Bagaimana kabar Anda sekarang?Alhamdulillah baik dan sehat - sehat saja.
Nggak capek setelah mengiÂkuti serangkaian perayaan kemarin...Tidak kok. Saya justru senang dengan perayaan kemarin. Rasanya kelelahan akibat penerbangan panjang pun terÂbayar. Pas di bandros pun tak berasa masuk angin, setelah turun justru berasa dingin.
Tapi capeknya hilang saat itu juga. Yaah namanya meÂnang pasti seperti itu. Kalau kalah pasti dihina-hina haha...haha...
Bagaimana rasanya setelah memenangkan medali emas di Olimpiade?Tentu saya sangat senang. Semua terbayar karena ini. Saya tidak maulah setiap kali disalahkan, setiap apa dijelek-jelekkan. Tapi saya juga beruÂsaha menyikapinya dengan tidak berlebihan.
Apakah ini juga sebagai pemÂbuktian kepada publik yang sempat mem-bully Anda?Betul, ini adalah jawabanÂnya. Sekarang saya buktikan dengan permainan saya. Okelah, kemarin-kemarin saya kalah di kejuaraan-kejuaraan apa itu. Tapi, di Olimpiade ini memang target saya, saya ingin membukÂtikan. Kalau Indonesia Open dan Super Series kan memang setiap bulan ada, ya biarkan saja.
Apakah sebelumnya Anda sudah menduga akan mampu meraih medali emas?Tidak juga. Hanya saja sebeÂlum event berlangsung pun pikiran saya memang sudah ke sana. Pokoknya ibaratnya main Indonesia Open, kami pikirnya sudah Olimpiade.
Jadi memang otaknya sudah di Rio. Jadi memang sudah jauh hari sudah memikirkan ke sana, dan yang saya lihat bukan saya saja yang kalah tetapi yang lain juga memang berantakan. Mungkin perasaannya sama seperti saya, mungkin otaknya sudah di sana.
Apakah Anda sempat meraÂsa tertekan saat di final?Tidak juga. Saya justru semÂpat merasa malu, karena ketika skor masih 20-12, saya merasa sudah sangat yakin mendapatÂkan medali emas. Akhirnya saya jingkrak-jingkrak. Posisinya saat itu kami unggul. Posisi 20-12 dan tinggal satu poin lagi. Saya kegirangan duluan. Tapi, saya tersadar, pertandingan belum berakhir dan ada satu poin lagi yang harus diraih.
Kalau tidak salah, saat itu anda sempat diingatkan oleh Liliyana?Betul. Responsnya dia itu jadi motivasi saya untuk kembali fokus ke pertandingan.
Bukannya malah justru jadi tambah tertekan?Tidak. Karena saya paham, namanya orang memberikan motivasi caranya pasti beda-beda, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kalau meÂnyikapinya dengan positif, pasti hasilnya positif.
Kalau negatif ya hasilnya negatif. Dan memang kejadian perfoma kemarin turun itu seÂmua jadi pembelajaran buat saya, dan Butet. Sekarang kami jadi dukung-mendukung. Sekarang menjadi satu dan menurunkan ego masing-masing. Itu yang saya lihat kemarin.
Berarti sebelumnya Anda tidak mengetahui Liliyana punya sikap seperti itu?Tidak juga. Saya hanya tahu memang Olimpiade bebannya berat dan akhirnya saya baru menyadarinya sekarang kenapa tidak dari dulu, tetapi memang jalannya seperti itu.
Apakah ada momen atau pesan yang akhirnya melecut semangat Anda?Saya ingat pesan dari Koh Christian Hadinata waktu sebelum Olimpiade. Jadi saat trainingcamp di Kudus, kami berkumpul. Saya dapatnya di situ.
Saya akui. Koh Chris bilang, kami itu harus jadi soulmate. Soulmate itu harus saling duÂkung-mendukung, bukan yang satu ke sana yang satu ke sana dan itu memang saya langsung tanamkan dalam hati saya, iya juga ya.
Ngapain saya pikirkan ego saya. Ya itulah di dalam lapanÂgan dia (Liliyana) itu pasangan saya. Ibaratnya Liliyana itu pasangan saya, jadi saat begitu dia di lapangan langsung klik.
Jadi apa pun yang dia (Liliyana) lakukan di lapangan itu pasangan saya. Jadi jujur saya akui karena moment itu. Mindset-nya saya dari ketemu Koh Christ itu. Dan saat saya main, saya selalu ingatkan ke Butet, 'inget Ci kita soulmate'. Jadi mau egois tetap satu lagi karena saya menyadari itu. ***
BERITA TERKAIT: