Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lorong Sunyi Menuju Tuhan (51)

Spiritual Contemplations: Antara NII & NKRI (2)

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 03 Juli 2017, 09:14 WIB
Spiritual Contemplations: Antara NII & NKRI (2)
Nasaruddin Umar/Net
TUGAS lain yang harus dijalankan ialah menyetor dana jihad dan revolusi kepada pimpinannya. Modus operandi pencarian dana mereka ialah setoran wajib kepada setiap anggota baru yang bisa mencapai belasan juta. Dari sini HP, laptop, motor, mobil, perhiasan emas ma­hasiswa sering dilaporkan hilang kepada orang tuanya padahal se­sungguhnya dijual sebagai setoran wajib. Modus lain ialah merampok yang diistilahkan dengan fae, yaitu kebolehan mengambil harta benda musuh untuk tujuan perjuangan Islam. Modus lainnya ialah mencuri dan menipu untuk untuk menambah kas perjuangan mereka.

Dana-dana yang berhasil dihimpun diserahkan ke atasan mereka yang strukturnya bertingkat-tingkat, sampai kepada pimpinan teratasnya yang juga disebutnya sebagai Presiden. Pengumpulan dana mereka bisa disebutkan fantastik, bisa mencapai 14 miliar sebulan menurut laporan Metro TV. Peng­gunaan dana itu berada sepenuhnya pada pimpinan tertinggi. Merekalah yang berhak menggunakan dana itu tanpa harus dipertanggung jawabkan kepada para anggota yang susah payah bahkan menyabung nyawa untuk mendapatkannya.

Kekhawatiran lebih mendalam bagi kita semua jika kel­ompok NII berkolaborasi dengan kelompok teroris. Selama ini NII tidak identik dengan kelompok teroris. Kelompok NII tema perjuangannya bersifat lokal dan sekala perjuangan­nyapun bersifat lokal, sedangkan kelompok teroris jaringan­nya bersifat internasional dan isunyapun isu-isu global sep­erti standar ganda barat terhadap Israel dan umat Islam. NII sejauh ini masih menghindari cara-cara teroris yang menge­bom sejumlah target. Konon para pimpinan NII juga ikut mengutuk aksi-aksi pengeboman yang menewaskan orang-orang yang tak berdosa yang dilakukan oleh para teroris.

Kekhawatiran ini muncul terutama karena perubahan pola perjuangan teroris di Indonesia akhir-akhir ini sudah memasuki isu-isu lokal yang selama ini juga diangkat oleh NII. Kelompok Pepi, otak teroris buku dan Cirebon sebelumnya adalah ang­gota NII. Jika kedua kelompok ini menyatu bisa lebih member­atkan posisi pihak keamanan kita yang jumlahnya terbatas dan pada akhirnya bisa lebih meresahkan warga bangsa.

Walaupun sudah agak terlambat, kini saat paling tepat untuk mengungkap sekaligus mengakhiri seluruh aktifitas NII, dan dengan sendirinya juga kelompok teroris. Meng­ingat populasi mereka sudah mencapai angka yang besar, ada yang memprediksi ratusan ribu bahkan lebih. Cara un­tuk mengatasi kelompok NII ini tentu tidak sederhana. Tidak sesederhana mengatasi kasus-kasus kriminal lainnya sep­erti kelompok pecandu narkoba dan penjudi.

Upaya untuk mengatasi kelompok NII dapat dipikirkan sejumlah alternatif sebagai berikut:

1. Di level pimpinan Ormas Islam seperti NUdan Muham­madiyah, tokoh masyarakat, termasuk pemerintah, harus lebih berkonsentrasi merangkul warga umat mainstream agar tidak mudah menyempal. Caranya antara lain terus menerus melan­carkan dakwah yang mencerahkan kepada mereka.

2. Di level masyarakat masing-masing orang tua/wali harus lebih ekstra hati-hati mengawasi pergaulan anak-anaknya dengan cara memperhatikan prilaku dan gerak-geriknya. Jika ada kelainan maka sebaiknya sesegera mungkin dilakukan pendekatan atau mengonsultasikan anak yang bersangkutan ke pihak terkait.

3. Pimpinan sekolah dan kampus sebaiknya lebih men­gawasi kelompok-kelompok yang disinyalir mencurigakan. Sebaiknya aktifitas organisasi formal kampus, baik intra maupun ekstra, lebih aktifkan kembali, yang akhir-akhir ini cenderung melemah.

4. Di level pihak yang berwajib seperti polisi, BIN, BNPT, Kejaksaan, termasuk aparat kementerian terkait seperti Ke­menterian Dalam Negeri, dan Kementerian Agama, sudah saatnya bertindak lebih proaktif untuk menggunakan momen­tum sekarang ini untuk menumpas seluruh jaringan NII.

5. Bagi anggota NII, baik yang sudah bertaubat atau yang masih ragu untuk bertaubat sesegera mungkin dicari­kan jalan keluar untuk menyekolahkan kembali yang sudah terlanjur drop out, mencarikan peluang kerja bagi mereka yang ter-PHK, yang belum bekerja, dan yang lebih penting melakukan rebrainwashing, mungking dengan cara "me­nyekolahkan kembali" atau menampung di tempat transito untuk membersihkan memori ke-NII-an mereka oleh suatu lembaga profesional dan kredibel.

6. Bagi pihak media yang telah berjasa mengungkap kasus besar ini terus menerus mengungkapkan ke dalam masyarakat bahwa NII adalah ideologi yang menyesatkan dan tidak layak bahkan tidak berhak sama sekali meper­atasnamakan dirinya sebagai gerakan Islam.

7. Untuk mengubah kurikulum dasar tentang pelajaran agama di sekolah atau di kampus, sebaiknya lebih profe­sional dan komperhensif. Jangan karena ada suatu gejala lantas kurikulum terus diubah, nanti bangsa kita repot tidak punya visi, kepribadian, dan karakteristik tersendiri.

8. Bagi para pimpinan dan kelompok NII aktif, sebaiknya sesegera mungkin melakukan pertobatan nasional kepada Tuhan dan negara. Mungkin jika hal ini dilakukan lebih baik. Para pimpinan dan anggota NII dapat dipertimbangkan ker­inganan hukuman atau dimaafkan dan negara juga tidak re­pot menyiapkan kamar penjara untuk ratusan ribu orang. Al­lahu a’lam. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA