Dalam perspektif ahli hakekat, futuwwah adaÂlah mengutamakan sesama makhluk, tidak hanya terbatas pada manusia tetapi juga makhluk lain termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan, bahkan benda mati, karena bagi mereka dalam kamus Tuhan tidak ada benda mati, semua beribadah dan bertasbih kepada Tuhan. Para dermawan dalam kategori ini menganggap harta yang diberikan untuk kepentingan orang lain yang lebih buÂtuh atau untuk kepentingan akhirat, lebih besar maknanya ketimbang harta yang disimpan untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga.
Al-Junaid mengatakan, futuwwah adalah meÂnahan diri dari segala yang menyakiti orang lain dan memberi makanan kepada orang lain. Ada juga yang mengatakan futuwwah adalah mengiÂkuti sunnah. Ada juga yang mengatakan, futuÂwwah adalah menampakkan kenikmatan dan menyembunyikan cobaan. Ahamd bin HamÂbal mengatakan, futuwwah meninggalkan apa yang engkau inginkan demi yang engkau takuÂti. Futuwwah adalah seorang pemuda yang puÂnya musuh sebagai akibat tangguhnya kepada sebuah prinsip. Ada juga yang mengatakan, fuÂtuwwah adalah seorang pemuda yang menghanÂcurkan berhala besar, yaitu nafsunya sendiri. Hal ini diambil dari firman Allah dalam al-Qur'an: MerÂeka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. (QS. Al-Anbiya'/21: 60)".
Ada yang mengatakan, sumber futuwwah adaÂlah keimanan. Oleh karena itu, Allah menamai Ashab al-Kahf dengan "fityah" ketika mereka berÂiman kepada Tuhan mereka. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur'an: Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-peÂmuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (Q.S. Al-Kahf/18:13). Ada juga yang mengatakan, seÂsungguhnya mereka dinamakan "fityah", karena mereka beriman kepada Allah tanpa perantara. Al-Junaid mengatakan, futuwwah dapat ditemuÂkan di Syam, kefasihan bahasa di Irak, dan kejuÂjuran di Khurasan. Kemudian, ketahuilah bahwa kebebasan itu lebih mulia dari pada kejujuran, dan futuwwah lebih utama lagi dari pada keduanya (kebebasan dan kejujuran). Dan muru’ah merupakan bagian dari futuwwah.
Kedermawanan manifestasi dari iman. KederÂmawanan juga merupakan bagian dari kepribadian bangsa dengan berbagai bentuk aktualisasinya, seperti gotong royong, kesalehan sosial, silaturraÂhim, bakti sosial, saweran, amal jariyah, dan lain-lain. Kedermawanan sosial salah satu inti ajaÂran agama Islam, dan di dalam Al-Qur'an muncul sebuah surah khusus, yaitu surah Al-Ma'un. Kedermawanan inilah yang menjadi melting pot antara kesalehan individu dan kesalehan sosial.