Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dihantam Bor Hidrolik, Bongkahan Beton Rontok

Retak, Tiang Jalan Layang Tol Pelabuhan Dibongkar

Kamis, 06 Agustus 2015, 11:23 WIB
Dihantam Bor Hidrolik, Bongkahan Beton Rontok
Eskavator dengan lengan bor hidrolik menghancurkan tiang jalan layang tol pelabuhan.
rmol news logo Perancah besi (scaffolding) didirikan di samping kanan dan kiri tiang-tiang beton di Jalan Cilincing Raya, Jakarta Utara. Bagian luar perancah ditutup terpal hitam berukuran besar. Sebuah eskavator menghantamkan mata bor penghancur (hydraulic breaker) ke tiang paling ujung. Bongkahan beton rontok dari tiang pondasi jalan layang tol akses pelabuhan Tanjung Priok ini.

Setelah hanya tersisa rangka besi, eskavator dengan lengan mata bor menyingkir. Giliran eskavator dengan lengan cakar besi yang bekerja, membersih­kan sekeliling tiang. Bongkahan beton diciduk dan dimasukkan ke bak truk besar.

Pekerjaan berikutnya mem­bongkar rangka tiang yang terbuat dari besi cor berulir. Pekerjaan itu dilakukan manual dengan tenaga manusia.

Tiang-tiang jalan layang tol di­bongkar lantaran tak memenuhi standar. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menginspeksi proyek ini menemukan beberapa tiang yang sudah dicor beton, retak. Diputuskan, 69 tiang yang sudah berdiri bahkan sudah disam­bungkan dengan girder (balok beton), dibongkar dan dibangun ulang sesuai spesifikasi.

Pembongkaran tiang-tiang dimulai sejak Juli. Terpotong libur Lebaran, proses pembongkaran berlangsung lambat. Hanya tiga tiang yang sudah di­bongkar. "Yang itu baru mulai dikerjakan. Makanya masih berbentuk," kata Rudianto, salah seorang pekerja.

Melakukan pembongkaran di area proyek yang sempit, operator eskavator ekstra hati-hati mengoperasikan alat berat ini. Pergeseran eskavator berlang­sung lambat.

Area proyek ini berada di samping Jalan Cilincing Raya, salah satu akses utama ke pelabu­han. Pembatas area proyek denganbadan jalan hanyalah tiang-tiang dari kayu yang ditutupi spanduk informasi proyek ini.

Pembongkaran tiang pondasi ini membuat penyelesaian jalan layang tol ini mundur. Awalnya, tol ini ditargetkan sudah bisa digunakan pada Oktober 2015.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Hediyanto W Husaini penyelesaian tol ini akan terlambat 1,5 tahun. "Perkiraan selesai pada pertengahan 2017. Karena adanya, jumlah pilar yang harus diperbai­ki sekitar 70-an. Bukan pekerjaan yang mudah," katanya.

Pembongkaran tiang dan pem­bangunannya kembali akan berlangsung lambat lantaran kondisi lalu lintas di jalur ini sangat padat. Penurunan girder baru bisa dilakukan pada malam hari ketika lalu lintas senggang. Untuk menurunkannya meng­gunakan crane besar.

"Jika dilakukan di pagi hari, akan menghambat akses menuju pelabuhan kan," terangnya.

Setelah girder dicopot, tiang bisa dibongkar. Pembongkaran bisa dilakukan pada siang hari karena eskavator bisa bekerja di area yang sempit.

Hediyanto meminta kontraktor segera menuntaskan pembong­karan tiang dan melakukan pem­bangunan kembali. "Usahakan kerja 7 hari dalam sepekan, kerja secara shift" harapnya.

Kontraktor proyek tol akses pelabuhan seksi E2 adalah perusahaan Jepang Kajima Corporation dan BUMN PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Kedua perusahaan akan menanggung biaya pembongkaran dan pem­bangunan ulang tiang pondasi jalan layang.

"Untuk merobohkannya saja butuh anggaran Rp 400 miliar. Membangunnya kembali butuh Rp 400 miliar lagi. Sisanya untuk proses lain, seperti menu­runkan dan memasang kembali girder yang sudah telanjur ter­pasang. Totalnya Rp 1,4 triliun," ungkap Hediyanto

Biaya tersebut sepenuhnya ditanggung pihak kontraktor karena merasa bertanggung jawab. Waskita juga ikut menanggung biaya pembongkaran dan pem­bangunan tiang baru.

"Dari Rp 1,4 triliun, Waskita tanggung Rp 150 miliar sesuai dengan porsi di kerjasama itu," kata Hediyanto.

Corporate Secretary Waskita, Antonius Yulianto mengatakan pihaknya mengusulkan agar tiang yang sudah berdiri jangan dibongkar dulu.

"Kita uji dulu apakah bisa dipakai atau tidak," ujarnya.

Namun pihak Kajima selaku kontraktor utama (main contrac­tor) memutuskan tiang-tiang itu dibongkar dan dibangun baru. "Sebenarnya ada opsi tiang retak ini diperkuat saja, tetapi ternyata Kajima itu tidak ingin reputa­sinya rusak, makanya mereka bilang ini tetap dibongkar saja dan mereka akan tanggung se­mua dananya baik untuk mem­bongkar dan membangunnya kembali," kata Hediyanto.

Waskita akhirnya setuju setelah berunding dengan Kajima mengenai biaya yang harus ditanggung BUMN ini. "Porsi pembangunan kita dengan Kajima sebenarnya sebesar 40 persen, tetapi kita nego. Akhirnya kita hanya kena sekitar Rp 140 miliar," kata Anton.

Warga Keluhkan Banyaknya Debu dan Suara Bising

Belum rampungnya pemban­gunan jalan tol akses Tanjung Priok menyebabkan jalan-jalan yang mengarah ke pelabu­han dilanda kemacetan parah. Panjang kemacetan bisa men­capai belasan kilometer.

Salah seorang pengendara motor. Teguh Paiman (45) mengatakan terpaksa mencari jalan alternatif lain menuju arah Koja lewat Jalan Kramat Jaya. "Macetnya parah, kemacetan ini hampir setiap pagi dari arah Cilincing ke arah Koja," ujar Teguh.

Agar tidak terjebak macet, dia terpaksa mencari jalan ti­kus. Kalau biasanya cukup 20 menit sekarang bisa mencapai satu jam-an jika melewati Jalan Raya Pelabuhan.

Menurutnya, sebelum ada perbaikan jalan bisa dilalui 3 jalur dari kiri dan kanan. Tai sejak adanya proyek tol terjadi penyempitan jalan. Kemacetan semakin parah akibat antrean panjang ratusan kontainer yang akan menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

"Kemacetan tidak mengenal hari libur, dari pagi, siang dan malam juga terus berlang­sung," pungkasnya.

Proyek yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini juga mengusik warga sekitar. Warga terganggu suara bising dan debu dari proyek.

"Toko harus dibersihkan minimal pagi, siang, dan malam. Kalau tidak, debunya bisa lebih tebal dari ini," ujar Sodikin.

Menurut dia, debu semakin banyak sejak pilar-pilar tol yang tepat berada di depan tokonya dibongkar pelaksana proyek.

Sejak proyek pembangunan Tol Tanjung Priok, khususnya Seksi E2 dimulai empat tahun lalu, setiap hari warga harus berjibaku dengan debu yang mengganggu aktivitas. Belum lagi soal kemacetan lalu lintas saban hari.

"Dampaknya sampai penu­runan omzet, sekitar 10 persen. Soalnya pembeli jarang yang mau ke daerah sini karena terkenal macet. Belum lagi dinding penghalang pengerjaan tol membatasi pengendara ke tem­pat kami. Jadi jualan semakin terganggu," ujarnya.

Ke Pelabuhan Lewat Jalan Biasa, Kontainer Terhambat Macet

Kontraktor pembangu­nan jalan tol akses pelabuhan Tanjung Priok akan meroboh­kan 69 tiang di Seksi E2 yang berada di Jalan Cilincing Raya. Pembongkaran tiang-tiang itu akan tak sesuai spesifikasi.

Menurut A Tim Konsultasi Larangan Pembatasan Lembaga Konsultasi Kepabeanan KADIN Jakarta, Adil Karim, pembongkaran ini akan ber­pengaruh terhadap dwelling time.

"Dengan adanya pembong­karan ini berarti kita harus bersabar lagi 2-3 tahun dwell­ing time kita masih akan ber­masalah," kata.

Adil menyampaikan, masalah akses jalan di darat turut mempengaruhi proses keluarnya barang dari pelabuhan. Proses keluarnya barang sendiri dihitung sebagai salah satau kegiatan yang menyumbang lambatnya proses dwelling time.

"Lambatnya penyediaan jalan yang baik. Ini turut mem­pengaruhi dwelling time. Itu mempengaruhi juga. Karena arus barang itu kan ada faktor daratnya," tuturnya.

Ia menyarankan agar ada penyediaan jalan alternatif sementara bagi akses keluar masuknya truk pengangkut barang dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengatasi masalah sementara.

"Sambil menunggu pem­bangunan ulang Jalan Tol Akses Tanjung Priok selesai," imbuhnya.

Proses dwelling time men­cakup pre-custom yaitu proses dokumen barang, lalu custom atau tahap pemeriksaan bea cu­kai, hingga post custom yaitu proses keluar barang. Kondisi di sekitar pelabuhan dianggap juga mempengaruhi proses post custom, meski rangkaian terlama dwelling time ada di tahap precustom.

Dengan terselesaikannya seluruh kelima seksi pada Jalan Tol Akses Tanjung Priok, maka fungsi sistem jaringan JORR dari arah timur ke barat melalui sisi Utara dan sebaliknya akan terakomodasi dengan baik terutama untuk angkutan berat (angkutan khusus pelabuhan).

Mobilitas pelabuhan akan menjadi lebih tinggi mengingat Jalan Tol Akses Tanjung Priok ini mengakomodasi ramp on dan ramp off yang khusus disediakan untuk melayani kegiatan kendaraan angkutan peti kemas yang masuk dan keluar Pelabuhan Tanjung Priok dari atau ke arah barat maupun timur Jakarta. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA