WAWANCARA

Halim Alamsyah: Rupiah Kita Intervensi...

Kamis, 26 Maret 2015, 08:50 WIB
Halim Alamsyah: Rupiah Kita Intervensi...
Halim Alamsyah
rmol news logo Sejumlah kalangan khawatir melihat nilai tukar rupiah terus bertahan di atas Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat. Peran Bank Indonesia (BI) dipertanyakan, ke­napa tidak berkutik menghadapi dinamika pasar valas tersebut.

Menanggapi hal itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah mengaku pihaknya telah mengintervensi pasar untuk penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Namun Halim Alamsyah tidak membeberkan berapa nominal anggaran yang digelontorkan untuk mengguyur dolar di pasar valas.

Kenapa tidak dibeberkan nominalnya? Kenapa pula lama bertahan nilai tukar rupiah di atas Rp 13.000 per dolar?

Berikut jawaban Halim Alamsyah yang disampaikan kepada Rakyat Merdeka, Selasa (24/3):

Apa alasan tak dibeberkan nominalnya?
Wah, kalau anggarannya saya nggak tahu, karena bukan saya yang megang.

Apa BI terus melakukan intervensi di pasar valas un­tuk menguatkan nilai tukar rupiah?
Ya, kita berupaya menguatkan rupiah itu pasti kita ada inter­vensi pasar.

Selain itu?
Kita menjaga stabilitasnya. Kemudian juga melakukan langkah-langkah agar likuidi­tas rupiah jangan terlalu ber­lebih. Ini membantu penguatan rupiah.

Berapa target level nilai tukar rupiah yang ingin dicapai?
Kita tidak mengarahkan ke level tertentu.

Apa hal terpenting yang perlu dipahami di balik pele­mahan rupiah ini?

Awal bulan ini, ketika Bank Sentral AS mengadakan rapat bahwa mereka akan melakukan penyesuaian. Ekonomi jadi kocar-kacir. Rupiah melemah dan sempat jatuh di atas Rp 13.000.

Apa melemahnya rupiah akan berlangsung lama?

Begini, ketika mereka ber­sidang, Bank Sentral AS akan meninjau kembali data-data ekonomi AS. Ternyata tidak sebagus seperti yang diduga sebelumnya.

Tiba-tiba mereka langsung berubah dan mengatakan; kami akan memperbarui data-data yang akan datang. Itu langsung rupiah menguat.

Apa dengan pernyataan itu, akan ada ekspektasi terus menguatnya rupiah?

Ya, tapi memang masih sangat sensitif juga.

Seberapa kuat ekonomi dan perbankan kita menghadapi goncangan ekonomi global?

Kalau dilihat kondisi pereko­nomian kita, saya yakin ekono­mi, khususnya dunia perbankan kita cukup tangguh dan sanggup menghadapi goncangan itu.

Apa dasarnya?
Kita sudah punya bukti, pada 2008, ada goncangan tapi hanya dengan beberapa upaya kita bisa berhasil.

O ya, bagaimana Anda me­nyikapi maraknya bank-bank asing yang masuk ke Indonesia?
Satu sisi, kehadiran mereka dapat menambah daya saing perbankan dalam negeri. Tapi perlu diamati juga, mereka punya tendensi untuk membeli bank-bank kecil kita.

Apa perlu dibuat undang-undang untuk mengantisipasi persoalan tersebut?

Hal ini memang perlu diatur. Tapi tidak perlu dengan undang-undang.

Ada yang berpandangan, jumlah bank di Indonesia perlu dikurangi karena terlalu banyak?
Kalau masalah jumlah bank yang terlalu banyak dilihaat dari penyebarannya, memanag sudah over di kawasan pulau Jawa. Tapi di kawasan Indonesia lain, apalagi Indonesia Bagian Timur, kehadiran bank masih sangat diperlukan.

Anda mengusulkan kebi­jakan bail-in untuk menganti­sipasi krisis sektor perbankan, bukan lagi bail-out, kenapa?
Agar bank, terutama jika di­tutup dan berdampak sistemik memiliki cara untuk menolong dirinya sendiri.

Bagaimana dengan nega­ra lain, apa berpandangan sama?

Dunia internasional sangat tidak setuju, tidak lagi meng­gunakan dana negara. Dulu ada bail-out, sekarang tidak dianjur­kan lagi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA