Ayah Fitra adalah Duta Besar RI untuk Pakistan. Helikopter ditumpangi orang tuanya jatuh saat menghadiri undangan peÂluncuran proyek pemerintah Pakistan di Gilgit, Balkistan, Jumat (8/5). Listyawati meninggal. Sedangkan Burhan menderita luka bakar parah.
Di rumah besar Burhan yang bergaya etnik Jawa dengan dominasi kayu dan ukiran itu, keluarga tampak belum mempersiapkan acara doa bersama dan penyambutan jenazah. Seluruh perabotan masih tertata seperti semula. Tak ada tenda bagi peÂlayat.
Meski tengah berduka karena ibunya meninggal, putra sulung Burhan itu tampak tabah. Mahasiswa semester II jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu dengan sabar melayani rekan dan sahabatnya yang terus berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa.
Dengan teman-teman kampusÂnya pun pemuda berperawakan kurus itu masih sempat membicarakan beberapa kegiatan kamÂpus yang hendak dilakukan.
"Terakhir komunikasi dengan ibu lewat Facebook sehari sebeÂlum kejadian. Beliau menulis pesan, tapi saya baru baca esok paginya," ujar Fitra.
Dia mengaku lebih sering berkomunikasi dengan ibunya melalui dunia maya. Di halaÂman pesan Facebook milik Fitra, Lilisâ€"panggilan Listyawatiâ€" menanyakan aktivitas keseharÂian putranya itu. Baik keluarga Burhan maupun Lilis tinggal tak terlalu jauh, hanya terpaut kamÂpung kurang dari satu kilometer yang masih masuk area Jeron Beteng-Pasar Ngasem.
"Ibu hanya cuma nanya kabar saya. Lalu dia tanya saya tidur di mana, di rumah eyang atau rumah sendiri," kenang Fitra.
Fitra mengatakan, sejak kabar kecelakaan diterima keluarganya di Jogja, ia baru bisa berkomuÂnikasi dengan adiknya, Yoga Sulistyo Burhan, 17 tahun, yang tinggal bersama dengan ayah-ibunya di Pakistan.
"Bapak belum bisa berkomuÂnikasi karena masih dirawat di rumah sakit. Baru adik yang bisa dikontak," ujar Fitra.
Fitra menuturkan, dirinya teraÂkhir kali bertemu dengan ibunya sepekan lalu. Saat itu ibunya seÂdang mengantar adiknyaâ€"yang telah lulus sekolah menengah atas di Pakistanâ€"menjalani menÂjalani tes masuk jurusan hubunÂgan internasional Universitas Gadjah Mada.
"Tidak ada firasat apa-apa, semua normal, ibu tak bilang apa-apa yang aneh," tukasnya.
Fitra mengaku pasrah dan ikhlas atas kejadian nahas terseÂbut. Ia kini hanya berharap bisa bertemu dan mengucapkan salam perpisahan terakhir untuk ibunya, yang rencananya akan dimakamkan di Jogjakarta.
"Saya belum dapat kabar kapan ibu akan sampai Yogya. Saya doakan amal ibadah ibu diterima Allah," katanya.
Lilis tercatat sebagai dosen hukum agrarian di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia sering bolak-balik Jogja-Pakistan untuk mendampÂingi suaminya. Ibu mertua Lilis, Imtihanah Hudan (86) menceriÂtakan menantunya aktif dalam kegiatan sosial masyarakat. Seperti pengajian, PKK, dan arisan di kampung.
"Sering pulang, semingguan kemarin baru pulang. Cerita kalau senang anaknya diterima di UGM," kata Imtihanah Hudan di rumah duka.
Adik korban, Rohmi Afiati (48) menceritakan, Lilis adalah sosok yang sederhana dan sabar. Sehari-harinya jika tidak di Pakistan memang di rumah dan akÂtif mengajar serta bersosialisasi dengan masyarakat.
Sabtu sore, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melayat di rumah duka. Menlu atas nama pemerintah Indonesia meÂnyampaikan bela sungkawa atas musibah tersebut. Jenazah sudah berhasil di evakuasi dan dibawa ke Islamabad. Selanjutnya akan diterbangkan ke Indonesia.
"Pemerintah mengirim Direktur perlindungan WNIDi Luar Negeri untuk membantu pemulangan jenazah. Kita akan berusaha yang terbaik untuk bantu pemulangan jenazah," kata Retno.
Saat mengumumkan kecelakaan ini kepada wartawan Jumat lalu, raut wajah Retno tampak sepi. Suaranya bergetar ketika menyampaikan kabar duka ini.
Ia menceritakan Lilis meneÂmani suaminya yang ditugaskan menjadi Dubes di Islamabad, sejak menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Republik Islam Pakistan pada tanggal 18 November 2012.
"Kami menyampaikan belaÂsungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya ibu Heri Listyawati Burhan. Semoga beÂliau diterima di sisi-Nya dan keÂluarga yang ditinggalkan diberiÂkan kekuatan," kata Retno.
Retno mengatakan, pemerinÂtah saat ini tengah berfokus unÂtuk dapat mengevakuasi dan meÂmulangkan jenazah ke Indonesia. Selain itu, pihak Kemenlu juga akan berkoordinasi dengan Kedubes RI di Islamabad, dan Kedubes Pakistan di Jakarta, unÂtuk memastikan Dubes Burhan mendapatkan perawatan medis yang memadai.
"Ibu Menlu sengaja secara khusus menyampaikan berita ini secara langsung karena yang meninggal adalah sahabat beliau," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir.
Setelah selesai memberikan pernyataan, Retno Marsudi langÂsung masuk ke ruangan dan tidak menggelar sesi tanya-jawab dengan wartawan.
Taliban Klaim Tembak Heli Pakai Misil Taliban mengaku bertanggung jawab atas jatuhnya helikopter di kawasan Gilgit, Baltistan, dekat wilayah perbatasan Pakistan. Kecelakaan itu menewaskan enam orang, termasuk istri Duta Besar Indonesia untuk Pakistan Burhan Muhammad, yaitu Heri Listyawati.
Taliban mengaku menjatuhÂkan helikopter itu dengan meÂnembakkan misil dari darat ke udara. Saat menembakkan miÂsil, Taliban menargetkan untuk membunuh Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif. Tapi PM Sharif menggunakan helikopter lain.
"Kelompok spesial Tehreek-e-Taliban telah menyiapkan rencana istimewa untuk meÂnargetkan Nawaz Sharif dalam kunjungannya. Tapi dia selamat karena menggunakan helikopter lain," kata juru bicara Talilban, Muhammad Khorasani.
Meski begitu, klaim Taliban ini dianggap tidak kuat. Sebab, Gilgit selama ini dikenal bukan sebagai wilayah yang dikuasai Taliban, atau kelompok militan yang menjadi musuh bagi peÂmerintah Pakistan.
Saksi mata di lapangan tidak ada bunyi tembakan saat pesawat jatuh. Sejumlah saksi mata yang ada di tiga helikopter lainnya, yang juga bagian dari rombonÂgan yang akan menghadiri acara yang sama, juga menuturkan hal yang sama. Sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa helikopter itu ditembak jatuh, seperti disampaikan Taliban dalam klaimnya.
Atase Pertahanan Pakistan untuk Indonesia Kolonel Muhammad Shahid Siddeeq juga membantah klaim tersebut. Dia mengatakan, kecelakaan helikopter tersebut tidak disebabkan serangan dari kelompok bersenjata.
"Tidak ditembak Taliban, lokasi kecelakaan berada di pedÂalaman, namun bukan wilayah konflik," kata Kolonel Siddeeq.
Siddeeq mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki penyebab kecelakaan helikopter itu. Namun dugaan sementara, helikopter tersebut jatuh karena mesinnya mengalami kerusakan.
"Kementerian Pertahanan masih meneliti peristiwa jatuhnya helikopter ke sebuah sekolah, yang juga menyebabkan satu gedung terbakar," tandasnya.
Kecelakaan heli ini menyebabÂkan 6 orang tewas, antara lain istri Dubes RI, Dubes Norwegia, Dubes Filipina, dan istri Dubes Malaysia. Sementara beberapa diplomat lainnya terluka ketika helikopter Mi-17 jatuh di atas bangunan sekolah di Gilgit yang dikelilingi hutan pinus dan peguÂnungan salju. Beruntung tak ada anak-anak di sekolah pada saat itu.
Sempat Berputar-putar Sebelum Timpa Sekolah Jatuh Dari Ketinggian 250 Meter Kecelakaan helikopter yang menewaskan istri Duta Besar RIuntuk Pakistan, Heri Listyawati terjadi di Gilgit, Baltistan, Jumat. Ketika itu Lilis tengah mendamping suaminya Burhan Muhammad menghadiri undangan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Pakistan.
Undangan tersebut dilayangkan dalam rangka melaksanakan program Visit of Resident Ambassadors/ High Commissioners to Gilgit-Baltistan, yang diagendakan berÂlangsung 8-11 Mei 2015.
Total peserta yang ikut dalam program tersebut berjumlah 57 orang (32 laki-laki, 20 peremÂpuan dan 5 anak), yang terdiri atas 30 kepala perwakilan/duta besar beserta keluarganya. Juga ada pejabat Pakistan.
Para peserta berangkat dari Pangkalan Udara Nur Khan di Islamabad menggunakan pesawat pada pukul 8.30 pagi waktu setempat. Pesawat yang mereka tumpangi terÂbang menuju wilayah Gilgit- Baltistan, yang terletak di sebelah utara Pakistan.
Tiba pukul 09.30, rombonganditerima pihak pemerintahan Gilgit-Baltistan. Ada pun jaÂrak antara Islamabad-Gilgit, sekitar 480 kilometer, atau 1 jam perjalanan menggunakan pesawat.
Kemudian pada pukul 10.30, rombongan melanjutkan perÂjalanan ke Naltar Valley, di wilayah Gilgit-Baltistan menggunakan 4 helikopter MI-17. Kendaraan yang ditumpangi Dubes Burhan dan istrinya berisikan 17 orang. Terdiri 11 warga asing dan enam Pakistan.
"Dalam perjalanan menuju Naltar Valley, sekitar pukul 12 siang waktu setempat diberitaÂkan bahwa 1 (satu) helikopter MI-17 dengan penumpang 17 orang mengalami crash landÂing," demikian keterangan yang dirilis Kedubes RI di Pakistan.
Seorang warga Pakistan, Shakil Ahmed menuturkan, diÂrinya melihat helikopter terseÂbut jatuh menghantam atap sekolah Naltar Snow School yang berjarak hanya sekitar 100 meter dari rumahnya.
Ketika itu, kata dia, Helikopter tersebut sudah sangat dekat dengan helipad. "Ketinggian helikopter saat itu masih sekiÂtar 250 meter di atas sekolah," ujar Ahmed.
Menurut Ahmed, helikopter tersebut sempat berputar beÂberapa kali, dan mencoba untuk mendarat sebelum akhirnya jatuh menimpa sekolah. Gedung sekolah tersebut pun terbakar.
Tak berapa lama, pihak militer Pakistan datang, dan langÂsung menutup sekolah tersebut. "Untungnya, tidak ada anak di sekolah karena ini adalah hari libur untuk alasan keamanan. Helikopter tersebut terbakar selama lebih dari satu jam," tutur Ahmed.
Mendapat informasi kecelakaan itu, pihak Kedubes RI di Islamabad segera menghubungi pihak-pihak terkait termasuk seÂcara langsung memberikan note verbal ke Kemenlu Pakistan, untuk mengonfirmasi beriÂta jatuhnya helikopter, dan mengetahui keselamatan Duta Besar RI beserta istri.
Secara informal, Kemenlu Pakistan kemudian membeÂnarkan peristiwa tersebut dan menyatakan Dubes RI mengaÂlami luka-luka, sementara istri Dubes RImeninggal dunia.
Saat ini, Duta Besar RI tengah mendapat perawatan di
The Combined Military Hospital, Jutial, wilayah Gilgit- Baltistan, atau berjarak 30 kilometer dari tempat kejadian. Dikabarnya, Burhan mengaÂlami luka bakar parah.
Enam orang tewas dalam insiden tersebut yakni dua pilot warga negara Pakistan; Dubes Norwegia untuk Pakistan, Leif Larsen; Dubes Filipina untuk Pakistan, Domingo Lucenario; istri dari Dubes Malaysia untuk Pakistan; serta Hery Listyawati.
Sementara itu, Duta Besar Belanda untuk Pakistan, Marcel de Vink, dan Duta Besar Polandia untuk Pakistan, Andrzej Ananics dilaporkan terluka. Kemudian Duta Besar Kanada, Afrika Selatan, Lebanon dan Romania disebut juga berada dalam helikopter tersebut.
Sabtu (9/5), pukul 10.00 waktu setempat, militer Pakistan membawa jenazah istri Duta Besar RIuntuk Pakistan, Hery Listyawati ke Islamabad.
Prajurit Pakistan membentuk barisan kehormatan, menerima peti mati, yang terbungkus bendera nasional dan dihiasi dengan karangan bunga, saat pesawat yang membawa mereka dari Gilgit, tiba di Islamabad. Upacara ini disiarkan langsung di televisi Pakistan. Para diplomat, berpakaian hitam-hitam, dan petinggi militer, termasuk kepala militer Jenderal Raheel Sharif, hadir di bandara. ***