Los dari beton yang dilapis keramik putih ini dimanfaatÂkan beberapa pedagang pasar ini untuk tempat istirahat. Ada yang main catur hingga tidur di atasnya.
Engkus, pedagang di pasar ini mengungkapkan, sejak Sabtu malam, para pedagang dagÂing sapi membereskan semua peralatannya. Mulai Minggu pagi, mereka sepakat untuk tidak berjualan.
Pada hari Minggu, sempat ada beberapa pedagang yang datang ke sini. Namun bukan untuk berjualan. "Mungkin masih ada barang-barang yang tertinggal," kata pria berlogat Sunda ini.
Engkus mendengar kabar, para pedagang daging sapi di pasar ini sudah sepakat mogok berjualan hingga Rabu, 12 Agustus 2015. Hari Kamis mereka akan kemÂbali berjualan.
"Sekarang harga daging sapi itu Rp 130 ribu hingga Rp 140 ribu per kilo. Katanya, rugi kalau harus jual segitu. Soalnya tidak ada yang beli," kata pria asal Tasikmalaya ini.
Meski harga daging masih tinggi, tetap dicari masyarakat. "Kemarin sempat ada ibu-ibu yang marah-marah. Dia kaget kok semua (los daging) tutup. Dia lagi butuh daging sapi untuk katÂering. Akhirnya si ibu coba cari di tempat lain," tutur Engkus.
Tak hanya pedagang dagÂing sapi yang mogok jualan. Beberapa kios penggilingan di pasar ini juga tak buka. Ada deÂlapan kios penggilingan sapi di pasar ini. Semua pintu kios dari
rolling door tertutup.
"Sabtu kemarin tiba-tiba kami dapat edaran dari pedagang sini untuk ikut mogok. Kami juga sebetulnya tidak mengerti masalahnya. Tapi dari pada kenapa-kenapa, ya kami ikut mogok," ungkap Koh Akien, salah seorang pemilik kios penggilingan daging.
Sebenarnya dia keberatan menutup kiosnya. Menurut dia, usahanya tidak ada kaitannya dengan mahalnya harga daging sapi yang dipersoalkan para pedagang.
"Kami kan cuma gilingin daging yang orang bawa ke sini. Kalau tidak ada yang datang, ya kami tidak giling. Jadi kami seharusnya tidak urusan," tukasnya.
Menurut Akien, para pelangÂgan kebanyakan orang dari luar pasar. Ia tak tahu dari mana pelanggannnya membeli daging sapi yang akan digiling.
"Karena rumahnya dekat sini, digilingnya di sekitar sini. Maka seharusnya pekerjaan kami tidak ada pengaruhnya, terhadap para pedagang," tegasnya.
Akien merasa kasihan denÂgan pelanggannya lantaran dia tutup kios. Ia menuturkan pada Minggu dini hari ada pedagang bakso yang datang untuk mengÂgiling daging. Lantaran kios tutup, mereka pulang.
"Ada yang ke sini sampai bawa gerobak, karena mau langÂsung jalan untuk jalan. Soalnya tempatnya biasa mangkal agak jauh. Tapi karena tutup, ya dia terpaksa balik badan, cari tempat penggilingan lain," terang pria berkacamata itu.
Awalnya, Akien ingin nekat tetap membuka kios penggilÂingan. Tapi pada hari Minggi, kiosnya didatangi pedagang sapi bersama orang tak dikenal. Mereka meminta kios ditutup sampai Rabu.
"Rupanya mereka tahu, saya dapat orderan untuk giling dagÂing untuk katering. Karena khaÂwatir terjadi sesuatu, orderan yang sudah mulai dikerjakan pun terpaksa kami batalkan," ungkapnya.
Lantaran harus menutup kiÂosnya sampai Rabu, Akien keÂhilangan pendapatan sebesar Rp 4 juta. Omzet kiosnya per hari mencapai Rp 1 juta. "Lalu kerugian dari membatalkan order katering sekitar Rp 2 juta. Jadi total kami rugi Rp 6 juta," hitungnya.
Tak hanya itu, ia juga harus "merumahkan" empat pekerja yang selama ini membangunnya menggiling daging. Para pekerja diupah harian. "Kalau kios tutup, mereka tidak ada pekerjaan," katanya.
Untuk memperoleh penghasiÂlan selama kios penggilingannya tutup, Akien berjualan bakso jadi. Pembelinya para pedagang bakso yang biasa menggiling daging di kiosnya.
"Karena tukang daging mogok jualan, banyak pedagang bakso yang akhirnya beli bakso jadi. Kami jual bakso jadi lebih murah dari tempat lain karena belinya banyak. Lumayan lah ada peÂmasukan biarpun kecil," ujar Akien.
Pedagang Daging Mau Demo Dua KementerianDesak Pemerintah Stabilkan Harga
Para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, mogok jualan sejak Minggu. Aksi ini dilakukan hingga Rabu. Dengan aksi ini, mereka berharap pemerintah segera bertindak menyikapi tingginya harga komoditas ini.
"Kalau tidak ada tanggaÂpan pemerintah, kami pedaÂgang akan turun ke jalan. Hari Kamis ini kami akan demo," kata Wahyudi, pedagang dagÂing sapi di pasar ini.
Bersama ratusan pedagang sapi lainnya, Wahyudi akan mendatangi kantor Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan). "Targetnya dua kementerian itu," katanya.
Ia membantah ada pihak yang mengompori aksi mogok jualan maupun unjuk rasa para pedagang daging sapi ini. "Sebetulnya kami juga rugi mogok jualan ini. Tapi mau bagaimana lagi, dari pada harga (daging sapi) tinggi terus. Kami jualan jadi nggak ada untungnya," katanya.
"Omset kami menurun hingga 50 persen. Saat ini harga daging sapi lebih mahal dibanding saat Lebaran kemarin," sebutnya.
Saat ini, harga daging sapi mencapai Rp 130 ribu per kilogram. Wahyudi menduga harga daging melonjak lanÂtaran pasokannya kurang.
"Biasanya dapat dari penjagÂalan Cakung dan Cilangkap. Untuk satu pasar dipasok sekiÂtar 40 ekor sapi (dari penjagÂalan)," jelas dia.
Wahyudi mengungkapkan, sejak pekan lalu dirinya hanya memotong satu ekor sapi. Sebelumnya dia memotong dua sapi untuk berjualan di Pasar Kramat Jati.
Para pedagang daging sapi Pasar Kramat Jati sempat meÂnyatroni Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Senin lalu, usai meresmikan Depo Bapok Kita di pasar ini.
Sekitar 20 orang berpakaian putih dan mengenakan peci merangsek ke arah Mendag yang sedang diwawancarai wartawan.
Salah satunya Yusuf, yang mengaku pedagang daging sapi di pasar ini. Ia mempersoalkan seretnya pasokan daging yang membuat harganya terkerek tinggi. "Kata Bapak tadi (impor) 45 ribu (sapi) ya? Kok tidak ada di sini?" tanya Yusuf.
Menjawab pertanyaan ini, Mendag mengatakan akan beruÂpaya menstabilkan harga daging. "Oleh karena itu kami coba jaga
supply dan
demand-nya. Kita atur Pak," katanya. ***