang mengembangkan ajaran monoteisme tidak terÂlalu diperkenalkan di dalam masyarakat IndoÂnesia karena mereka sudah berpengalaman mengenai Tuhan Yang Maha Esa.
Sistem budaya di dalam masyarakat menuÂrut beberapa ilmuan adalah bersifat matrial-spiritual. Masyarakat sudah memiliki sistem kepercayaan, yaitu animisme yang percaya kepada roh nenek moyang mereka berseÂmayam di dalam batu-batu besar, gunung, poÂhon besar. Roh itu disebut Hyang. Selain aniÂmism, juga dikenal di antara mereka menganut sistem kepercayaan dinamisme, yaitu percaya terhadap benda-benda yang dianggap memÂpunyai kekuatan gaib seperti batu, keris, dan benda-benda yang disakralkan lainnya.
Pola kehidupan masyarakat prasejarah InÂdonesia digambarkan bersifat nomaden, yaitu berpinda-pindah tempat, berkelompok-kelomÂpok, hidup kolektif, dan mata pencaharian di dalam menyambung hidup ialah berburu dan bercocok tanam. Sebagian di antaranya suÂdah mulai mengenal perubahan dan kesaÂdaran lingkungan. Mereka lebih memilih meneÂtap (sedentary) dan mulai mengorganisir hidup dan komunitas mereka, mulai belajar bercoÂcok tanam, dan mulai menerapkan sistem adat yang diikuti dan ditaati oleh komunitas mereka. Mereka juga sudah mulai menjinakkan sejumÂlah binatang lalu menernakkannya, susunya diÂambil, dagingnya dimakan, dan juga digunakan membajak lahan. Mereka juga sudah mengeÂnal mata angin dan bintang-bintang, dan mengÂgunakannya sebagai pedoman dalam berlayar dan bercocok tanam. Menurut penelitian Prof. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumÂpun bahasa Austronesia yaitu bahasa Melayu (Indonesia sekarang), Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.
Dengan demikian, masyarakat prasejarah Indonesia sudah mengenal sistem budaya dan kepercayaan, serta tradisi kehidupan yang kompleks. Karena wilayah Nusantara berkepÂulauan (maritim), bukan daratan (continental), maka sudah barang tentu masyarakat praseÂjarah Indonesia memiliki perbedaan dengan masyarakat daratan seperti Arab, Afrika, EroÂpa, Australia, dan Amerika. Yang perlu dicerÂmati di masa depan ialah semakin memperiÂhatinkannya prestasi sosial kaum remaja kita. Mungkin kita juga bertanggung jawab atas keÂmundurannya.