Seluruh gas berukuran 3 kg yang dioplos itu, kini diamankan di Ruang Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polres Depok. Tabung gas berwarna hijau itu, ditempatkan di antara tumpukan berkas dan meja yang memenuhi ruangan cukup sempit itu.
"Kami amankan 10 tabung gas dari tiga pengecer di Kelurahan Tugu, Depok," ujar Kasubag Humas Polresta Depok Ajun Komisaris Polisi (AKP) Firdaus kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Sekilas tidak ada beda antara tabung gas asli dengan tabung gas yang diduga oplosan berisi air. Seluruh ujung gas juga ditutup plastik dengan aneka warna. Ada yang warna pink, ada juga yang warna hijau muda. Beberapa tabung yang disita, tidak lagi tertutup rapat segel plastik.
Letak perbedaan baru terasa saat gas elpiji tersebut diangÂkat. Beratnya berkali-kali lipat lebih berat dibanding yang asli. "Biasanya beratnya kalau penuh hanya 5 kg. Tapi ini bisa sampai 10-12 kg," ujar Firdaus kembali.
Keanehan lainnya, kata Firdaus, saat digoyang-goyangkan terdengar bunyi air di dalamnya. "Kami belum bisa pastikan dalamnya itu air atau tidak. Masih menungu ahli untuk memastiÂkannya," tandasnya.
Pihak kepolisian, lanjut dia, akan memanggil ahli dari pihak Pertamina regional Bogor, Jakarta dan Sukabumi. Paling lambat hari ini. Ahli yang akan dipanggil pihak kepolisian, kata dia, akan dimintai keterangan terkait isi tabung gas oplosan tersebut. "Apakah tabung itu beÂnar berisi air atau hasil kimiawi dari gas itu," ucapnya.
Selain itu, kata dia, segel tabung gas untuk zona Depok, seharusnya berwarna merah muda. Akan tetapi, saat diamankan warnanya berbeda-beda, ada yang segelnya warna hijau untukBekasi dan abu-abu untuk Jakarta Timur. "Kalau diangkat segelnya langsung copot," sebut dia.
Untuk memperdalam pereÂdaran elpiji oplosan, Firdaus mengatakan, pihak kepolisian telah meminta keterangan beÂberapa saksi atau warga yang tertipu dengan membeli elpiji 3 kilogram isi air tersebut.
Saksi yang akan dipanggil, kaÂta dia, adalah tiga orang pembeli dan tiga orang penjual. "Kasus ini masih diselidiki," ucapnya.
Sementara, Daryani, warga Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok turut menjadi korban gas elpiji 3 kg oplosan. Dia mengaku membeli gas dari pengecer gas elpiji tiga kiloÂgram dari penjual yang lewat di jalanan. "Saya beli empat tabung. Harga satu tabungnya Rp 18.500. Saya jual ke pembeli Rp 22 ribu," ujarnya.
Selama beberapa hari menjual tabung gas tersebut, Daryani meÂnyebut, sudah ada tiga orang yang membeli dan mereka mengemÂbalikan semuanya karenagasnya cuma nyala selama lima menit, kemudian mati.
Perempuan berumur 40 tahun ini mengaku, di sekitar tempat tinggalnya, sudah sebulan terakhirmengalami kelangkaan gas elpiji. "Sekarang sudah tidak jual lagi. Tabung gasnya sudah diambil polisi," keluhnya.
Daryani mengaku, saat memÂbeli gas elpiji tersebut tidak terlalu memperhatikan secara detail, termasuk warna tutup gasnya. "Yang penting saat ada gas, langsung beli, soalnya susah sekali di sini," ucapnya.
Warga Kelurahan Tugu lainÂnya, Maryani juga mengaku bingung karena gas 3 kg yang baru dibelinya, langsung habis tak lama setelah digunakan. "Buat berapa kali masak sudah mati, pas dikocok ada bunyi air," keluh Maryani.
Pria berumur 50 tahun ini mengaku tidak menaruh curiga terhadap gas yang dibelinya tersebut. Kejanggalan terasa saat gas sudah habis dan terdengar suara air saat digoyang-goyang. "Yang beli cucu saya. Ya sudah, saya tukar saja di warung dekat rumah," kata dia.
Awalnya dia mengira suara air di tabung elpiji tidak bermasalah, sehingga tidak melapor ke siapa pun. "Tapi, lama kelamaan kok aneh. Gas cepat habis," ucapnya.
Dia berharap pihak kepolisian bisa secepatnya bertindak untuk mengungkap kasus ini, agar masyarakat tidak banyak menÂjadi korban. "Ini menjadi tugas pemerintah dan polisi untuk mengungkapnya," harapnya.
Sedangkan pengecer gas elpiji,Yana Langsar juga mengaku terÂtipu karena membeli tabung gas yang ternyata berisi air. Warga Tugu, Depok ini mengaku memÂbeli tabung gas dari penjual gas keliling.
"Sabtu kemarin ada yang datang menawarkan. Kebetulan sedang langka dan saya beli," ujar Yana dengan wajah kesal.
Dia menuturkan, elpiji berisi air diantar seorang pemuda yang mendatangi tokonya. Pemuda tersebut datang menggunakan motor dan membanderol dengan harga yang sama dengan harga di pangkalan elpiji, Rp 16 ribu per tabung.
Biasanya, dia membeli elpiji bersubsidi tersebut di pangkalan resmi di kawasan Cimanggis. "Karena harganya sama, saya beli, kebetulan akhir-akhir ini langka gas 3 kg," katanya.
Akhirnya, Yana membeli 20 tabung gas elpiji 3 kg dari peÂmuda yang menggunakan motor bebek ke tokonya itu. Pemuda tersebut, baru satu kali menawari tabung ke tokonya.
Penjual tabung berisi air terseÂbut, kata Yana, mengaku dari pangkalan gas yang berada di kawasan Rumah Tahanan Militer Cimanggis. Namun, kejanggalan muncul ketika para pembeli mengembalikan gas ke toko miliknya. "Ada enam orang yang kembalikan elpiji dengan keluÂhan yang sama. Tabung berisi air," keluhnya.
Dia menambahkan, berat tabung gas berisi air juga meÂlebihi berat yang asli. "Saya juga ketipu," kata Yani dengan wajah sedih.
Sedangkan, Kepala Operasional Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE) kawasan Depok, Rohwiyadi, menyesalkanadanya tabung gas elpiji tiga kg yang dioplos dengan air. Pasalnya, kata dia, tabung yang berisi gas tidak bisa dicampur dengan air karena berat air dan gas tidak bisa menyatu.
"Mungkin oknum menggunaÂkan gas kosong untuk diisi denÂgan air, sehingga terlihat seperti gas biasanya," prediksi dia.
Rohwiyadi menjelaskan, daÂlam produksi gas elpiji memang menggunakan air sebagai media pengecekan tabung. Air, kata dia, untuk mengetahui apakah tabung mengalami kebocoran atau tidak, bukan dimasukkan ke dalam tabung.
"Kami tetap menggunakan air, tapi hanya untuk mengecek," sebut dia.
Sejauh ini, kata Rohwiyadi, SPBBE miliknya tidak ditemuÂkan adanya gas oplosan. Namun pihaknya akan menelusuri, dari mana gas oplosan tersebut diambil. "Apakah dari Sekopang, Eretan, Balungan atau Ciampea," tutupnya.
Terpisah, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menegaskan, tidak ada epliji 3 kg berisi air. "Itu oplosan. Mana ada SPBE isikan air ke tabung. Itu oknumnya jual langsung ke warga," ujar Wianda di Jakarta, kemarin.
Dengan adanya temuan terseÂbut, Wianda mengaku, pihaknya telah melaporkan kepada Polres Depok untuk mengusut lebih jauh siapa pelaku pengoplosan tersebut. "Tangkap saja pelakuÂnya, itu bahaya, meresahkan masyarakat," tegasnya. ***