WAWANCARA

Tontowi Ahmad: Medali Ini Jawaban Bagi Yang Mem-bully Saya, Sekarang Saya Buktikan Dengan Permainan Saya...

Senin, 29 Agustus 2016, 09:33 WIB
Tontowi Ahmad: Medali Ini Jawaban Bagi Yang Mem-<i>bully</i> Saya, Sekarang Saya Buktikan Dengan Permainan Saya...
Tontowi Ahmad/Net
rmol news logo Pria yang akrab disapa Owi ini menjadi pahlawan bagi Indonesia di ajang Olimpiade lalu. Dia bersama pasan­gan campurannya Liliyana Natsir sukses meraih medali emas setelah mengalahkan pasangan ganda campuran Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Tiba di Tanah Air pekan lalu, Tontowi-Liliyana diarak menuju Istana Presiden bertemu Presiden Joko Widodo. Berikut ini pernyataan Owi;

Bagaimana kabar Anda sekarang?
Alhamdulillah baik dan sehat - sehat saja.

Nggak capek setelah mengi­kuti serangkaian perayaan kemarin...
Tidak kok. Saya justru senang dengan perayaan kemarin. Rasanya kelelahan akibat penerbangan panjang pun ter­bayar. Pas di bandros pun tak berasa masuk angin, setelah turun justru berasa dingin.

Tapi capeknya hilang saat itu juga. Yaah namanya me­nang pasti seperti itu. Kalau kalah pasti dihina-hina haha...haha...

Bagaimana rasanya setelah memenangkan medali emas di Olimpiade?
Tentu saya sangat senang. Semua terbayar karena ini. Saya tidak maulah setiap kali disalahkan, setiap apa dijelek-jelekkan. Tapi saya juga beru­saha menyikapinya dengan tidak berlebihan.

Apakah ini juga sebagai pem­buktian kepada publik yang sempat mem-bully Anda?
Betul, ini adalah jawaban­nya. Sekarang saya buktikan dengan permainan saya. Okelah, kemarin-kemarin saya kalah di kejuaraan-kejuaraan apa itu. Tapi, di Olimpiade ini memang target saya, saya ingin membuk­tikan. Kalau Indonesia Open dan Super Series kan memang setiap bulan ada, ya biarkan saja.

Apakah sebelumnya Anda sudah menduga akan mampu meraih medali emas?
Tidak juga. Hanya saja sebe­lum event berlangsung pun pikiran saya memang sudah ke sana. Pokoknya ibaratnya main Indonesia Open, kami pikirnya sudah Olimpiade.

Jadi memang otaknya sudah di Rio. Jadi memang sudah jauh hari sudah memikirkan ke sana, dan yang saya lihat bukan saya saja yang kalah tetapi yang lain juga memang berantakan. Mungkin perasaannya sama seperti saya, mungkin otaknya sudah di sana.

Apakah Anda sempat mera­sa tertekan saat di final?
Tidak juga. Saya justru sem­pat merasa malu, karena ketika skor masih 20-12, saya merasa sudah sangat yakin mendapat­kan medali emas. Akhirnya saya jingkrak-jingkrak. Posisinya saat itu kami unggul. Posisi 20-12 dan tinggal satu poin lagi. Saya kegirangan duluan. Tapi, saya tersadar, pertandingan belum berakhir dan ada satu poin lagi yang harus diraih.

Kalau tidak salah, saat itu anda sempat diingatkan oleh Liliyana?
Betul. Responsnya dia itu jadi motivasi saya untuk kembali fokus ke pertandingan.

Bukannya malah justru jadi tambah tertekan?
Tidak. Karena saya paham, namanya orang memberikan motivasi caranya pasti beda-beda, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kalau me­nyikapinya dengan positif, pasti hasilnya positif.

Kalau negatif ya hasilnya negatif. Dan memang kejadian perfoma kemarin turun itu se­mua jadi pembelajaran buat saya, dan Butet. Sekarang kami jadi dukung-mendukung. Sekarang menjadi satu dan menurunkan ego masing-masing. Itu yang saya lihat kemarin.

Berarti sebelumnya Anda tidak mengetahui Liliyana punya sikap seperti itu?
Tidak juga. Saya hanya tahu memang Olimpiade bebannya berat dan akhirnya saya baru menyadarinya sekarang kenapa tidak dari dulu, tetapi memang jalannya seperti itu.

Apakah ada momen atau pesan yang akhirnya melecut semangat Anda?

Saya ingat pesan dari Koh Christian Hadinata waktu sebelum Olimpiade. Jadi saat trainingcamp di Kudus, kami berkumpul. Saya dapatnya di situ.

Saya akui. Koh Chris bilang, kami itu harus jadi soulmate. Soulmate itu harus saling du­kung-mendukung, bukan yang satu ke sana yang satu ke sana dan itu memang saya langsung tanamkan dalam hati saya, iya juga ya.

Ngapain saya pikirkan ego saya. Ya itulah di dalam lapan­gan dia (Liliyana) itu pasangan saya. Ibaratnya Liliyana itu pasangan saya, jadi saat begitu dia di lapangan langsung klik.

Jadi apa pun yang dia (Liliyana) lakukan di lapangan itu pasangan saya. Jadi jujur saya akui karena moment itu. Mindset-nya saya dari ketemu Koh Christ itu. Dan saat saya main, saya selalu ingatkan ke Butet, 'inget Ci kita soulmate'. Jadi mau egois tetap satu lagi karena saya menyadari itu. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA