Tiga hari setelah banjir parah, air berangsur-angsur surut. Tidak terlihat lagi genangan yang sebeÂlumnya melumpuhkan kawasan permukiman elite di Jakarta Selatan itu. Beberapa mobil yang sebelumnya terendam, bahkan ada yang tenggelam, sudah terangkat.
Kali Krukut yang berada di sisi Taman Kemang sudah mulai dikeruk sejak pagi, kemarin. Satu unit alat berat berupa eskaÂvator berjenis amphibi melakuÂkan pengerukan di sisi kali yang telah tersedimentasi oleh tanah dan rerimbunan pepohonan. Pengerukan juga dilakukan untuk membersihkan sampah dan barang apapun yang menutupi Kali Krukut.
Sepanjang hari kemarin, pengerukan berjalan lancar karena debit air kali tidak terlalu besar, kendati kawasan Kemang diguyur hujan cukup deras.
Di sisi lain, tembok yang jebol mulai ditangani puluhan pekerja dari Dinas Tata Air Jakarta Selatan. Petugas yang mengenakan seragam biru-biru ini, menyusun batu kali ke dalam rangka kawat, sehingga memÂbentuk beronjong.
Jarak beronjong dari aliran kalisekitar lima meter. Sementara, beronjong baru akan dibuat dua tumpuk atau setinggi satu meter, atau setengah dari tembok asli. Selain itu, belum seluruhnya tembok akan tertutup beronjong karena baru tersedia sepanjang tujuh meter. Sedangkan tembok yang jebol panjangnya sekitar 30 meter. Untuk mengurangi rembesan air, dipasang juga tumpukan karung pasir disampÂing beronjong.
Kepala Seksi Dinas tata Air Kecamatan Mampang, Torkis Tambunan mengatakan, pihaknya telah mengerahkan alat berat untuk mengeruk Kali Krukut. "Baru satu unit yang datang, sedang diperÂbaiki, ada masalah sedikit. Setelah itu, siap pengerukan hari ini," ujar Torkis di Taman Kemang, kemarin, sebelum pengerukan.
Menurut Torkis, pengerukan untuk normalisasi Kali Krukut rencananya dilakukan di dua titik, di Jalan Taman Kemang 1 dan Jalan Kemang Selatan XII. Pengerukan akan dilakukan selama alat barat dapat meleÂwati saluran air. "Masalahnya, beberapa titik terjadi penyempiÂtan," sebutnya.
Untuk mengantisipasi banjir, kata Torkis, tahap awal dipasang beronjong setinggi satu meÂter sesuai debit air saat banjir Sabtu lalu. Tercatat lima tembok yang ambruk. Yaitu, di Taman Kemang RT14/01, RT02/10, Jalan Kemang Selatan VIII RT10/02, Jalan Kemang Selatan X RT10/02 dan Jalan Kemang Raya RW 01 atau belakang Hotel Pop.
Sebelumnya, pada Senin (29/8), beberapa Pekerja Harian Lepas (PHL) sibuk memasang puluhan karung pasir di sepaÂnjang tembok yang jebol di kawasan Taman Kemang. Sisa tembok yang masih berdiri, konÂdisinya memprihatinkan karena sudah retak cukup lebar.
Bekas banjir setinggi satu meter juga masih membekas di tembok itu. "Sementara pakai karung pasir, soalnya beronjong berisi batu belum datang," ujar Yanto, salah seorang PHL dari Dinas Tata Air Jakarta Selatan di Tamang Kemang, Bangka, Senin itu.
Berdasarkan pengamatan, temÂbok di kawasan Taman Kemang yang awalnya setinggi 2,5 meÂter, hancur total sepanjang 30 meter. Hanya menyisakan ponÂdasi yang rata tanah. Beberapa pekerja sibuk membersihkan bongkahan batu dari sisa temÂbok yang hancur.
Setelah bersih, mereka meÂmasang beberapa karung pasir berukuran kecil. Karena jumlah karung tidak mencukupi, akhÂirnya hanya menutup sebagian kecil tembok yang berlubang di pinggir Kali. "Kalau mau kuat, karung pasirnya harus empat lapis. Sekarang cuma satu lapis karenakurang bahan," sebut Yanto denganwajah pasrah.
Jebolnya tembok di kawasan Taman Kemang cukup wajar karena sedimentasi tanah di Kali Krukut setinggi pondasi temÂbok. Tidak hanya itu, puluhan tanaman dan pepohonan tumbuh subur di tanah yang menutupi sebagian besar Kali Krukut.
Bahkan, lebar sungai di titik itu tinggal sekitar tiga meter denÂgan aliran air yang cukup deras dan berwarna keruh. Selain itu, aliran air juga tidak bisa mengaÂlir dengan deras karena kontur kali yang melewati kawasan Kemang berkelok-kelok melewati gedung-gedung bertingkat yang tumbuh subur.
Yanto mengatakan, rencananÂya seluruh tembok yang jebol di kawasan Kemang akan ditutup sementara menggunakan beronjong untuk mencegah terulangnya banjir. "Pembetonan menunggu negosiasi antara peÂmerintah dengan pengembang," kata pria asal Bogor ini.
Pria yang mengenakan kaos biru ini mengaku telah bekerja keras menutup tembok dengan menggunakan karung pasir seÂjak Minggu pagi (28/8) hingga waktu yang belum ditentukan. "Hari Minggu, sejak jam 5 pagi, kami sudah di sini sambil memÂbersihkan sisa-sisa tembok yang roboh," sebut dia.
Demi menutup seluruh temÂbok yang jebol, Yanto mengaku bersama tujuh rekannya bekÂerja siang malam tidak kenal lelah agar banjir tidak terulang. "Kami di sini sampai seluruh tembok yang jebol sudah terisi beronjong. Jadi, belum ada batas waktunya," sebut dia.
Kendati demikian, lanjutnya, tembok yang jebol tidak akan diÂtutupi seluruhnya dengan beronÂjong karena keterbatasan baÂhan. "Mungkin hanya setengahtinggi tembok yang ada saat ini," ucapnya.
Menurut Ketua RT14 Taman Kemang, Budi Riyanto, kawasan ini memang sering tergenang ketika turun hujan. Namun, hanya setinggi 40 centimeter dan masih bisa dilalui kendaraan. Tetapi, karena air Kali Krukut meluap, ditambah tembok warga yang berada di perbatasan Kali Krukut jebol, akhirnya terjadi banjir parah. "Padahal, seumur-umur tidak pernah banjir separah kemarin," ucap Budi.
Menurut Lurah Bangka, Dedih Suhada, banjir di wilayah Kemang disebabkan jebolnya lima tembok yang berdiri di sepanjang bantaran Kali Krukut.
"Ada lima tembok yang usianyasudah tua, ambrol tergerus air. Sehingga, air cepat meluap ke permukiman hingga aparteÂmen dan basement pertokoan," urai Dedih.
Terpisah, Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengaku terus melakuÂkan penanganan tembok yang jeÂbol di kawasan Kemang dengan memasang beronjong untuk sementara.
"Pak Gubernur perintah, malam ini kami akan mobilisasi alat berat. Kami akan start di Kemang Selatan," ujar Teguh di Balaikota Jakarta, Senin lalu.
Namun, Teguh mengaku keÂsulitan memobilisasi alat berat ke kawasan tersebut karena konÂdisinya sudah dipenuhi pemukiÂman warga. Akhirnya, alat berat yang akan didatangkan hanya berukuran kecil. "Sementara di situ dijadikan embong atau daÂnau buatan. Itu lokasinya persis depan kali," urainya.
Pengerukan Kali Krukut, lanÂjutnya, akan dilakukan sedalam 1,5 meter saja. Hal itu dilakukan untuk menghindari bangunan yang berada di bantaran kali roboh terkena alat berat.
"Ada sekitar 15 unit alat beÂrat dan dump truk kapasitas 6 meter kubik yang akan standby. Seminggu atau dua minggu seÂlesai," prediksinya.
Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Pemkot Jakarta Selatan, Freddy Setiawan menyebut, dampak dari banjir di kawasan Kemang adalah lahan sepanjang 200 meter dari Jembatan Kemang Raya terenÂdam. "Bantaran Kali Krukut juga belum dibangun sheet pile atau tanggul pencegah banjir," sebut Freddy.
Latar Belakang
Awalnya, Lebar Kali Krukut 25 Meter, Sekarang Berdiri Hotel Di Pinggir Kali
Banjir yang terjadi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu malam (27/8) sungguh mengagetkan banyak pihak. Pasalnya, kawasan elite tersebuttidak pernah sekalipun terkenabanjir parah. Banjir tersebut mengakibatkan kawasan Kemanglumpuh dan sejumlah mobil terendam. Bahkan, mobil sedan tenggelam. Walhasil, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan penyelidikan atas musibah banjir di kawasan tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meÂnyebut, banjir di Kemang terjadi karena kawasan tersebut meruÂpakan titik cekungan. Sehingga, air sulit untuk mengalir, terutama saat hujan deras.
"Logikanya Jakarta Selatan tinggi, di Jakarta Utara rendah, kalau tidak ada rob, mau datang air berapa pun pasti lewat. Tapi yang masalah, di Kemang bentuk mangkok," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Senin (29/8).
Ahok mengaku akan menyeÂlidiki peruntukan lahan banÂgunan-bangunan yang ada di bibir Kali Krukut. Tidak hanya perumahan, tetapi juga ada banÂgunan hotel. "Kami lagi selidiki kenapa hotel kok bisa menempel di Sungai Krukut," tandasnya.
Padahal, kata bekas Bupati Belitung Timur ini, awalnya Kali Krukut selebar 25 meter. Namun, kini tersisa lima meter saja. "Ini yang mesti kami bereskan," tegasnya.
Untuk itu, kata dia, Pemprov DKI Jakarta akan melakukan normalisasi kali di kawasan tersebut. Pihaknya akan membebaskan lahan milik warga terÂlebih dahulu, karena warga telah memiliki sertifikat hak milik (SHM). Jadi, saat ini Ahok meÂnyatakan tidak bisa membongkar bangunan-bangunan tersebut.
"Itu yang masalah. Ini kan kejadian-kejadian dulu yang berusaha kami perbaiki. Kalau sudah jadi sertifikat, saya tidak mau berdebat gimana dapat serÂtifikatnya," ucap Ahok.
Selain itu, dia mengaku akan meneliti kembali, apakah banguÂnan-bangunan komersial tersebut memiliki kewajiban yang belum dikerjakan. Jika masih ada, maka pihaknya akan segera menagih. "Dia punya kewajiban tidak? Ini mesti diteliti," tandasnya.
Menurut Ahok, usaha pembebasan lahan komersial oleh Pemprov DKI pernah dilakukandi Kemang dua tahun lalu. "Dia tidak mau jual. Terakhir, dia minta di atas harga pasar. Kalau di atas harga pasar, masuk penjaÂra saya," ucap Ahok. ***