WAWANCARA

Brigjen Arief Sulistyanto: Kami Masih Pelajari Apakah Ada Ajaran Atau Semacam Ngelmu Yang Diikuti Brigadir Petrus

Senin, 29 Februari 2016, 09:39 WIB
Brigjen Arief Sulistyanto: Kami Masih Pelajari Apakah Ada Ajaran Atau Semacam Ngelmu Yang Diikuti Brigadir Petrus
Brigjen Arief Sulistyanto:net
rmol news logo Brigadir Petrus Bakus, anggota Sat Intelkam Polsek Me­lawi, Kalimantan Barat, yang membunuh dan memutilasi kedua anaknya Febian (4 tahun) dan Amora (3 tahun) diduga sedang ngelmu.

Lemahnya manajemen re­krutmen dan pembinaan personel kepolisian, dituding menjadi biang kerok terjadinya pelang­garan hukum itu. Menjawab tan­tangan itu, Kapolda Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto menjelaskan, pihaknya senantiasa membangun hubungan kedinasan sebagai keluarga besar. Penjagalan sa­dis ini juga tidak serta-merta terkait institusi maupun korps kepolisian.

Berikut petikan wawancara Rakyat Merdeka dengan bekas Direktur II Ekonomi Khusus (Dir II Eksus) Bareskrim tersebut :

Bagaimana Anda menilai peristiwa pembantaian sa­dis yang diduga dilakukan Brigadir Petrus?
Kejadian ini sangat mem­prihatinkan kita semua. Tetapi ini bukanlah representasi dari semua anggota Polda Kalbar. Kasus ini adalah masalah indi­vidual bukan masalah institusi dan korps kepolisian.

Kapolri dan sejumlah ka­langan menilai, ada yang salah dalam manajemen rekrutmen dan pembinaan personil?
Dalam rekrutmen sudah ada standard yang diterapkan da­lam sistem rekrutmen. Dengan standard tersebut sudah ter­penuhi, maka calon sudah bisa dinyatakan layak untuk jadi polisi.

Sedang pola pembinaan, pen­gawasan, dan pengendalian senantiasa kami lakukan secara berjenjang mulai dari Polda sampai unit terkecil di Polsek.

Teknis pembinaannya seperti apa?
Masing-masing atasan memi­liki tugas dan tanggung jawab untuk menjadi pengawas, pem­bina serta konsultan bagi ang­gotanya. Bukan sekadar hubun­gan atasan dan bawahan tetapi lebih dari itu, sebagai orangtua, kakak, senior, sekaligus teman. Ini sudah berjalan sehingga kami bangun hubungan kedinasan sebagai keluarga besar.

Kalau begitu kenapa Brigadir Petrus sampai nekat melakukan tindakan sadisme ke­pada anaknya sendiri?

Itu kembali lagi urusan do­mestik individu yang meru­pakan privasi masing-masing. Sebagai pimpinan Kepolisian Kalbar, saya tidak dapat in­tervensi. Kecuali ada masalah keluarga yang memang meng­ganggu kedinasan dan keter­bukaan masing-masing ang­gota kita, itu bisa kita carikan solusinya.

Sejauhmana efektivitas dari aspek pembinaan itu?

Harus diakui bahwasannya dinamika kehidupan masing-masing orang dapat berpengaruh pada kondisi psikis. Kalau ke­hidupan dalam kedinasan seperti Brigadir Petrus Bakus selama ini selalu terkontrol. Tapi lagi-lagi, kehidupan pribadi dan urusan domestik rumah tangga kan uru­san pribadi masing-masing yang mungkin saja menimbulkan tekanan yang lebih kuat pada aspek psikis.

Kalau individu yang bersang­kutan mau share dengan teman atau atasan akan bisa diberi solusi. Persoalannya, tidak se­mua orang mau terbuka dengan masalah pribadinya.

Dengan kata lain, pembi­naan yang dilakukan sudah memberikan efek signifi­kan?
Kami yakin masyarakat Kalbar bisa memahami bagaimana pembinaan personel dilakukan di sini. Dan pada prinsipnya, Polda Kalbar tetap berupaya memberikan pengabdian yang terbaik kepada masyarakat, bangsa dan negara.

Termasuk menuntaskan perkara pidana pokok di sini?
Betul. Perkara ini harus diselesaikan.

Hasil analisis sementara pelaku mengidap schizophre­nia benar seperti itu?
Itu masih didalami. Ada tim dan psikiater yang bertugas mengevaluasi. Dua hari ini informasinya tersangka masih me­racau atau ngelantur. Yang kita temukan dan selalu dikatakan saat interogasi, dia mengatakan bahwa anaknya sudah diantar di surga dan anaknya tetap ada menyatu dengan dirinya.

Dipersembahkan kepada Tuhan. Ada dugaan, mengidap schizophrenia. Gangguan mental dengan gangguan prosesberpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasi dalam bentuk ha­lusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran yang salah dan tidak sesuai dunia nyata.

Hasil pemeriksaan saksi?
Kita masih coba untuk ungkap masalah pribadi dan rumahtangganya. Terungkap dari keterangan Windri. Menurut istrinya itu, selama dua minggu terakhir yang bersangkutan sering marah-marah sendiri, seperti berbicara dengan orang lain dan bersikap seperti mengusir orang yang mengikuti.

Dari kejadian ini, seminggu terakhir, tersangka berkonsul­tasi dengan Romo yang selama ini menjadi pembimbingnya karena dia penganut Katolik. Kami masih pelajari apakah ada ajaran atau semacam ngelmu yang diikuti. Karena dari hasil olah TKP ditemukan secarik kertas bertuliskan, 'Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.' ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA