Lorong Sunyi Menuju Tuhan (44)

Spiritual Contemplations: 'Uzlah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 21 Juni 2017, 10:33 WIB
Spiritual Contemplations: 'Uzlah
Nasaruddin Umar/Net
PARA praktisi sufi dan misti­sisme seringkali melakukan 'uzlah atau pengasingan diri dari hiruk-pikuknya dunia. 'Uzlah atau biasa disebut khalwat dengan cara men­gasingkan diri secara fisik dari satu tempat yang penuh energi duniawinya amat kuat dan menghalanginya mera­sakan ketenangan dan kekhusyukan dengan Tuhannya. Ia kemudian memilih sebuah tem­pat yang sunyi dan sepi untuk berkhalwat, ber­diam diri sambil melakukan olah batin (riyad­hah) guna mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Tuhan. 'Uzlah mengingatkan diri kita kepada pengalaman spiritual Rasulullah Saw menjelang diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Ia selalu naik-turun ke gua Hira untuk melakukan takhannus (meditasi) guna merasakan kedeka­tan diri dengan Sang Khaliq. Hingga pada akh­irnya ia berhasil di sana mendapatkan wahyu dan sekaligus melantiknya sebagai Nabi dan Rasul.

'Uzlah dianjurkan di dalam Islam seba­gaimana diisyaratkan dalam Al-Qur'an: "Dan aku akan menjauhkan diri daripadamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo'a kepada Tuhanku, mudah-muda­han aku tidak akan kecewa dengan berdo'a kepada Tuhanku". Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerah­kan kepadanya Ishaq, dan Ya'qub. Dan mas­ing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (QS. Maryam/19: 48-9).

'Uzlah ada dua macam, yaitu ‘uzlah ‘awam, yaitu memisahkan diri dari keramaian manu­sia dengan harapan agar mereka aman dan selamat dari gangguan kejahatan dirinya, dan bukan untuk keselamatan dirinya dari gang­guan mereka. 'Uzlah model pertama ini (yak­ni memisahkan diri dari keramaian agar orang lain aman dan selamat dari gangguan dirinya) adalah sifat orang-orang yang takut pada Allah, sebab dengan cara seperti ini ia memandang dirinya lebih rendah dan kecil dari orang lain. Sedangkan 'uzlah model kedua, yakni memi­sahkan diri dari keramaian agar dirinya aman dan selamat dari gangguan orang lain, adalah sifat yang negatif, sebab dengan cara seperti ini berarti ia sombong, merasa harga dirinya lebih mulia di antara sesama makhluk. Iblis sombong karena ia mengatakan, aku lebih mulia dari Adam. Model 'uzlah pertama inilah yang sebet­ulnya disyaratkan oleh Nabi SAW. dalam hadis: "Menghindarkan manusia dari tindakan kejaha­tannya". Seorang biarawan (rahib) pernah dit­anya: "Anda seorang biarawan?" Ia menjawab: "Bukan". Tapi, aku hanyalah penjaga anjing yang suka menggigit dan menyakiti sesama makhluk. Itulah jiwaku, aku menghindarkan diri dari sesama makhluk agar mereka aman dan selamat. Seorang laki-laki lewat di hadapan se­orang saleh, lalu orang saleh itu bergegas me­narik dan merapatkan pakaiannya supaya tidak tersentuh orang yang lewat itu. Orang itu ber­tanya: "Mengapa Anda menarik pakaian Anda menghindari aku, padahal pakaianku bukan­lah najis?" Orang saleh itu menjawab: "Dugaan Anda keliru, justru pakaianku ini kotor sehingga aku menariknya agar tidak mengotori Anda."

'Uzlah social sesungguhnya mirip dengan apa yang disebut dengan 'uzlah khawash oleh kalangan sufi, yaitu memisahkan sifat-sifat ke­manusiaan menuju kepada sifat-sifat kemalai­katan. Tanpa harus menjauhkan diri dengan orang lain atau menyembunyikan diri dari kera­maian dan hiruk pikuk dunia, tetapi jiwa tetap bersih, pikiran tetap jerni, kalbu tetap istiqamah dan khusuyuk, dan keluarga tetap utuh. Namun segala keputusan yang diambil mencerminkan kematangan spiritual. Ia dengan penuh keyaki­nan tangguh mempertahankan prinsipnya tan­pa bergeming sedikitpun pengaruh glamor dan daya tarik dunia. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA