Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Status Ciliwung Waspada Di Posko Pemantau Depok

Dari Pagi Hingga Sore Hari

Senin, 15 Februari 2016, 08:54 WIB
Status Ciliwung Waspada Di Posko Pemantau Depok
foto:net
rmol news logo Kendati Bogor diterjang hujan besar pada Minggu siang, debit air yang melintasi Posko Pemantauan di Depok tidak mengalami peningkatan signifikan. Sejak pagi hingga sore, status air yang melintasi posko tersebut, hanya berada di level waspada.

Posko Pemantauan Ketinggian Air yang terletak di Jalan Poncol Atas RT 02 RW 014, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat terlihat sepi. Hanya ada petugas peman­tau yang berjaga di bangunan bercat kuning tersebut kemarin sore. Arman namanya. Pria berkacamata tersebut berjaga sendirian, karena petugas yang seorang lagi sedang ada keper­luan di luar.

Ketika Rakyat Merdeka tiba, Arman tengah berjaga dalam sebuah ruangan yang ada di ban­gunan seluas 4x4 meter persegi tersebut. Menggunakan celana pendek, kaos oblong hitam, dan sebuah jaket, Arman duduk sel­onjoran di ubin sambil menyak­sikan tayangan televisi. Tidak ada laporan tentang kondisi debit air terbaru yang terdengar dari radio pemantau.

Radio pemantau diletakkan pada sebuah meja kayu yang ada di ruangan sebelah. Selain radio, di meja itu juga terdapat sebuah walkie talkie yang berfungsi untuk memberikan laporan, dan sebuah buku besar untuk men­catat kondisi debit air terbaru. Catatan pada buku itu menujuk­kan, pada pukul 17.00 WIB, debit air yang melintasi wilayah tersebut berada di ketinggian 185 centimeter (cm).

"Tadi laporannya masuk jam 5 sore pas. Kan laporan rutinnya itu setiap 1 jam sekali. Kecuali kenaikan airnya signifikan, baru tak tentu. Bisa 30 menit sekali atau bisa juga 15 menit sekali," urai Arman.

Arman menyatakan, meski di wilayah Bogor dikabarkan hujan deras, namun debit air yang melintasi wilayah tersebut pada siang hari hingga jam 4 sore hanya berkisar di angka 120 cm- 130 cm. Ketinggian air baru meningkat drastis ke angka 185 cm pada jam 5 sore. Puncak ketinggian air kemarin terjadi pada jam 1 dini hari.

"Ketika itu debit air mencapai ketinggian 190 cm. Setelah itu debit airnya turun, sampai berada di kisaran 120 cm - 130 cm."

Berbeda dengan Jakarta dan Bogor, di lokasi ini, siang malah terang. "Tadi itu baru hujan seki­tar jam setengah 4 sore. Kalau pagi sampai siang sempat mendung,tapi tak hujan," ucapnya.

Arman menjelaskan, meski bulan ini dianggap akan memasuki puncak musim hujan, ket­inggian air yang melintasi posko tersebut kebanyakan berkisar di angka 120-130 cm. Februari ini, kenaikan debit air yang cukup drastis hanya terjadi dua kali, yaitu tanggal 10 dan 2. Ketika itu status debit airnya meningkat ke level siaga 3.

"Tanggal 10 Februari, jam 7 malam lewat 15 menit, debit air mencapai 225 centimeter. Sementara itu pada 2 Februari malam, ketinggian air sempat berada di angka 245 cm," tandasnya.

Dua peningkatan ketinggian yang drastis itu diakibatkan oleh tingginya intensitas hujan di hulu (Bogor). "Kalau sekarang mung­kin hujannya deras, tapi tidak terlalu intens. Makanya, debit airnya tidak tinggi," jelas dia.

Saat Rakyat Merdeka turun ke pinggiran Kali Ciliwung yang berada di bawah Jembatan Panus, arus airnya terlihat sangatderas. Tumpukan sampah, dedaunan, dan batang bambu terlihat berada di sekitar alat ukur ketinggian air. Namun, hal itu tidak terlalu mengganggu laju air. Air dapat mengalir lancar menuju Jakarta. Angka pada alat ukurnya juga terus berada di bawah 200 cm.

"Soalnya, ruang yang tersisa untuk dilewati air masih luas, makanya lancar," ucap dia.

Menurut Arman, air yang melintasi wilayah tersebut tidak pernah tersumbat parah. Padahal, Dinas Bina Marga Sumber Daya Air (Bimasda) Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, jarang melakukan pembersihan sampah. Pembersihan sampah di area tersebut tidak dilakukan setiap hari, melainkan 1-2 minggusekali.

"Seminggu ini saya juga be­lum lihat petugas kebersihan. Kami juga tidak pernah koordi­nasi dengan lancar. Tapi ya gitu, airnya selalu mengalir lancar. Mungkin karena arusnya deras, sampah yang nyangkut banyak terbawa. Jadi, tidak pernah benar-benar menyumbat," terang pria yang menjadi Petugas Pemantau Ketinggian Air sejak 2012 itu.

Arman memaparkan, dengan derasnya hujan yang terjadi di wilayah Bogor, dirinya mem­perkirakan debit air baru akan naik lagi pada malam hari. Sebab biasanya, kiriman air dari Bogor baru tiba sekitar pukul 22.00 WIB-23.00 WIB.

"Biasanya sampai Pintu Air Manggarai sekitar jam 4 pagi. Tapi itu kalau benar tinggi inten­sitas dan curah hujan di Bogor. Kalau tidak, paling kondisinya seperti sekarang, ketinggian air ada di level waspada," tandasnya.

Akibat guyuran hujan deras, sejumlah titik di Kota Depok terendam banjir. Banjir melanda Jalan Margonda, dan sejumlah wilayah di Cimanggis dan Beji, Depok. Di antaranya Perumahan Bukit Cengkeh. Di Mekarsari, banjir merendam SD di wilayah tersebut. Kemudian, banjir juga terjadi di wilayah Kukusan, Beji, Depok.

Banjir terparah terjadi di Bukit Cengkeh, Cimanggis. Ketinggian air 1,5 meter. Selain itu, banjir juga terjadi di Jalan Margonda area Pondok Cina arah Jakarta. Genangan 20 centimeter sepan­jang 200 meter itu diakibatkan kontur jalan yang miring serta sistem drainase yang buruk.

Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Tim Satgas Banjir Pemkot Depok terjun ke lokasi banjir. Tim Satgas Banjir ini dibantu TNI dan Polri. Mereka melakukan upaya untuk meminimalisir kembali terjadinya banjir.

Selain itu, mereka juga su­dah mengatasi kerusakan yang terjadi akibat tanah longsor di Jalan Kelapa Dua, Cimanggis, dan di perumahan Laguna, Cimanggis, Depok.

"Untuk banjir di perumahan akibat meluapnya Kali Jantung, satgas terus melakukan pember­sihan di sepanjang aliran kali itu. Agar luapan air bisa diminimali­sir," kata Kepala Dinas Bimasda Depok, Manto.

Sedangkan banjir di Jalan Margonda akibat saluran air yang kurang memadai, serta di sejumlah ruas jalan lain di antaranya di Jalan Sawangan. Menurut Manto, pihaknya akan melakukan tata air dengan mengalihkan air yang masuk ke sejumlah aliran dan kali yang ada jika hujan turun.

"Kami juga sudah ajukan dana bencana agar dapat dicairkan, untuk mengatasi banjir dan tanah longsor itu," kata Manto.

Dia mengatakan, besaran dana yang diajukan secara bertahap sebesar Rp 30 Miliar. Dana tersebut sudah ada serta disiap­kan untuk mengatasi bencana, termasuk banjir dan tanah long­sor di Depok.

Saat ini, kata Manto, pihaknya masih intensif memperlancar aliran air di Kali Jantung yang masuk ke Kali Laya. Caranya dengan membersihkan sampah di sejumlah titik aliran kali yang masih menumpuk.

"Ini untuk meminimalkan kemungkinan perumahan yang dilewati Kali Jantung kembali digenangi banjir," ucapnya.

Ia menuturkan, sampai saat ini ada 55 titik rawan banjir dan tanah longsor di 11 kecamatan di Depok. Meski sudah melakukan pembersihan saluran air dan kali di Depok, menurut Manto, perlu ada normalisasi menyeluruh di seluruh aliran sungai serta 23 situ. "Dana yang dibutuhkan untuk itu tidak sedikit. Terutama untuk normalisasi 23 situ, butuh Rp 450 Miliar dan sedang kita ajukan ke pemerintah pusat," ujar Manto.

Sementara itu, pejabat semen­tara Wali Kota Depok, Arifin H Kertasaputra menyatakan, pihaknya sudah menginstruksikan Kepala Dibimasda Kota Depok untuk segera melakukan pengece­kan dan penanganan banjir ini.

"Juga ke Dinas Perhubungan untuk atasi macet yang bisa terjadi karena banjir," tandas Arifin.

Arifin mengakui, pihaknya sudah mendapat permohonan dari Dinas Bimasda Depok agar dapat menggunakan dana tak terduga untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor pada musim hujan ini. Namun, ia mengaku belum memutuskan, apakah penggunaan dana itu bisa dilakukan atau tidak.

"Saya sedang pelajari kemungkinannya untuk penggunaan dana itu. Apakah dapat digunakanatau tidak. Harus ada kajian teknis lebihdulu, apa saja kebutuhannya. Kalau ternyata memang butuh, maka dana tak terduga bisa digunakan untuk mengantisipasi terjadinya banjir di Depok," pungkasnya.

Latar Belakang
Debit Air Dari Katulampa Tak Terlalu Besar


Air dari Kali Ciliwung di Depok mengalir ke Pintu Air Manggarai. Pada musim hujan, pengamatan terhadap ketinggian air semakin sering dilakukan di Manggarai.

Seperti pada Kamis (11/2) lalu, petugas pintu air rajin memantau debit air di Pintu Air Manggarai. Saat itu dalam kondisi normal hingga sore harinya. Status Pintu Air Manggarai sudah kembali menjadi siaga 4.

Pantauan Rakyat Merdeka, Pintu Air Manggarai dalam kondisi normal. Papan petunjuk ket­inggian yang berada di sisi kiri pintu air pun menunjuk di bawah angka 700 centimeter (cm).

Air yang melalui tempat terse­but tidak terlihat deras. Dua pintu air yang berada di bawah menara pemantauan, terbuka lebar, seh­ingga air Sungai Ciliwung itu bi­sa langsung mengalir menuju ke Pintu Air Setia Budi. Kemudian pintu air yang lebih kecil dan berada di paling kanan hanya dibuka setengahnya.

Dua orang petugas kebersihan terlihat berada di sisi kiri pintu air. Mereka berdiri di atas papan petunjuk ketinggian air, sambil mengamati kondisi air yang mele­wati lokasi tersebut. Tak jauh dari mereka, terdapat dua buah eskava­tor dan sebuah truk sampah.

Sementara dekat papan pen­gukur ketinggian air tadi, terda­pat sebuah perahu karet oranye. Semua peralatan tersebut me­mang sengaja disiagakan, untuk mengantisipasi sampah yang terbawa oleh air kiriman.

"Seperti tadi pagi itu sampah­nya kan banyak. Petugas kebersi­han kami yang memang bersiaga 24 jam, langsung bersihin semua sampahnya. Makanya sekarang enggak kelihatan ada sampah, atau air yang mampet karena sampah menumpuk di pintu air," ujar petugas operator Pintu Air Manggarai, Julianto Wibowo.

Bowo memaparkan, terdapat 6 orang petugas kebersihan yang menjaga Pintu Air Manggarai selama 24 jam. Enam petugas tersebut terdiri dari seorang koor­dinator, dan lima anggota bagian kebersihan. Mereka berjaga di pos yang berada di sisi kiri pintu air.

Pengambilan sampah dilaku­kan rutin setiap hari ketika ada sampah. Sebab, tumpukan sampah dapat menghambat aliran air yang keluar ke Kanal Banjir Barat. "Namun ketika sampah tidak ada, eksavator tidak difungsikan untuk efisiensi. Standby saja kalau ada sampah diangkat. Ada dua, yang satu long arm ngangkat dari badan sungai, yang satu modelnya spyderbuild untuk mobilisasi dari bawah ke truk sampah. Truk langsung bawa ke Bantar gebang," paparnya.

Dia menambahkan, keting­gian air di Pintu Air Manggarai sampai jam 3 sore itu adalah 730 cm atau siaga 4. Menurut Bowo, selama bulan Februari ini, ketinggian air di Pintu Air Manggarai berkisar di angka 700 cm. Ketinggian air yang paling tinggi berada di angka 800 cm atau siaga 3. Hal itu terjadi pada 2 Februari lalu.

"Meski bulan ini seharusnya curah hujan sudah mencapai puncaknya, tapi tahun ini me­mang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hujan di hulu, Bogor atau di sini jarang berlangsung sampai berhari-hari. Jadi debit air kirimannya juga enggak terlalu besar," ucapnya.

Selain 2 Februari, lanjut dia, ketinggian air yang signifikan kembali terjadi pada jam 6 pagi, Rabu (10/2). Saat itu status Pintu Air Manggarai sempat meningkat menjadi siaga 3, karena ketinggian air mencapai 760 cm. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA