Demikian disampaikan cendekiawan muslim Sudarnoto Abdul Hakim. Pernyataan Sudarnoto ini disampaikan saat menjadi narasumber dalam konfrensi internasional yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Rabitah Alam Islami. Konfernsi yang digelar di Mataram, NTB, dari tanggal 29 Juli sampai 1 Agustus ini bertemakan
Counter Terrorism and Sectarianisme.
"Pasca al-Qaedah, kelompok ini cenderung membangun jaringan berbasis ICT untuk memperluas dan memperkokoh Jihadisme global. Penggunaan internet, website, video, video games, bahkan komik, instagram dan lain-lain menjadi pilihan untuk menarik perhatian, meyakinkan pentingnya ideologi Jihadisme ini," kata Sudarnoto.
Sudarnoto mengingatkan,anak-anak remaja usia sekolah ini tercatat sebagai pengguna setia media-media tersebut. Hampir waktu-waktu panjang dalam kehidupan sehari-hari mereka manfaatkan untuk chatting, video games dan lain-lain. Bahkan tidak sedikit anak-anak ini bersedia untuk mengurangi jatah tidur di malam hari (begadang) karena asyik dengan media-media ini.
Melalui media dan pendekatan seperti inilah, sambung Sudarnoto, kelompok teroris melalukan indoktrinasi terhadap anak-anak remaja dengan cara-cara yang menyenangkan, menghibur, mengesankan dan efektif. Dan lemahnya pengetahuan tentang agama juga menjadi peluang yang sangat baik bagi kelompok teroris untuk mempengaruhi alam pikiran dan keyakinan anak-anak remaja.
"Inilah global atau modern terrorism yang lebih cenderung memanfaatkan atau menggunakan media sosial untuk memperluas jaringan jihadisme. Banyak yang mengatakan ini juga disebut sebagai cyberterrorism yang nampaknya sangat efektif untuk memperkenalkan jihadisme khususnya di kalangan remaja, merekrut remaja dan kemudian menyediakan berbagai training bagi remaja sehingga mereka menjadi kader-kader militan," demikian Sudarnoto.
[ysa]
BERITA TERKAIT: