Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengunjung Urungkan Niat Berenang, Takut Keracunan

Ribuan Ikan Mati Menyisakan Bau Busuk di Pantai Ancol

Rabu, 02 Desember 2015, 09:17 WIB
Pengunjung Urungkan Niat Berenang, Takut Keracunan
foto:net
rmol news logo Pemandangan ganjil terjadi di Pantai Ancol, Jakarta Utara. Ribuan ikan berbagai jenis, mati di Teluk Jakarta.
 
Empat orang kompak berdiri di bibir pantai sambil membawa keranjang di tangan kirinya. Sementara, sapu lidi yang berada di tangan kanannya, dengan sigap menyapu satu per satu ribuan ikan belanak yang mati mengapung di pinggir Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta, kemarin.

Ikan seukuran jempol orang dewasa itu, baunya busuk, me­nyengat hidung. Sekarang sudah agak bersih. Yang paling banyak hari Senin (30/11) kemarin.

"Kami mengumpulkan ikan mati sampai sekitar dua ton dan langsung kami kubur," kata Karya, salah seorang petugas kebersihan.

Berdasarkan pengamatan ke­marin, sudah tidak terlihat lagi tumpukan ikan mati di sepanjang garis Pantai Ancol. Yang tersisa hanya ikan-ikan kecil beruku­ran jempol orang dewasa yang mengambang di laut. Namun, bau amis masih terasa menyengat.Beberapa tong plastik masih terlihat di bibir pantai. Tong berukuran besar itu digunakan untuk menampung ikan mati yang terdampar.

Setelah bersih, para petugas kebersihan beristirahat sejenak untuk melepas lelah di saung-saung yang tersedia. Tak sampai 15 menit, beberapa ikan kecil kembali mengapung dan me­menuhi bibir pantai. Mereka dengan sigap kembali membersihkan ikan yang kembali mengapung.

"Kita harus selalu siap, soal­nya ikan kecil mati masih terus berdatangan dan mengotori pantai," kata dia.

Karya mengatakan, gejala terdamparnya ribuan ikan su­dah terlihat sejak Minggu pagi (29/11) di Pantai Karnaval. "Setelah hujan deras Sabtu malam, Minggu paginya banyak ikan yang menepi di pinggir pantai seperti kepayahan. Tapi, karena belum mati kami biar­kan saja," kata pria berumur 35 tahun ini.

Sambil mengenakan topi, pria berkulit gelap ini menambahkan, Minggu sorenya ikan yang sebe­lumnya kepayahan sudah tidak terlihat lagi. "Mungkin sudah ke tengah laut," kata dia.

Namun, Senin dini sekitar pukul 03.00 ribuan ikan yang sebelumnya terlihat kepayahan akhirnya terdampar hingga di tengah-tengah pantai.

"Setelah tahu banyak ikan mati, kami langsung bersihkan secepatnya," kata dia.

Sebab, lanjut dia, pantai ini memang setiap harinya selalu ramai pengunjung. "Kami takut kalau banyak ikan mati akan mengganggu kenyamanan pen­gunjung," kata dia.

Banyaknya ikan mati di Pantai Ancol membuat sepi pengun­jung. Kendati sudah tidak terli­hat tumpukan ikan lagi, namun bau amisnya masih sangat terasa. Bahkan, pantai yang biasanya selalu ramai ini hanya terlihat beberapa orang yang memilih duduk-duduk di pinggir pantai.

Salah satunya Rika. Ibu muda asal Bogor memilih bersantai di pinggir pantai sambil me­mandang beberapa ikan yang terombang-ambing oleh ombak air laut ini.

Dari kejauhan terlihat beberapa petugas pantai sambil me­nenteng kantong plastik, terus memunguti ikan. "Saya takut berenang. Apalagi tadi tanya polisi, ikan pada mati karena keracunan. Jadi saya langsung urungkan niat dan hanya duduk di pinggir pan­tai sampai menikmati tenggelamnya matahari," kata dia.

Rika berharap, seluruh ikan mati bisa dibersihkan agar tidak mengganggu kenyamanan pen­gunjung. "Yang penting hari Sabtu dan Minggu besok sudah bersih karena biasanya ramai pengunjung," harap dia.

Sedangkan, Kepala Subdit Penegakan Hukum Dit Pol Air Polda Metro Jaya Komisaris Edi Guritno mengatakan, sebelum banyak ikan terdampar mati di Pantai Ancol, ada keanehan air laut yang dirasakan warga sejak tiga hari lalu. Namun, saat itu, tak ada tanda-tanda terkait fenomena puluhan ribu ikan mati tersebut.

"Perbedaannya kontras. Ini kayak ada garis pemisahnya dan warnanya coklat," kata dia.

Dari keterangan warga sekitar, lanjut dia, fenomena tersebut ju­ga pernah terjadi pada 2013. Penyebabnya diduga karena racun yang mengendap pada musim kemarau di sungai, mengalir ke laut utara pada musim hujan.

"Ini pernah terjadi dua tahun lalu. Analisa warga, racun yang mengendap di sungai terbawa air ke laut saat musim hujan," kata dia.

Kepala Bidang Perikanan dari Dinas Perikanan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Pemprov DKI Jakarta Liliek Litasari men­duga terdamparnya ribuan ikan di Pantai Ancol karena kekuranganoksigen akibat pencemaran sungai.

"Ikan yang mati ada petek, kerapu, sembilang atau lele laut, kakap, juga ikan kecil-kecil," kata Liliek, kemarin.

Menurut Liliek, massa air yang terlalu banyak diiringi dengan penaikan lumpur dari dasar yang mengandung H2S, amoniak.

"Lumpur itu menggelontor naik ke atas, lantas menyebab­kan ikan kekurangan oksigen dan terjadi kematian masal. Hal itu biasa terjadi saat musim hujan tiba," ujarnya.

Lumpur yang mengandung racun, kata Liliek, karena aku­mulasi dari berbagai macam lim­bah di sungai-sungai di Jakarta. "Seperti pembuangan sampah sembarangan dan oli ke sungai," sebut dia.

Dia menambahkan, setiap tahun di Pantai Ancol ditemukan ikan-ikan yang terdampar dalam keadaan mati. Hanya saja tahun ini memang jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.

"Memang setiap tahun terjadi, tapi memang kejadian tahun ini bisa digolongkan termasuk yang paling banyak ikan mati. Tahun 2010 juga sempat terjadi hal serupa," tutup dia.

Sedangkan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menampik, matinya ribuan ikan di Pantai Ancol disebabkan program rekla­masi Pantai Utara Jakarta.

"Saya kira tidak ada hubungan ya. Biasanya kalau musim hujan itu, dari sungai ya, kalau sungai itu tercemar. Hampir semua sun­gai yang terhubung itu pada mati ikannya," ujar Ahok di Balaikota DKI Jakarta, kemarin.

Namun demikian, untuk mengetahui penyebab pastinya, Ahok mengaku telah memerin­tahkan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta untuk menelitinya. "Kita belum tahu penyebabnya. BPLHD lagi cek dulu," kata dia.

Bila terbukti kematian ikan-ikan itu karena pencemaran limbah perusahaan, Ahok mem­inta harus ada sanksi tegas bagi perusahaan tersebut. Sanksi ter­beratnya adalah penutupan atau pencabutan izin usaha. "Harus ada sanksi. sanksi terberat, bisa ditutup," tegasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA