Senin siang (19/6), atau H-6 jelang Idul Fitri 2017, terminal tersebut cukup ramai. Calon pemudik mulai memadati loket-loket tiket perusahaan otobus (PO) yang siap memberangkatkan pemudik ke berbagai daerah.
Di sekitar loket penjualan tiket, para calon penumpang duduk dan sebagian tiduran di lanÂtai atau kursi yang tersedia. Tak lupa, barang bawaan mulai tas, koper, kardus dan karung dari ukuran mini sampai jumbo.
Sambil menunggu keberangkatan bus, berbagai aktivitas pun dilakukan. Ada yang sekadar duduk-duduk, hingga tiduran. Beberapa yang lainnya menunggu barang bawaan seÂcara bergantian dengan rekan perjalanannya.
Mereka silih berganti melakuÂkan aktivitas selain menunggu bus, seperti untuk ke toilet, membeli sesuatu dan atau meÂlangsungkan shalat wajib di mushola terminal.
Satu hal yang tampak jelas di terminal tersebut, yakni calo. Calo bahkan sudah mulai menawarkan jasanya sejak calon penumpang turun dari kendaraan yang menÂgantar ke terminal tersebut.
Ada pula yang berseragam PO. Jika calon penumpang menolak, karyawan PO memang meninggalkannya. Tapi, tak berseÂlang lama, petugas PO berseragam lainnya, mendatangi calon penumpang untuk menawarkan hal yang sama. Mereka tampak lebih agresif kepada calon penumpang yang terlihat bingung.
Selain di pintu masuk terÂminal, keberadaan orang-orang berseragam resmi PO tampak di ujung eskalator menuju lantai mezzanine. Di lantai ini, mereka mengikuti calon penumpang. Bahkan, ada yang setengah meÂmaksa. Hal tersebut seperti yang dialami
Rakyat Merdeka. "Mau kemana, Mas? Coba tunggu, sini ditanya aja dulu tujuannya mau kemana," ucap pria yang mengenakan seragam terseÂbut, sambil mengikuti langkah kami sejauh sekitar 10 meter.
Di lantai ini, sekitar 31 loket resmi PO berdiri. Namun, jumÂlah tersebut tak cukup menamÂpung semua PO yang beroperasi di Terminal Pulo Gebang. Lebih dari 20 PO lainnya menggelar loket darurat menggunakan meja kantoran di ruangan cukup luas yang berada tak jauh dari loket-loket asli.
Untuk mengantisipasi calo, pengelola telah menyediakan anjungan tiket mandiri untuk calon penumpang membeli tiket. Anjungan tiket mandiri di Terminal Pulo Gebang menempati area seluas kira-kira 10x4 meter. Lokasinya tak jauh dari pintu masuk menuju terminal keberangÂkatan. Di anjungan tersebut terdaÂpat empat buah layar monitor.
Namun dari pantauan, empat buah monitor anjungan tiket mandiri tampak mangkrak, tak bisa digunakan. Kabel-kabel layar pun tidak ada yang tersambung dengan sumber listrik. Hanya sekitar tiga meter dari monitor-monitor tersebut, tampak enam buah layar teleÂvisi model LED yang juga mati. Anjungan tersebut malah dijadiÂkan calon penumpang sebagai tempat menunggu keberangkaÂtan maupun tempat beristirahat, atau tidur-tiduran.
Daryono, salah seorang calon penumpang di terminal terseÂbut mengaku kurang nyaman dengan tindakan calo maupun pegawai PO dalam mencari penumpang. Bahkan, dia mengaku mesti berjalan agak cepat, menghindar dari "kejaran" calo maupun petugas PO yang meÂnawarkan tiket.
"Sebenarnya sudah cukup nyaman, adem, aman, tak serawan seperti waktu di Pulo Gadung. Tapi ya tetap saja, calo selalu ada. Bikin tak nyaman, apalagi kalau sampai memaksa," katanya saat ngobrol.
Dia berharap, hal tersebut segera diperbaiki. Selain itu, Daryono menginginkan agar anjungan tiket mandiri segera difungsikan. "Biar tak antre lagi beli tiket, dan calon penumpang bisa terhindar beli tiket dari calo yang harganya lebih maÂhal," harap pemudik yang akan berangkat ke Pemalang, Jawa Tengah itu.
Di tempat sama, Astuti, salah seorang pemudik yang akan berangkat ke Wonosobo, Jawa Tengah, mengaku fasilitas pendukung terminal modern itu sudah cukup baik. "Gedungnya ber-AC dan cukup bersih. Jadi mau menunggu agak lama pun masih cukup nyaman," kata warga Tambun, Bekasi, itu.
Terkait pekerja PO maupun calo yang seperti memburu penumpang, Astuti menyebut hal itu bisa diperbaiki dengan memperbanyak loket, dan sistem tiket online. "Mudah-mudahan semakin baiklah pelayanannya. Biarkan calon penumpang yang milih sendiri kendaraan yang akan ditumpangi, tak seperti dikejar-kejar," ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah menyebut, Pemprov akan fokus menerapkan layanan pemesanan tiket secara e-ticketing atau tiket elektronik. Selain untuk memudahkan dan memÂberikan kenyamanan kepada para penumpang dalam memeÂsan tiket perjalanan, e-ticketing akan meminimalisir pergerakan calo, preman, dan pungli.
Adapun penerapan e-ticketing akan rampung dan efektif diterapkan dalam beberapa bulan. "Sedang kita jajaki e-ticketing dengan PT Kereta Api Indonesia. Kita akan samakan dengan sistem mereka. Sebenarnya sudah siap, tapi baru untuk Terminal Tirtonadi Solo," terang Andri. ***