Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Naik Taksi Resmi Malah Sering Kena Argo Tembak

Taksi Gelap Dibersihkan dari Bandara Soetta

Selasa, 08 September 2015, 10:18 WIB
Naik Taksi Resmi Malah Sering Kena Argo Tembak
ilustrasi, Taksi Gelap/net
rmol news logo Tujuh taxi parkir rapi di badan jalan dekat pintu kedatangan, Terminal 2D, Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Kota Tangerang. Taksi-taksi itu parkir sesuai nama armadanya. Ada kelompok taksi berwarna putih, kuning, hijau, biru dan hitam.

Semuanya mencantumkan stiker "Taxi Bandara" di kaca belakangnya. Stiker ini sekaligus menjadi petunjuk bahwa taksi-taksi itu angkutan resmi yang boleh beroperasi atau ngetem di bandara.

Sejak taksi gelap dibersihkan dari bandara, sopir taksi resmi panen penumpang. "Sekarang setengah hari bisa empat kali antar. Sudah tidak ada taksi liar," bisik Anto, sopir taksi yang men­genakan seragam hijau. Seragam ini senada warna armada taksi yang dikemudikannya.

Taksi gelap yang dimaksudnya adalah kendaraan pelat hitam atau mobil pribadi yang dipakai untuk mengangkut penumpang. Umumnya kendaraan yang jadi taksi gelap adalah jenis mini­bus yang muat banyak orang. Berbeda dengan taksi resmi yang berjenis sedan, yang paling ban­yak hanya muat 4 orang.

Sebelum ditertibkan, banyak sopir taksi gelap yang menawar jasa kepada penumpang pesawat yang keluar dari pintu terminal. Meski berpakaian bebas, sopir taksi gelap itu bisa dikenali cirinya. Mereka menawarkan jasa sambil menggenggam kunci mobil.

Jika setuju naik taksi gelap, penumpang akan digiring ke tempat kendaraan itu diparkir­kan. Lantaran berpelat hitam, taksi gelap itu tak mencolok di area parkir depan Terminal 2D.

Terminal 2D, merupakan ter­minal khusus kedatangan maska­pai penerbangan international. Di antaranya, Air China, All Nippon Airways (ANA), dan Cathay Pacific. Penumpang penerbangan dari negara Timur Tengah pun keluar dari terminal ini.

Suasana di depan pintu ke­datangan Terminal 2D yang berada di lantai dasar pun selalu ramai, baik penjemput dari ka­langan keluarga maupun travel. Bedanya, kini tak ada lagi sopir gelap yang menawarkan jasa angkutan di tempat ini. Orang yang ingin mencari taksi, cukup mendatangi counter yang berada di sekitar pintu keluar terminal.

Tak lama ngetem usai mengantar penumpang, Anto dida­tangi petugas escort wanita armadanya yang membawa turis pria asal China. Sang pelancong itu meminta diantarkan ke Hotel Orchid di bilangan Mangga Dua, Jakarta Pusat.

Petugas escort lalu menyerah­kan calon penumpang itu kepada Anto. Anto membuka harga Rp 200 ribu untuk mengantar turis itu ke tujuan. Terkejut ditembak harga mahal, sang turis beralih ke armada taksi lain.

Tak ingin kehilangan penumpang, Anto mengejar calon penumpang itu. "Tawar aja dulu Pak," katanya. Turis itu tak meladeni. Wajahnya terlihat ketus. Mungkin kesal karena ditawarkan tarif tembak itu.

Praktik argo tembak ini tak ubahnya taksi gelap yang jelas-jelas tak pakai argometer untuk menghitung tarif yang harus dibayarkan penumpang sampai tujuan.

Lalu apa alasan taksi resmi pakai harga argo tembak ini? Anto beralasan harga argo tem­bak itu untuk mempermudah penumpang. "Ya sistem paket­lah," dalihnya.

Jika tak setuju dengan sistem paket" ini, penumpang tetap bisa meminta sopir menggunakan tarif sesuai argo. "Itu langsung ngeloyor aja, bukannya nawar atau bilang pakai argo," ketus Anto yang kehilangan calon penumpang.

Armada lain tetap menggu­nakan tarif sesuai argo. Setelah diantar escort ke taksi yang akan dinaiki, penumpang masuk ke kabin tanpa tawar menawar harga dulu dengan sopir. Taksi itu pun meninggalkan termi­nal mengantar penumpang ke tujuan.

Bagaimana tanggapan pen­gelola Bandara Soetta atas taksi resmi yang menerapkan argo tembak? Dirut Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi akan menindak tegas armada taksi itu. "Kalau pakai tarif (tembak), sama saja dengan taksi gelap," tandasnya.

Jika terbukti menerapkan argo tembak, armada itu bakal dilarang beroperasi di bandara ini. "Taksi model tarif gitu bakal kena elimi­nasi juga," katanya.

Bisa Angkut Banyak Orang, Taksi Gelap Akan Dilegalkan

Pengelola Bandara Soekarno-Hatta menjamin ka­wasannya telah bersih dari tak­si gelap. Pembersihan dimulai sejak Juli dengan mengerahkan anggota Polri dan TNI.

"Kita terima kasih dengan TNI dan Polri yang menjaga bandara dari taksi gelap," kata Dirut Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi. Menurut dia, pembersihan taksi gelap menaikkan omset taksi resmi sebanyak 41 persen.

Ia menyebutkan, sebelum­nya taksi gelap yang beroperasi di bandara internasional ini tak kurang dari 1.000 mobil. Tak mudah menertibkannya. "Ada demand (terhadap taksi gelap) di sini, tapi dimanfaatkan oleh preman," katanya.

Taksi gelap dicari karena bisa mengangkut penumpang lebih banyak. Umumnya taksi gelap jenis minibus. Sedangkan taksi resmi berjenis sedan yang paling banyak muat 4 orang.

Budi mengusulkan taksi gelap dilegalkan saja. Taksi gelap bermitra dengan pen­gelola bandara. Untuk bisa menjadi mitra, taksi gelap itu akan berhimpun dalam satu lembaga bisnis. Lembaga itu akan terdaftar resmi di bandara sebagai penyedia angkutan dan memiliki counter.

Kendaraannya akan dipasang stiker. Sopir berseragam. Penumpangnya dilindungi asuransi. "Pesannya lewat counter. Begitu dapat penumpang, langsung bawa," ka­tanya.

Pada pertengahan Juli lalu, penertiban taksi gelap diwar­nai aksi pencambukan aparat terhadap para sopir yang ter­tangkap. Insiden ini dipicu ulah sopir taksi gelap yang memaksa warga negara asing menggunakan jasanya pada 17 Juli dini hari.

Anggota Marinir yang ber­tugas di bandara lalu menegur sopir taksi gelap itu. Teguran diabaikan. Sopir itu lalu digiring ke pos sekuriti. Sopir taksi gelap yang melihat kejadian itu meneriaki sang Marinir. Tiga sopir datang protes ikut diamankan.

Empat sopir taksi gelap itu lalu bawa ke area pemadam ke­bakaran bandara, lalu diminta buka baju dan melakukan push up serta scott jump.

Malam itu juga empat ang­gota Marinir dan petugas keamanan bandara melaku­kan sweeping dan menjaring puluhan orang yang diduga sopir taksi gelap di depan Terminal 2D.

Versi petugas, para sopir taksi gelap diberi "pelajaran" dicambuk punggungnya dengan pelepah pisang. Setelah membuat surat pernyataan tak mengulangi perbuatan itu lagi, mereka dilepas.

Versi berbeda disampaikan disampaikan Efendi Hasiholan Tambak, sopir taksi gelap yang terjaring. Efendi mengatakan, dirinya dicambuk dengan besi cor bukan pelepah pepaya.

"Pelepah pepaya itu sebesar apa sih, berapa biji pelepah pepaya yang dipakai untuk (mencambuk) kami yang 43 orang?" kata Efendi sambil menunjukkan luka baret-baret di punggungnya.

Tak terima perlakukan itu, para sopir tembak itu lalu melapor ke polisi. Kepala Kepala Polresta Bandara Soekarno-Hatta Komisaris Besar CH Patoppoi mengatakan, laporan dilimpahkan ke Polisi Militer Angkatan Laut (POMAL).

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Kolonel Laut Zainudin mengakui tindakan anggotanya agak berlebihan dengan menghukum cambuk. "Anggota Marinir di sana kan memang ditugaskan untuk membantu mengamankan, tapi pengamanan kan ada standarnya. Kalau melebihi standar, pasti diberi sanksi. Anggota yang bersangkutan juga sudah diperiksa di POM ALLantamal III," tutur Zainudin. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA