Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Erupsi Gunung Bromo Kadang Berbentuk Wayang & Payung

Aman Dilihat 2,5 Kilometer Dari Kawah

Selasa, 29 Desember 2015, 10:30 WIB
Erupsi Gunung Bromo Kadang Berbentuk Wayang & Payung
Erupsi Gunung Bromo:net
rmol news logo Siapa tak kenal Gunung Bromo di Jawa Timur. Salah satu gunung aktif ini, tengah rajin mengeluarkan asap dan abu vulkanik. Namun, erupsi tidak menyurutkan keinginan wisatawan untuk melihat salah satu gunung terindah di dunia ini.

Suasana masih gelap. Jam baru menunjukkan pukul 05.00 WIB, Sabtu (26/12). Di langit secara samar-samar terlihat abu vulkanik berwarna gelap mem­bumbung tinggi. Rintik-rintik abu halus sedikit demi sedikit mengguyur ratusan wisatawan. Kondisi tersebut tidak menyu­rutkan langkah Sulistiyowati yang terus berjalan menuju Bukit Seruni di Cemoro Lawang, Kabupaten Probolinggo.

Tak lama berjalan, wanita yang mengenakan mantel tebal, lengkap dengan kaca mata hitam dan masker ini, terhenti langkah­nya. Nafasnya terengah-engah. Padahal, lokasi bukit masih setengah kilometer lagi.

"Saya mengamati erupsi dari sini saja, sudah tidak kuat me­nanjak lagi," kata wisatawan asal Bekasi, Jawa Barat ini kepada Rakyat Merdeka.

Saat ini, Gunung Bromo mengeluarkan asap dan abu vulkaniknya hingga ketinggian 1500 meter. Statusnya pun meningkatmenjadi Siaga III. Artinya, masyarakat diminta waspada, tapi jangan panik. Kendati demikian, wisatawan masih dibolehkan mendekat dalam jarak aman hingga 2,5 kilometer dari kawah.

Tempat aman yaitu, Bukit Penanjakan 2, Bukit Cinta, Bukit Kingkong dan Bukit Teletubies di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Juga, Bukit Seruni di Cemoro Lawang, Kabupaten Probolinggo.

Sedangkan, Kaldera Bromo yang terdiri dari savana, padang pasir dan kawah masih ditutup. Begitu juga Puncak Bukit Pananjakan Satu, karena erupsi melewati puncak yang mempunyai ketinggian 2.770 meter ini. Padahal, lokasi yang masih menjadi bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Jawa Timur ini, men­jadi incaran utama wisatawan sebelum terjadi erupsi.

Sulistiyowati mengaku tak khawatir dengan kondisi erupsi Gunung Bromo karena berada dititik aman. "Pemerintah sudah bilang, Gunung Bromo bisa dikunjungi di radius aman, tiga kilometer," kata dia.

Wanita setengah baya ini sem­pat khawatir gagal berkunjung ke Bromo karena ada erupsi. Padahal, dirinya bersama rom­bongan pengajiannya sudah sejak jauh-jauh hari menyiapkan kunjungan ke sini.

"Sudah sejak tiga bulan lalu persiapannya. Alhamdulillah, akhirnya bisa juga ke sini, tapi harus hati-hati karena banyak debu vulkanik," kata ibu tiga anak ini.

Kendati demikian, wanita berjilbab ini sedikit kecewa karenatidak bisa melihat lang­sung kawah Gunung Bromo. "Tapi takapa-apa, lihat erupsigunung sudah puas karena pemandangannya bagus sekali. Mungkin dua atau tiga bulan lagi ke sini kembali. Semoga bisa melihat kawahnya," tutur dia.

Lokasi Bukit Seruni memang tidak setinggi dan secantik Bukit Pananjakan Satu yang menjadi incaran wisatawan. Lokasinya lebih rendah. Bahkan, beberapa mobil pribadi masih bisa menuju ke bukit tanpa perlu mengguna­kan hardtop. Dari hotel tempat menginap hanya berjarak 15 menit perjalanan menggunakan hardtop.

Bagi yang tidak kuat menanjak,bisa menggunakan kuda yang biasa ditawarkan penduduk sekitar. Tarifnya Rp 100 ribu-Rp 150 ribu untuk perjalanan naik dan turun bukit sejauh satu kilometer dengan medan berkelok dan menanjak.

Walaupun demikian, wisatawan masih bisa menikmati pe­mandangan menakjubkan erupsi Gunung Bromo dari kejauhan.Abu vulkanik sedikit demi sedikit menghujani wisatawan yang banyak mengabadikan momen erupsi Gunung paling aktif di Indonesia ini.

Sesepuh masyarakat Peduli Gunung Bromo, Digdoyo Djamaluddin mengaku sudah mengetahui tanda-tanda Gunung Bromo akan meletus sejak 4 Desember lalu. "Ada dua burung elang yang melayang di atas kawah Bromo. Itu tanda-tanda Bromo sedang punya gawean," kata pria yang akrab disapa Yoyok ini.

Setelah kedatangan kedua elang itu, lanjut Yoyok, pos pe­mantau mengabarkan telah ter­jadi peningkatan gempa tremor di sekitar kawah, kemudian keluar asap abu-abu pekat yang berisi abu vulkanik.

"Sekarang ini yang terjadi adalah keluar cahaya dari dalamkawah, karena di bawah sepertiada kembang api. Seperti mau menyambut tahun baru. Prosesnya akan berlanjut," kata pria yang mengalami tujuh kali erupsi Bromo ini.

Dia memperkirakan, erupsi tidak akan berlangsung lama dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Asap setinggi tiga ribu meter belum keluar. Biasanya akan ada asap itu, dan kemu­dian aktivitas menurun hingga kondisi normal dengan men­geluarkan asap berwarna putih lagi," tuturnya.

Adanya erupsi tidak membuat warga yang tinggal di sekeliling Bromo menjadi panik. Yoyo mengatakan, warga tetap tenang dan bekerja seperti biasa. "Di sini semua warga biasa saja. Jika ada asap abu-abu, kami tidak melintas di lautan pasir. Kami pun memantau arah asap, ke­mana berhembus. Yang ditakut­kan warga hanya tanaman gagal panen," kata pria 60 tahun ini.

Kendati demikian, dia men­geluhkan pemberitaan yang ber­lebihan terhadap erupsi Gunung Bromo. Padahal, jika diteliti lebih jauh, erupsi asap yang ada di Bromo mengalahkan keindahan erupsi di Jepang dan Rusia.

"Kondisi erupsi terbaik di pagi hari, bisa berbentuk seperti wayang dan payung," ceritanya.

Karena pemberitaan berlebihan tersebut, lanjut Yoyo, wisatawan banyak mengurung­kan niatnya untuk berkunjung ke Gunung Bromo. "Seharusnya, kami mendapatkan banyak pe­masukan pada libur Natal dan Tahun Baru. Tapi, sangat melorot karena pemberitaan berlebih soal erupsi," keluhnya.

Dia menyebut, penurunannya mencapai 80 persen dibanding tahun sebelumnya. "Semua pem­batalan mendadak, dari 10 hotel dengan total 150 kamar, banyak yang memutus hubungan kerja dengan pegawai kontraknya kare­na sepi pengunjung," keluh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Probolinggo ini.

Untuk itu, dirinya meminta semua pihak untuk sama-sama mendukung dan memastikan, mengunjungi Bromo aman, in­dah karena tidak kalah dengan gunung di luar negeri.

Sedangkan Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Ayu Dewi Utari mengatakan, saat kondisi normal, jumlah kunjungan ke Bromo mencapai lima ribu orang per hari, terutama saat libur pan­jang seperti ini.

"Sekarang hanya ada sekitar 150 orang per hari. Wisata kal­dera memang kami tutup untuk wisatawan. Tapi, pemandangan erupsi Bromo yang luar biasa, tetap bisa dilihat dari jauh," ujar Ayu Dewi.

Ayu menambahkan, TNBTS membuka dua pintu masuk bagi wisatawan, yakni melalui Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, yang lang­sung menghubungkan ke Puncak Penanjakan 2. Serta, pintu masuk di Cemoro Lawang, Kabupaten Probolinggo. Sedangkan pintu masuk dari Kabupaten Malang, ditutup.

"Dua pintu masuk yang kami buka itu, radius tiga kilometer dari kawah, sehingga aman. Dari titik itu, pengunjung tetap bisa menikmati pemandangan erupsi Bromo yang luar biasa," jelasnya.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kata dia,pihaknya telah memasang portal agar wisatawan tak masuk kawasan Kaldera. Posko siaga Bromo juga telah didirikan di Cemoro Lawang. Setiap hari ada 50 petugas gabungan antara lain dari TNI, Polri, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan Pemda setempat yang berjaga. "Wisatawan dan masyarakat sekitar Bromo, kami mohon untuk tetap mematuhi larangan," tutupnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA