Ayat tersebut di atas sesungguhnya memiliki makna yang amat dalam dan juga bisa diperÂluas. Larangan masuk hanya satu-satunya pintu tetapi diperkenankan masuk di beberapa pintu, mengisyaratkan kepada anak-anaknya agar berfikir dan mendalami persoalan yang dihadapi. Jika hasil ijtihadnya berbeda denÂgan saudara-saudaranya yang lain maka itu menjadi kekayaan budaya. Nasehat seorang ayah terhadap anak-anaknya jauh dari kesÂan panatisme. Ia memberikan kemerdekaan penuh kepada anak-anaknya namun ia tetap menekankan arti sebuah tanggung jawab dan tawakkal kepada Tuhan. Kemerdekaan tanpa tanggung jawab akan melahirkan kebablasan dan tanggung jawab tanpa tawakkal kepada Tuhan akan melahirkan keangkuhan dan keÂsombongan.
Nasehat ini memberi warna terhadap keÂbijakan sang anak ketika Yusuf menjadi pemimpin negeri Mesir. Ketika negara-negara asing menyatakan ketergantungan pangannya kepada negeri Mesir akibat kemarau berkepanÂjangan, maka Nabi Yusuf tidak membawa neÂgrinya sebagai negeri angkuh yang mendikteÂkan berbagai kepentingannya kepada negara sekutu. Ia malah memberikan kelonggaran unÂtuk membangun perekonomian negeri mereka yang sedang morat marit.
Yang paling menakjubkan dari Nabi Yusuf ialah kemampuan untuk memaafkan orang-orang yang pernah bermaksud jahat terhadapÂnya, meskipun itu ialah saudara kandungnya sendiri. Ketika ia memanggil dan menerima saudara-saudaranya dalam suasana dramaÂtis, Nabi Yusuf tidak tergambar sedikit pun rasa dendam di wajahnya. Padahal merekalah yang pernah dengan keji melemparkannya masuk ke dasar sumur. Untung saja Yusuf dipungut oleh saudagar lalu dijual ke pembesar Mesir. Nabi Yusuf bahkan memberikan pernyataan yang sangat indah: 'Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, muÂdah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." (Q.S. Yusuf/12:92).
Kepribadian Nabi Yusuf sangat dibutuhkan di dalam sebuah masyarakat yang mengalami krisis multi dimensi. Tidak perlu mencurahkan segenap waktu dan pikiran datang jauh-jauh belajar menyelesaikan krisis dari negara-negÂara lain. Konsep problem solving berbagai krisis sebenarnya sangat kaya di dalam Al- Qur'an. Hanya saja kita tidak mau serius menÂdalaminya.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang agama dijadikan dalil untuk menghindari jalan-jalan lain selain satu-satunya jalan sebaÂgaimana dirumuskan oleh kalangan ulama. Para penempuh 'jalan lain' seringkali langsung dikafirkan atau dibid'ahkan, tanpa melalui proses kajian menadalam oleh sebuah istitusi formal. Ada orang secara personal langsung memvonnis sebuah ajaran yang berbeda denÂgan pemahaman ajaran yang dianutnya sebaÂgai ajaran atau aliran sesat dan mereka mendÂesak agar ajaran itu dibubarkan.