Lemahnya manajemen reÂkrutmen dan pembinaan personel kepolisian, dituding menjadi biang kerok terjadinya pelangÂgaran hukum itu. Menjawab tanÂtangan itu, Kapolda Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto menjelaskan, pihaknya senantiasa membangun hubungan kedinasan sebagai keluarga besar. Penjagalan saÂdis ini juga tidak serta-merta terkait institusi maupun korps kepolisian.
Berikut petikan wawancara
Rakyat Merdeka dengan bekas Direktur II Ekonomi Khusus (Dir II Eksus) Bareskrim tersebut :
Bagaimana Anda menilai peristiwa pembantaian saÂdis yang diduga dilakukan Brigadir Petrus?Kejadian ini sangat memÂprihatinkan kita semua. Tetapi ini bukanlah representasi dari semua anggota Polda Kalbar. Kasus ini adalah masalah indiÂvidual bukan masalah institusi dan korps kepolisian.
Kapolri dan sejumlah kaÂlangan menilai, ada yang salah dalam manajemen rekrutmen dan pembinaan personil? Dalam rekrutmen sudah ada standard yang diterapkan daÂlam sistem rekrutmen. Dengan standard tersebut sudah terÂpenuhi, maka calon sudah bisa dinyatakan layak untuk jadi polisi.
Sedang pola pembinaan, penÂgawasan, dan pengendalian senantiasa kami lakukan secara berjenjang mulai dari Polda sampai unit terkecil di Polsek.
Teknis pembinaannya seperti apa? Masing-masing atasan memiÂliki tugas dan tanggung jawab untuk menjadi pengawas, pemÂbina serta konsultan bagi angÂgotanya. Bukan sekadar hubunÂgan atasan dan bawahan tetapi lebih dari itu, sebagai orangtua, kakak, senior, sekaligus teman. Ini sudah berjalan sehingga kami bangun hubungan kedinasan sebagai keluarga besar.
Kalau begitu kenapa Brigadir Petrus sampai nekat melakukan tindakan sadisme keÂpada anaknya sendiri? Itu kembali lagi urusan doÂmestik individu yang meruÂpakan privasi masing-masing. Sebagai pimpinan Kepolisian Kalbar, saya tidak dapat inÂtervensi. Kecuali ada masalah keluarga yang memang mengÂganggu kedinasan dan keterÂbukaan masing-masing angÂgota kita, itu bisa kita carikan solusinya.
Sejauhmana efektivitas dari aspek pembinaan itu? Harus diakui bahwasannya dinamika kehidupan masing-masing orang dapat berpengaruh pada kondisi psikis. Kalau keÂhidupan dalam kedinasan seperti Brigadir Petrus Bakus selama ini selalu terkontrol. Tapi lagi-lagi, kehidupan pribadi dan urusan domestik rumah tangga kan uruÂsan pribadi masing-masing yang mungkin saja menimbulkan tekanan yang lebih kuat pada aspek psikis.
Kalau individu yang bersangÂkutan mau share dengan teman atau atasan akan bisa diberi solusi. Persoalannya, tidak seÂmua orang mau terbuka dengan masalah pribadinya.
Dengan kata lain, pembiÂnaan yang dilakukan sudah memberikan efek signifiÂkan? Kami yakin masyarakat Kalbar bisa memahami bagaimana pembinaan personel dilakukan di sini. Dan pada prinsipnya, Polda Kalbar tetap berupaya memberikan pengabdian yang terbaik kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Termasuk menuntaskan perkara pidana pokok di sini? Betul. Perkara ini harus diselesaikan.
Hasil analisis sementara pelaku mengidap schizophreÂnia benar seperti itu?Itu masih didalami. Ada tim dan psikiater yang bertugas mengevaluasi. Dua hari ini informasinya tersangka masih meÂracau atau ngelantur. Yang kita temukan dan selalu dikatakan saat interogasi, dia mengatakan bahwa anaknya sudah diantar di surga dan anaknya tetap ada menyatu dengan dirinya.
Dipersembahkan kepada Tuhan. Ada dugaan, mengidap schizophrenia. Gangguan mental dengan gangguan prosesberpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasi dalam bentuk haÂlusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran yang salah dan tidak sesuai dunia nyata.
Hasil pemeriksaan saksi? Kita masih coba untuk ungkap masalah pribadi dan rumahtangganya. Terungkap dari keterangan Windri. Menurut istrinya itu, selama dua minggu terakhir yang bersangkutan sering marah-marah sendiri, seperti berbicara dengan orang lain dan bersikap seperti mengusir orang yang mengikuti.
Dari kejadian ini, seminggu terakhir, tersangka berkonsulÂtasi dengan Romo yang selama ini menjadi pembimbingnya karena dia penganut Katolik. Kami masih pelajari apakah ada ajaran atau semacam ngelmu yang diikuti. Karena dari hasil olah TKP ditemukan secarik kertas bertuliskan, 'Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.' ***
BERITA TERKAIT: